Nasihat Ustadz Abdul Somad untuk Prabowo: “Amanah dan Adil-lah”

by

Ustadz Abdul Somad (UAS) bertemu Prabowo (PS). Sontak pertemuan ini menghebohkan wacana publik. Terang-terangan UAS memberikan dukungan terbuka, tapi tentu saja ada nasihat didalamnya

Wartapilihan.com, Jakarta– Pertemuan UAS dengan Prabowo disiarkan eksklusif di TV One, 11 April 2019 sore. Berikut transkrip pertemuan tersebut yang transkripnya dibuat oleh: Bambang Prayitno, dan di-edit oleh Badruddin Abu Rusydi, pada Jum’at, 6 Sya’ban 1440 H/12 April 2019, selesai Pukul 06:30 WIB). Berikut transkrip legkapnya:

PS: Terimakasih Ustadz, bisa jumpa dengan saya. Saya mengikuti, ustadz sudah banyak berkeliling di Indonesia. Nah, apa yang ustadz lihat selama keliling di Indonesia, akhir-akhir ini.

UAS: Saya susah saya bilang mengawali ceramah itu. “Mari kita dengar tausiyah dari Al-Mukarrom Abdul Somad”. Begitu saya naik ke atas, semua orang (mengangkat dua jari simbol Capres 2 sambil bilang): “Ustadz…”. Saya bilang; “kalian kan punya jari sepuluh. Kenapa yang diangkat cuman dua”.

(PS dan UAS tertawa kecil).

UAS: Itu saya ucapkan untuk menetralisir. Karena, ini kan ada Panwaslu, Bawaslu.

(PS: Iya benar)

UAS: Saya tidak ingin Tabligh Akbar itu menjadi politik. Udah turun, sampai protokol bilang; “Jama’ah, tolong jangan acungkan jari”.

PS: Itu di mana-mana, Ustadz?

UAS: Di mana-mana pak. Bapak bisa lihat rekaman (ceramah saya). Nanti ketika saya sampaikan; “Mari kita bersholawat”. Kan untuk merubah [harusnya: mengubah] suasana. “Shollallôhu ‘alâ Muhammad”, umat begini lagi (UAS menunjukkan dengan menggoyangkan tangan dan mengacungkan dua jari).

PS: Rata-rata di mana-mana ya Ustadz?.

UAS: Rata-rata. Dari mulai ujung Aceh sampai ke Pulau Madura, sampai ke Sorong. Jadi, saya melihat ini, umat sedang berharap besar pada bapak. Itu yang saya lihat.

Jadi, ada satu keranjang amanah, Ijtima’ ‘Ulama mengamanahkan ini amanah Alloh Ta’alaa, melalui firasat Ijtihad ‘Ulama. Tapi umat juga. Jadi, ada dua dukungan, ‘ulama dengan umat. Mereka berikan.

Dalam keranjang ini, ada pisau, ada bunga, ada buah, ada pena. Maka dua pesan Alloh:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا

“Sesungguhnya Alloh memerintahkan kamu menyampaikan amanat kepada yang layak menerimanya…” (potongan QS. An-Nisaa’ [4]: 58)

Bapak letakkan amanah ini, yang pisau bapak beri ke anak-anak muda, karena mereka akan pergi ke hutan berburu. Yang buah, bapak berikan ke anak-anak, agar mereka makan buah supaya fresh. Yang bunga bapak berikan kepada anak gadis, agar mereka berikan kepada suaminya yang sudah menikah. Sedangkan pena bapak berikan kepada ‘ulama supaya menulis.

Jangan bapak berikan pisau kepada anak kecil. Dia akan melukai. Letakkan amanah ini sesuai dengan tempatnya.

Dan pesan Alloh yang kedua:

وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ

“Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil…” (sambungan QS. An-Nisaa’ [4]: 58)

Begitu Ijtima’ ‘Ulama berkumpul dan umat menyambut, ini amanah sedang di pundak bapak, bapak (mesti) adil. Adil. Jangan bapak beri (ke salah satu pihak) terlalu besar, (tapi ke yang lainnya kecil). Bapak lihatlah. Dengan keadilan. Hadits Rosul:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ…

“Tujuh golongan yang dinaungi Alloh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yang pertama, Imam (pemimpin) yang adil… (Hadits shahih, diriwayatkan salah satunya oleh Bukhari (No. 660, 1423, 6479, 6806))

Mudah-mudahan bapak termasuk (ke dalam golongan pemimpin yang adil)

PS: Aamiin. Jadi saran Ustadz, apa yang harus saya lakukan?

