Murkakah Alloh Kepada Negeri Ini?

by
Foto: Istimewa

Oleh: K.H. Athian Ali M Dai

Musibah jika menimpa orang kafir sudah pasti azab Alloh SWT (Ar Ra’du 34, As Sajadah 21). Sebaliknya, Jika menimpa mu’min sudah pasti salah satu bentuk kasih sayang Alloh SWT (Al Hadist).

Wartapilihan.com, Jakarta –Paling tidak ada tiga kemungkinan kasih sayang Alloh di balik musibah yang menimpa orang-orang yang beriman :

Pertama : Ujian keimanan (Al ‘Ankabut 2, 3) yang jika berhasil lulus dan bersabar maka dijanjikan Alloh SWT pahala tanpa hisab (Az Zumar 10)

Kedua : Yang dikira musibah, hakikat sesungguhnya pilihan Alloh SWT yang terbaik bagi keselamatan dan kebahagiaan hamba-Nya dunia-akhirat (Al Baqarah 216)
Namun, karena ketidakmampuan membaca hikmah apa yang akan terjadi dikemudian hari (Luqman 34), maka pilihan Alloh yang terbaik itu malah dikira musibah.

Ketiga : Azab dalam bentuk peringatan agar semua pihak yang merasa telah berbuat dosa, segera sadar dan secepatnya kembali ke jalan Alloh SWT.

Dalam musibah gempa di NTB, begitu pula gempa dan tsunami di Sulteng ,kita semua tentunya berharap, semoga yang meninggal merupakan saat yang terbaik menurut Alloh SWT bagi mereka untuk menghadap Khalik-Nya.

Bagi yang selamat, mudah-mudahan merupakan ujian dan mereka berhasil lulus sehingga semakin meningkatkan pahala amal saleh.

Sementara bagi kita bangsa Indonesia umumnya, yang tidak secara langsung mengalami musibah-musibah tersebut, khususnya bagi yang berwenang dan pemegang kekuasaan di negeri ini, saya yakin haqqul yaqien, ini semua merupakan teguran dan peringatan dari Alloh SWT.

Bagaimana tidak ?

1. Kita sebagai bangsa yang beragama yang telah sepakat menjadikan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama Pancasila dalam dasar negara, semakin hari semakin jauh meninggalkan syariat Alloh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Faham SEPILIS (Sekularisme, Liberalisme dan Pluralisme) yang di tahun 2005 sudah difatwalan MUI, sebagai faham dan ajaran yang sesat dan menyesatkan, nyatanya saat ini, semakin dibiarkan meracuni pemikiran dan mewarnai berbagai keputusan dan kebijakan.

2. Aliran dan faham lainnya , seperti Ahmadiyah dan atau Syiah yang juga telah difatwakan MUI sebagai ajaran sesat dan menyesatkan, yang karenanya harus diwaspadai ,karena tidak hanya saja berbahaya bagi akidah, tapi juga sangat mengancam keutuhan NKRI, nyatanya terus dibiarkan berkembang.

3. Mereka yang istiqomah berjuang menegakkan norma-norma agama untuk memperbaiki sebagian moral masyarakat yang semakin rusak, malah dicurigai, dituduh radikal, bahkan dikriminalisasikan.

4. Mereka yang peduli dan tulus ingin memperbaiki keadaan negeri ini agar lebih baik, malah dituduh makar, bahkan ada yang sempat ditahan untuk kemudian dilepaskan karena memang tidak cukup bukti.

5. TAP MPRS no XXV tahu 1966 yang secara tegas membubarkan PKI dan melarang pengembangan faham Komunisme, Leninisme dan Marxisme, semakin terasa kehadiran dan kebangkitannya kembali. Terbukti dengan adanya sementara pihak yang berupaya untuk mencabut TAP MPRS tersebut, bahkan menuntut Pemerintah untuk secara resmi meminta maaf.

Sementara itu, mereka yang mengingatkan adanya ancaman bangkitnya kembali PKI di negeri ini , malah dianggap mengada-ada, bahkan ada yang sempat pula ditahan, kendati Pengadilan kemudian membebaskannya.

6. Mereka yang paling nyaring berteriak mengklaim diri sebagai yang paling Pancasialis, malah justeru yang sering menunjukkan ungkapan dan sikap yang paling tidak berketuhanan Yang Maha Esa. Selalu tampil dipaling depan menentang syariat Tuhan Yang Maha Esa, bahkan mengkufuri dan mencemoohkan hari akhirat,salah satu rukun iman yang mutlak harus diyakini oleh orang orang yang beriman.

7. Kemaksiatan dalam berbagai bentuknya yang sangat dimurkai Alloh, terkesan dibiarkan terus berkembang.

8. Kelompok LGBT yang seharusnya diluruskan agar kembali kepada fitrah sebagai manusia yang normal, malah atas nama HAM diperjuangkan untuk diakui legilitas dan eksistensinya.

9. Mereka yang secara eksplisit melakukan pelanggaran, namun karena berada dalam lingkaran kekuasaan, terkesan kebal hukum. Sementara yang berseberangan terkesan sangat dicari-cari kesalahannya.

10. Pengelolaan negara terutama disektor perekonomian terasa semakin memprihatinkan. Hutang luar negeri yang semakin membengkak. Kekayaan negara yang semakin dikuasai Asing dan Aseng. Sangat banyaknya perusahaan dalam negeri milik pribumi yang pada gulung tikar, yang berakibat kepada PHK dan semakin meningkatnya jumlah pengangguran serta sulitnya memperoleh lapangan pekerjaan.

Jika kehidupan kita sebagai bangsa yang mengaku beragama sudah seperti ini, bukankah wajar bahkan sangat patut kiranya jika Alloh SWT menegur kita?
Hanya saja sayangnya, karena masih sangat lemahnya keimanan, dampak dari saking cintanya kepada kekuasaan dan segala yang berbau duniawi, melebihi cinta kepada Alloh dan RasulNya (Al Baqarah 165, At Taubah 24) yang terjadi, bukannya mengambil ‘ibroh dan tadzkirah (pelajaran dan peringatan).

Bahkan masing masing berusaha cuci tangan dan berkelit, bahwasanya musibah demi musibah yang menimpa negeri ini, samasekali tidak ada kaitannya dengan kesalahan dan dosa mereka sebagai pemegang amanah, tapi semata-mata semua ini hanyalah ‘Hukum Alam’.

Jangan-jangan mereka mengira, bahwasanya setelah Alloh SWT menciptakan Alam semesta ini serta menetapkan hukum alam, lalu Alloh SWT tidur dan membiarkan alam semesta ini berjalan sesuai dengan hukum yang ditetapkan-Nya. Tidak, sama sekali tidak, karena Alloh SWT jangankan tidur, bahkan Dia tidak pernah ngantuk (Al Baqarah 255) untuk setiap saat mengawasi makhluk ciptaan-Nya.

Alloh SWT tidaklah terbelenggu (na’udzu billah) oleh hukum alam yang ditetapkannya, tapi setiap saat Dia Mahakuasa untuk mengubahnya.

Sejak pertama kali diciptakan, api memiliki sifat panas dan membakar, namun dengan ‘Kun fayakun’ Alloh SWT (Al Anbiyaa 21), api suatu ketika berubah menjadi dingin dan menyelamatkan bagi diri Nabi Ibrahim as. Laut pun membelah menyelamatkan Nabi Musa as dan Bani Israil, dimana hukum air yang cair sejak pertama kali diciptakan, tiba-tiba bak tembok yang kokoh berdiri tegak, untuk kemudian kembali kepada sifat dan hukum asal air sehingga menenggelamkan Firaun dan bala tentaranya (Asy Syu’araa 61-68). Segala sesuatu bisa berubah dalam sekejap hanya dengan ‘Kun fayakun’ Alloh SWT .

Prinsip dan keimanan seperti ini, harusnya sudah cukup untuk mengantarkan keyakinan bagi setiap mu’min, bahwasanya di negeri yang secara perhitungan ilmu pengetahuan sangat berpotensi untuk terjadi gempa atau tsunami, namun jika Alloh tidak menghendaki terjadi, maka pasti tidak akan pernah terjadi. Karena itulah sampai detik ini ilmu pengetahuan tidak pernah mampu memprediksi detik kapan gempa atau tsunami akan terjadi.

Di sisi lain, Al Qur’an juga mengkisahkan, bagaimana ummat-ummat terdahulu secara tiba-tiba dibinasakan Alloh Yang Mahakuasa, tanpa ada kaitan bahkan bertolak belakang dengan hukum alam. Ada yang dibinasakan lewat hujan batu kerikil. Ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur. Ada yang dibenamkan ke perut bumi dan ada pula yang ditenggelamkan (Al ‘Ankabuut 40).

Karenanya, lewat musibah demi musibah yang terasa semakin akrab dengan negeri ini, sudah saatnya kita semua, khususnya yang sedang memegang amanah untuk bersikap dan berujar : Ya Alloh mustahil Engkau bersikap dzalim, karena Engkau telah haramkan kedzaliman atas diriMu (hadist qudsi). Kami lah ya Alloh yang telah mendzalimi diri-diri kami sendiri. Kini, kami benar-benar bertaubat dan segera kembali untuk meniti kehidupan sesuai syariat-Mu.

Semoga pada 2019 kita tidak akan salah lagi dalam menentukan pilihan.
Semoga yang akan terpilih nanti adalah sosok-sosok pemimpin yang siap bahkan bertekad membawa negeri ini dalam kehidupan yang dirahmati dan diridhoi Alloh SWT.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *