Novel Kemi, Kritik Cerdas Upaya Liberalisasi Pesantren

by
Gambar: https://3.bp.blogspot.com/-00jYK5L_71M/WnFM8oQSroI/AAAAAAAAAU0/SyEDjgT2GYI5jbTIWxojC-bhSwm0IWn-gCLcBGAs/s1600/IMG20171210080914.jpg

 “Sebagai orang yang pernah nyantri bertahun-tahun dan banyak mengunjungi pesantren, saya tidak rela pesantren digambarkan begitu buruk, sehingga perlu diliberalkan”, demkian komentar Dr. Adian Husaini setelah menyaksikan Film Perempuan Berkalung Surban yang Hitz saat itu.

WartaPilihan.com, Depok—Film Perempuan Berkalung Surban adalah salah satu yang mendorong Dr. Adian menulis buku bergendre Novel. Gendre yang sepanjang karir kepenulisan Dr. Adian Husaini, ini yang pertama kalinya.

Hari ini, Kamis 13 Desember 2018, insyaAllah Dr. Adian akan membedah Novel KEMI di Kampus STIKES Kharisma Karawang.  Dari sekian bedah buku Kemi yang pernah dilaksanakan, ada satu Catatan Ringan dari Penerbit Gema Insani Press, tentang Bedah Novel Kemi di UNiVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG, TAHUN 2010 LALU. Kita simak catatan tersebut berikut ini

Pada tanggal 14 Desember 2010, diadakanlah bedah novel “KEMI: Cinta Kebebasan yang Tersesat” di Masjid Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Hadir sebagai pembicara adalah penulis novel sendiri, yaitu Dr. Adian Husaini. Acara dipandu oleh Dr. Suharnomo, dosen Fakultas Ekonomi Undip. Disamping mahasiswa, tampak hadir sejumlah dosen Undip dan dosen Universitas Islam Sultan Agung Semarang (Unissula). Diantanya ialah Dr. M. Rofiq Anwar, mantan rektor Unissula.

Di dalam pemaparannya penulis menceritakan, bahwa salah satu yang mendorongnya menulis novel KEMI adalah ketika ia menyaksikan film Perempuan Berkalung Sorban, yang menurut dia sangat melecehkan pesantren. Dikatakan oleh Dr. Adian: “Sebagai orang yang pernah nyantri bertahun-tahun dan banyak mengunjungi pesantren, saya tidak rela pesantren digambarkan begitu buruk, sehingga perlu diliberalkan.” Penulis juga menunjukkan, bahwa saat ini ada usaha-usaha yang sangat serius, sistematis, dan didukung dana yang sangat besar, untuk meliberalkan pesantren dan alumninya.

Setelah berkonsultasi dengan sastrawan terkemuka, Taufiq Ismail, yang tak lain juga kakak kelasnya di Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Adian mengaku semakin bersemangat untuk menerbitkan novel tersebut. Bahkan, kemudian Taufiq Ismail memberikan pernyataan di sampul depan novel KEMI, bahwa novel tersebut berhasil memberikan gambaran yang sangat berbeda tentang dunia pesantren dengan gambaran yang diberikan oleh film Perempuan Berkalung Sorban.

Kepada para hadirin, Dr. Adian menceritakan, bahwa ia menulis novel KEMI karena merasa wajib menulis hal tersebut. Sebab, tidak semua masalah bisa ditulis dalam bentuk karya ilmiah. Disebutkannya, bahwa Hamka, Mohtar Lubis, Sutan Takdir Alisyahbana, dan para pemikir lainnya, banyak yang menulis cerita fiksi, disamping menulis karya ilmiah. Dr. Suharnomo juga menyatakan bahwa yang menarik dari KEMI, adalah karena penulisnya Adian, yang biasanya menulis buku-buku ilmiah tentang pemikiran Islam.