UAS: Buah durian, kalau hanya sekedar berputik, orang cuek. Tapi kalau dia sudah berbuah harum ranum, maka ada orang akan melempar, monyet akan naik. Sekarang buahnya sedang harum. Maka bapak (harus) tabah, kuat, serahkan pada Alloh. “Laa Hawla wa Laa Quwwata Illaa Billaah”.

Ini jihad yang paling besar. Jihad menjadi pemimpin. Sampai-sampai kata Imam Ahmad bin Hambal menyatakan:

“Seandainya do’amu maqbul dan do’a itu cuma satu, maka mintalah pemimpin yang adil” (tertulis dalam Al-Furu’, 2:120).

PS: Itu do’a dari?

UAS: Imam Ahmad bin Hanbal atau Imam Hambali. Seandainya du’amu maqbul dan du’a itu cuma satu, maka mintalah untuk Republik Indonesia itu pemimpin yang adil.

Kalau bapak adil, seluruh negeri ini akan mendapatkan keadilan.

PS: Mungkin ada lagi pesan-pesan atau harapan-harapan perjuangan kita?

UAS: Saya kan dulu selalu mengatakan kalau saya ikut Ijtima’ ‘Ulama. Lalu setelah ‘ulama berijtima’ dan berkumpul, jatuh pilihannya kepada bapak. Kemudian (saya) keliling-keliling ke mana-mana, saya melihat umat meneriakkan; “Prabowo! Prabowo!”.

Tapi saya masih…..(UAS diam tak melanjutkan kalimatnya)

UAS: Karena mata kita kadang tertipu. Di sungai kita lihat ada tongkat bengkok. Tapi ketika kita tarik, ternyata lurus. Mata menipu. Saya khawatir jangan-jangan saya tertipu dengan bapak. Oleh sebab itu, saya cari ‘ulama yang tidak masyhur, tidak populer. Yang sekarang ini ‘ulama yang masyhur. Yang di Youtube yang di TV. Tapi ini (yang saya cari), ‘ulama yang tidak dikenal orang. Tapi, mata batin (bashiroh)nya bersih. Alloh bukakan hijab kepada dia. Ini ‘ulama-‘ulama yang tidak perlu materi. Mungkin bapak tidak kenal mereka.

Dan saya tidak pernah tanya kepada mereka; “kira-kira saya pilih yang mana”. Ngga. Saya biarkan dia baca hati saya. Ngerti ngga dia dengan hati saya. Dan ketika datang, saya dekati telinga saya ke dia. Apa kata dia; “Saya mimpi 5 kali ketemu dia”. Saya tanya; “siapa?”. Dia jawab; “Prabowo”.

Kalau mimpi satu kali, boleh jadi dari Syetan. Lima kali dia mimpi dia lihat bapak. Itu sinyal dari Alloh.

Saya jalan lagi, saya cari lagi ke tempat lain. Ketika salaman, dekati telinga saya, dia bisiki; “Prabowo”. Nama bapak dia sebut. Ini ‘ulama-‘ulama yang tidak dikenal karena hebatnya di tengah masyarakat. Bukan viral seperti saya.

Saya datang ke satu tempat. Ini unik, aneh. Dia tidak mau makan nasi kalau berasnya dibeli di pasar. Berasnya ditanam sendiri. Karena kalau beli di pasar, (khawatir ada unsur) riba. Dia hanya minum kalau sumurnya digali sendiri. Dan tidak mau menerima tamu perempuan. Dan pernah menteri datang, diusir.

Menteri datang, dia usir: “pulang”, katanya.

Saya khawatir, begitu datang saya, dianggap niatnya Somad tidak baik, diusir pulang. Malu saya. Tapi saya tetap nekat datang.

Biasanya tamu kalau ke sana, dua menit tiga menit, minta do’a terus “udah, sana” (disuruh pergi).

Saya datang. Setengah jam, pak. 30 menit, dia bicara empat mata dengan saya. Di akhir pertemuan pas mau pulang dia bilang: “Prabowo”.

PS: Dia bilang begitu?

UAS: Dia bilang begitu.

Jadi, saya berpikir lama. Ini kalau saya diamkan (isyarah para ‘ulama) sampai Pilpres usai. Kenapa mereka cerita ke saya, tiap malam saya berpikir, kenapa mereka cerita ke saya. Berarti saya harus sampaikan.

Kalau tidak, ini seumur hidup sampai saya mati dalam penyesalan. Abdul Somad kenapa tidak kau ceritakan?

Setelah ketemu ini, selesai, kuserahkan semuanya kepada Alloh subhânahu wa ta’âlâ. Kuserahkan semuanya kepada Engkau yâ Allôh, yang penting sudah kusampaikan. Plong. Malam ini saya bisa tidur lelap. Hanya saja, tentunya fitnah tentu banyak.

(Prabowo menyeka air matanya. Matanya sembab)

UAS: Kalau bapak memang duduk nanti menjadi Presiden. Terkait dengan saya pribadi, dua saja. Pertama, jangan bapak undang saya ke Istana. Biarkan saya berdakwah masuk ke dalam hutan. Karena, memang saya dari awal dari sana. Saya orang kampung. Saya masuk hutan ke hutan.

Yang kedua, jangan bapak beri saya jabatan. Apa pun. Saya diantara 40 cucu mbah kakek saya, dia bilang; “cucuku yang ini, satu ini hanya sekolah agama untuk mendidik umat”. Sudah. Selesai. Makanya tak pernah sekolah umum.

Jadi biarkanlah saya terbang sejauh mata memandang, saya ceramah.

Setelah bapak jadi nanti, biarlah ‘ulama-‘ulama yang dekat-dekat di Jakarta ini yang menjadi (pembantu bapak).

Bapak dengarkan cakap ‘ulama, karena ‘ulama berijtima’ mendukung bapak. Dan ‘ulama yang ‘kasyaf’ yang tembus mata batinnya yang melihat dalam alam ghaib pun mendukung bapak.

Maka, ini anugrah besar. Tapi juga ujian besar. Saya berharap, Alloh menolong bapak dalam setiap gerak dan langkah.

PS: Terima kasih..

UAS: Saya tak bisa, hadits mengatakan:

“Tahaadduu tahaabbuu”. Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian saling mencintai. (HR. Imam Bukhari)

Saya tak kaya, tak ada duit saya untuk ngasih apa-apa ke bapak. Saya kasih dua saja. Pertama, minyak wangi Oud. Oud itu kayu gaharu. Simbolnya, supaya bapak menebarkan keharuman di negeri ini.

Yang kedua, tasbih. Oud untuk orang lain bapak harum semerbak. Tasbih, tidak bisa hati bapak kosong. Bapak harus banyak berdzikir. Ini tasbih kesayangan saya. Tasbih dari batu natural stone. Namanya Syah Ma’sud dari Persia. Paling saya sayang. Ini saya beli di Madinah.

Bapak tak perlu pegang ini di depan orang banyak. Nanti disangka orang pencitraan. Bapak cukup (shalat) tahajjud malam, bapak berdzikir, afdhal dzikir (dzikir terbaik) adalah dzikir “Laa Ilaaha Illallooh (Tiada Tuhan selain Alloh)”.

Laa Ilaaha Illallooh.. Laa Ilaaha Illallooh..Laa Ilaaha Illallooh..Laa Ilaaha Illallooh..Laa Ilaaha Illallooh..

Mulut berdzikir, hati di sebelah kiri (telapak tangan kanan UAS menekan lama dada kiri PS sambil berdzikir).

Dengan “Laa Ilaaha Illallooh”, kita hidup. Dengan “Laa Ilaaha Illallooh”, kita mati. Dengan “Laa Ilaaha Illallooh” juga kita akan berjumpa bersama Rosululloh shollallôhu ‘alaihi wasallam.

Ini yang bisa saya sampaikan. Apa yang terjadi setelah ini, kita serahkan sama Alloh Subhânahu wa Ta’âlâ.

PS: Terimakasih. Terimakasih Ustadz (UAS dan PS saling bersalaman)

UAS: Sama-sama kita berdu’a kepada Alloh.

“Yâ Allôh, tanaman taufiq dan hidayah-Mu ke dalam hati kami, sehingga kami bisa berjuang menolong agama-Mu, dengan amal yang Kau cintai dan Kau ridhoi.

Jadikan Negara Kesatuan Republik Indonesia negeri yang aman, damai, tenteram, menjunjung kebhinnekaan, di bawah Panji Pancasila.

Berikan kami pemimpin yang adil dan amanah. Jangan Kau hukum kami karena dosa-dosa kami. Jangan Kau angkat pemimpin pengkhianat yang tak sayang kepada kami dan tak takut pada-Mu yâ Allôh.

Jadikan negeri ini aman, damai, negeri Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofûr. Taqobbalallôhu Minnâ wa minkum. Minnâ wa minkum Taqobbal yâ Karîm.”

Aamiin Ya Rabbal Alamin

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *