Beberapa tahun lalu saya mengirim email kepada tiga tokoh : Haidar Bagir, Syamsi Ali dan Wan Mohd Nor Wan Daud. Isinya adalah mengajak ketiga tokoh itu untuk mengadakan gerakan penghancuran senjata militer di seluruh dunia.
Wartapilihan.com, Depok– Kepada Haidar Bagir saya katakan bahwa salut dengan gerakannya Islam Cinta. Tapi gerakan itu saya katakan akan membawa dampak besar bagi dunia (damai) dengan gerakan penghancuran senjata militer di seluruh dunia. Ia merespon baik gagasan saya. Dan menanyakan caranya. Saya bilang dengan mengajak para tokoh untuk mengadakan gerakan bersama : dengan seminar, kampanye bersama dan lain-lain. Saya yakin bahwa bila para pemimpin dunia dengan para intelektual di seluruh dunia mengadakan gerakan ini bersama, pasti bisa dilakukan. Bukan perang dunia ini dipicu karena adanya persenjataan militer itu?
Wan Mohd Nor Wan Daud juga menyambut baik email saya. Dia menyatakan bahwa yang lebih penting adalah ‘jiwa manusia yang tidak senang dengan kekerasan/perang’.
Mengapa saya terbersit ide itu? Karena saya melihat bahwa perlombaan senjata militer menyebabkan perang di dunia. Bohong slogan yang menyatakan bahwa kalau kita ingin damai, maka harus siap perang. Bagaimanapun bila industri militer tidak dihapuskan, peperangan akan terus terjadi di dunia. Karena industri akan bergembira kalau persenjataannya laku dan untuk laku, maka diperlukan adanya perang.
Maka lihatlah dalam sejarah manusia peperangan terus terjadi. Karena tiap negara berlomba memperkuat senjata militernya, sehingga tiap ada masalah kecil antara dua negara itu, maka meletuslah peperangan. Bahkan kita melihat di tanah air, ‘banyak terjadi’ perkelahian dengan menggunakan senjata api antara tentara/polisi dengan gerakan separatis bersenjata di Papua.
Ide perdamaian dunia yang sejati, juga muncul ketika saya mengambil kuliah pasca sarjana di Universitas Indonesia. Kebetulan saat itu saya meneliti ulama besar yang dihukum mati oleh penguasa Mesir saat itu (Gamal Abdul Nasser). Ulama besar itu dalam hidupnya difitnah banyak cendekiawan (orientalis) dan termasuk tokoh dari kalangan Islam sendiri. Ia adalah Sayid Qutb.
Setelah saya membaca buku-bukunya, ternyata ulama ini sangat hebat. Mentalnya baja, tidak takut terhadap kematian. Fikirannya jernih. Ia menguasai pemikiran Barat dan prakteknya –karena ia pernah kuliah di Amerika. Ia dalam salah satu bukunya menyatakan bahwa ia muak terhadap kehidupan di Barat/Amerika. Di sana, kata dia, kehidupan manusia bagaikan mesin. ‘Manusia hanya dilihat sebagai alat/bahan produksi untuk bergeraknya industri.’
Ia sejak kecil dididik dengan al Quran. Ia menguasai pemikiran-pemikiran Islam dengan sangat mendalam. Dunia sastra pun ia torehkan dengan karya-karyanya. Dan setelah dari Amerika –karena ia melihat tokoh-tokoh Amerika bersorak sorai ketika Imam Hasan al Bana- dibunuh, ia kemudian kembali ke Mesir untuk bergabung dengan Ikhwanul Muslimin.
Dan di masanya, gerakan Islam terbesar di dunia Ikhwanul Muslimin bersinar kembali. Tulisan-tulisan dan buku-bukunya selalu dinanti kaum muda dan intelektual Islam di Mesir. Melihat ketokohannya yang hebat saat itu Gamal merangkulnya untuk diajak menggulingkan raja Mesir saat itu. Raja saat itu berhasil digulingkan dan Sayid Qutb dirangkulnya untuk menduduki jabatan pemerintahan.
Tapi karena ulama ini melihat Gamal tidak membawa perubahan Mesir ke arah Islam, maka Qutb kemudian mengundurkan diri. Ia terus berceramah dan menulis buku. Maka timbullah ‘hasad’ dalam diri Gamal. Ia tidak ingin di Mesir ada tokoh yang berpengaruh selain dirinya. Maka Qutb ditangkap dan dipenjara serta akhirnya ia hukum mati. Padahal Gamal sendiri dalam pidato ‘kemenangan revolusi’ ia pernah berjanji untuk melindungi Sayid Qutb ‘sepanjang hidupnya’.
Meski para orientalis Barat coba membelokkan sejarah, dengan memuji-muji Gamal dan menjelek-jelekkan Sayid Qutb dengan mencapnya sebagai radikalis, fundamentalis dan lain-lain, tapi bagi yang mengkaji serius karya-karya Qutb akan menemukan kejernihan pemikirannya. Aneh memang, sepanjang hidupnya Qutb tidak pernah membunuh orang, tapi dikatakan radikalis dan fundamentalis. Ilmuwan Barat sengaja menjelek-jelekkan pemikir-pemikir Islam yang bagus di Timur Tengah, agar tidak dibaca karya-karyanya oleh generasi muda atau tokoh-tokoh Islam.
Banyak buku Sayid Qutb yang bagus, diantaranya : Masa Depan di Tangan Islam, Tafsir fi Zhilalil Quran, Studi Islam, Keadilan Sosial dalam Islam, Petunjuk Jalan, Gambaran Seni dalam al Quran dan lain-lain. Beda dengan banyak ulama yang menulis karya ‘normatif’, Sayid Qutb menorehkan karya-karyanya dengan cerdas dan mencerahkan pemikiran.
Tentang perdamaian dunia, misalnya Sayid Qutb menyatakan bahwa perdamaian dunia terjadi ‘bila para tokohnya mempunyai jiwa yang tenang’. Qutb melihat perdamaian di individu, masyarakat, bangsa atau dunia terjadi bila mereka memiliki jiwa yang sakinah (tenang). Dan jiwa yang tenang itu ‘hanya dimiliki oleh Muslim yang berpegang teguh pada al Quran yang mulia’.
Dalam bukunya Petunjuk Jalan, Sayid Qutb menyatakan bahwa peradaban dunia (yang dikuasai Barat) telah kehilangan kemanusiaannya. Mereka telah kehilangan nilai-nilai yang bisa dipegang oleh manusia. Karena peradaban ini dibangun dari tradisi Yahudi Nasrani yang menyimpang dan menaruh dendam kepada Islam. Qutb sangat yakin bahwa suatu saat Islam akan memimpin dunia. Karena nilai-nilai yang dikandung Islam (Al Quran), adalah nilai-nilai yang dibutuhkan umat manusia di dunia untuk mensejahterakan hidupnya.
Pesan Sayid Qutb dalam tafsirnya,”Hidup di bawah naungan al Quran adalah suatu kenikmatan. Kenikmatan yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang pernah menikmatinya. Kenikmatan yang mengangkat, memberkati dan mensucikan umur kehidupan…Aku hidup –di bawah naungan Al Quran- memandang dari atas kea rah jahiliyah yang bergejolak di muka bumi dan berbagai pusat perhatian orang-orang jahiliyah yang ‘remeh temeh’. Aku melihat kekaguman orang-orang jahiliyah itu tertuju kepada pengetahuan yang tak lebih dari pengetahuan kanak-kanak, persepsi balita dan perhatian anak-anak kecil. Tak ubahnya orang dewasa menyaksikan permainan dan senda gurau anak-anak. Aku heran…mengapa manusia sampai demikian? Mengapa mereka mau menistakan diri dalam kehidupan yang rendah dan tidak mau mendengarkan seruan yang tinggi lagi mulia, seruan yang meningkatkan, memberkati dan mensucikan kehidupan?
Aku hidup –di bawah naungan al Quran- dengan mencermati dan menikmati konsep tentang wujud yang demikian sempurna, lengkap, tinggi dan jernih, tentang tujuan semua wujud, tujuan eksistensi manusia. Saya bandingkan dengan berbagai konsepsi jahiliyah yang dijalani manusia baik di timur, barat, utara ataupun selatan..Aku bertanya bagaimana manusia mau hidup dalam kubangan busuk, di lapisan bawah yang nista, dalam kegelapan yang amat pekat, padahal mereka mempunyai ruangan yang bersih, punya tangga yang tinggi dan cahaya yang terang benderang?”. Wallahu alimun hakim. Wallahu azizun hakim.
II Nuim Hidayat, Penulis Buku Sayid Qutb Biografi dan Kejernihan Pemikirannya.