Adian menceritakan juga, dunia pembaca buku kadangkala kurang adil. Buku yang ditulisnya dengan sangat serius, seperti Wajah Peradaban Barat, sudah bertahun-tahun belum dicetak ulang. Padahal, buku itu meraih penghargaan sebagai buku terbaik untuk kategori non-fiksi dalam Islamic Book Fair di Jakarta tahun 2005. “Tetapi novel KEMI baru tiga bulan sudah dicetak ulang.” Sejak terbitnya novel ini sekitar tiga bulan lalu, Adian mengaku sudah banyak menerima dukungan dari pembaca. Ia membacakan sebuah SMS yang dikirimkan kepadanya oleh seorang mantan aktivis mahasiswa dan penulis buku: “Membaca novel KEMI membawa pembaca ke ruang diskusi yang elegan dan argumentatif. Berdiri tegak di atas kebenaran wahyu dengan dialektika yang renyah dan telak dalam menjaga bangunan Islam dari kepayahan dan kerapuhan pemahaman sekularisme, pluralisme agama dan liberalisme yang menggurita adalah salah satu pesannya.

Buku ini wajib dibaca oleh siapa pun yang mencintai diri dan kehidupannya. Dahsyat!”
Adian juga mengakui, diantara motivasinya menulis novel KEMI adalah agar umat Islam lebih mudah memahami logika-logika liberalisme dan mampu menjawabnya dengan tepat dan benar. Misalnya, kalau ada orang mengatakan, bahwa semua agama itu sama-sama menyembah Tuhan yang sama, dan semuanya benar, bagaimana cara menjawabnya. Kalau ada yang mengatakan, bahwa kebenaran itu relatif, bagaimana cara mematahkannya. Juga, misalnya, kalau ada yang mengatakan, bahwa jangan merasa benar sendiri dengan agamanya, bagaimana cara menjelaskan kekeliruan pernyataan tersebut.

Dalam kesempatan bedah Novel KEMI di Undip tersebut, Adian mengaku sedang menyiapkan lanjutan kisah KEMI. Hanya saja, katanya, karena kesibukan, entah kapan ia bisa mulai menulis. Adian sempat meminta masukan kepada para pembaca, bagaimana enaknya kelanjutan kisah itu. Seorang dosen Unissula yang sempat membaca kisah cinta Siti kepada Rahmat dalam novel KEMI, kemudian mengusulkan, agar di serial berikutnya, kedua insan yang saling mencintai tersebut, dipertemukan dalam satu ikatan perkawinan. Agar happy ending, katanya.

Memang dalam kisah novel KEMI, Siti dan Rahmat memilih untuk tidak menjadi suami istri demi kecintaan mereka masing-masing kepada dunia pendidikan dan dakwah. Siti adalah seorang aktivis liberal dalam bidang kesetaraan gender dan pluralisme, yang akhirnya bertobat dan kemudian kembali aktif di pesantren orang tuanya. Sedangkan Rahmat adalah tokoh utama novel KEMI yang berhasil membongkar jaringan kriminal pembobol dana-dana liberalisasi dan menjinakkan beberapa aktivis liberal.

Begitulah bedah novel KEMI di Undip Semarang. Pada keesokan harinya, 15 Desember 2010, sambil melanjutkan rihlahnya di beberapa kota di Jawa, novel KEMI juga dibedah di salah satu kampus di Cirebon, yang juga dihadiri langsung oleh Dr. Adian Husaini. Gema Insani Press (GIP) yang sudah benyak menerbitkan buku-buku Adian Husaini menyampaikan terimakasih kepada para pembaca yang sudah memberikan apresiasi yang cukup tinggi terhadap novel KEMI. Kita menunggu lanjutan kisah KEMI yang lebih menarik lagi, sebab masih banyak ide-ide liberal yang belum sempat didialogkan dalam novel KEMI.

Demikian catatan bedah buku akhir tahun 2010 di Kampus UNDIP.

Alhamdulillah, Novel KEMI saat ini sudah menjadi trilogi.

Anda yang ingin mengarungi petualangan di Novel KEMI, sekarang tinggal order ke DIFA Agency, Telp/sms/WA:085777878595.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *