Penelitian kepustakaan yang dilakukan periset Afrika Selatan menunjukkan bahaya dari minum minuman manis. Hanya menenggak dua gelas atau kaleng saja, sudah cukup meningkatkan risiko penyakit diabetes.
Wartapilihan.com, Jakarta –Jangan coba-coba menenggak minuman yang banyak mengandung kalori atau yang manis. Meskipun cuma dua kaleng atau gelas, itu sudah cukup meningkatkan risiko terkena penyakit gula. Itu didasarkan sebuah penelitian yang digarap M. Faadiel Essop, Ph.D., dari Stellenbosch University di Stellenbosch, Afrika Selatan.
Dalam riset yang dilansir medicalnewstoday.com (3/11/2017), Essop menggarap riset kepustakaan terhadap 36 penelitian yang diterbitkan dalam 10 tahun terakhir. Tujuannya, untuk melihat kemungkinan efek minuman manis pada kesehatan kardiometabolik.
Penelitian sebanyak itu terdiri dari uji klinis yang terkontrol atau acak, beserta observasi berikut analisanya. Hasil studinya dipublikasikan dalam Journal of the Endocrine Society terbaru. Sebagian besar penelitian mereka mengkaji peserta yang mengonsumsi lebih dari lima minuman manis seminggu – atau setara dengan kurang dari satu minuman tersebut sehari.
Beberapa dari penelitian ini menghasilkan hasil yang kontradiktif, atau tidak menghasilkan cukup bukti untuk mendukung hubungan antara lima minuman manis seminggu dan penyakit kardiometabolik, namun kebanyakan dari mereka mengungkapkan hubungan yang jelas antara frekuensi minum minuman manis dengan risiko terkena penyakit kardiometabolik.
Secara keseluruhan, ulasan tersebut menemukan korelasi kuat antara SSB dan sindrom metabolik – sebuah nama kolektif untuk berbagai faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan berkembangnya gangguan kardiometabolik.
Faktor risiko ini termasuk ukuran pinggang yang besar, tingkat trigliserida yang tinggi (yaitu, lemak yang dapat ditemukan di dalam darah kita), rendahnya kadar kolesterol “baik” (highdensity lipoprotein – HDL), hiperglikemik, dan hipertensi. “Sebagian besar studi epidemiologi menunjukkan bahwa asupan minum minuman manis sepekan sering berkontribusi pada onset sindrom metabolik dalam jangka panjang,” kata Essop dalam laporan risetnya.
Menurutnya, konsumsi harian minimal satu minuman manis per pekan meningkatkan risiko hipertensi, dan bahkan dua minuman manis per minggu meningkatkan kemungkinan diabetes tipe 2. Selain itu, ditemukan fakta bahwa konsumsi minuman manis sepekan secara regular dapat menurunkan sensitivitas insulin sebanyak 17%, sehingga kemampuan pankreas mengolah gula darah menjadi energi berkurang. Akibatnya, kadar gula darah dalam tubuh meningkat.
Essop mengatakan bahwa studi kepustakaan yang dilakukannya menunjukkan adanya kebutuhan yang jelas akan pendidikan kepada masyarakat mengenai efek berbahaya dari konsumsi berlebih dari minuman manis. “Analisis kami mengungkapkan bahwa sebagian besar studi epidemiologi menunjukkan dengan kuat bahwa asupan minuman ini sering menyebabkan timbulnya sindrom metabolik, diabetes dan hipertensi,” katanya.
Hasil studi ini lebih memperjelas bagaimana minuman manis- manis mempengaruhi kesehatan manusia. Meskipun begitu, ia mengakui beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, karena belum dilakukan dalam jangka panjang.
Apa pun studi Essop mengingatkan kita mengenai bahaya minum minuman manis terhadap timbulnya diabetes. Penyakit kencing manis kini menjadi ancaman dunia dan mematikan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa setidaknya 19 juta kematian saban tahun berasal dari kelainan kardiometabolik – istilah umum untuk penyakit kardiovaskular dan kondisi seperti sindrom metabolik dan diabetes tipe 2.
Di Amerika Serikat saja pada tahun 2012 terdapat 702.308 orang meninggal karena kelainan kardiometabolik. Faktor makanan seperti makanan dan minuman disebut-sebut dapat meningkatkan risiko kematian kardiometabolik.
Masalahnya banyak masyarakat mengabaikan peringatan itu. Produsen minuman manis juga makin gencar berpromosi dan melakukan penelitian yang seolah-olah minuman manis aman bagi konsumen.
Lihat saja akhir-akhir ini beberapa merek minuman manis bermunculan. “Konsumsi minuman manis gula terus meningkat di antara semua kelompok usia di seluruh dunia,” kata Essop. Pengonsumsinya juga bertambah. Pada 2011-2014 misalnya, data menunjukkan 6 dari 10 remaja (63%) dan 5 dari 10 orang dewasa (49%) minum minuman manis pada hari tertentu. Rata-rata, remaja Amerika Serikat mengonsumsi 143 kalori dari orang dewasa SSB dan A.S. mengkonsumsi 145 kalori dari minuman manis pada hari tertentu.
Di Indonesia tak jauh berbeda. Bila melihat dari pertumbuhan industri minuman ringan pada kuartal I tahun ini cukup baik bila dilihat dari sektor minuman energi dan susu yang tumbuh 15%. Ini menunjukkan konsumsi minuman manis terus meningkat.
Helmy K