Kecantikan jasmani tidak bisa dilepaskan dari kecantikan rohani yang menaungi raga dalam hidup. Banyak diantara kita yang merasakan kesehatan jasmani namun rohani kering dari nilai-nilai yang membahagiakan.
Wartapilihan.com, Jakarta –Betapa banyak masyarakat di sekitar kita mempercantik diri dengan aneka perawatan yang membutuhkan biaya tidak sedikit demi untuk memperindah jasmani seperti: olahraga, pola makan, menghindar dari sengat matahari, kerja dengan Susana nyaman dan lain-lain.
Semua itu demi kesehatan raga agar tetap indah dipandang, elok ditegur dan elegan membuka hubungan sosial dengan lingkungan masyarakat. Membuka hubungan dengan masyarakat seringkali keindahan fisik menjadi syarat utama mendapat respon positif dari mereka.
Maka, sewajarnya menata jasmani menjadi penting untuk diperhatikan disaat lingkungan masyarakat menaruh perhatian terhadap keberadaan kita disuatu tempat. Karena modal awal untuk dapat bersosialisasi dengan lingkungan adalah fisik yang segar, bersih, harum tetapi tidak melupakan sebagai manusia yang mempunyai dimensi spiritual.
Di era digital, dimensi spiritual menjadi barang langka seperti mencari intan yang jatuh di tengah lautan. Banyak di kalangan masyarakat rela datang dari jauh untuk mencari kesehatan ruhani lewat pendekatan spiritual.
Diantara mereka, ada yang terkena sihir, guna-guna, kegelisahan yang amat sangat, kehampaan dalam hidup, dihinggapi merasa bersalah, gerak dan langkahnya seolah-olah ada yang mengawasi kemanapun ia pergi. Maka disinilah pentingnya merawat kebahagian jasmani dan rohani.
Bersolek dengan Jiwa Raga
Kehidupan yang terus berubah, ditengah-tengah arus urbanisasi yang melanda kota-kota besar di Indonesia. Mobilitas masyarakat urban selalu menjadi pemandangan tiap hari ditengah hiruk pikuk kehidupan kota.
Akibatnya, lalu lintas lintas kendaraan menjadi padat. Asap kendaraan dan debu jalan bertebaran tertiup angin dan udara pun sudah tidak sehat dihirup oleh manusia yang membutuhkan oksigen setiap saat.
Keadaaan demikian, tidak jarang dapat mengganggu kesehatan jasmani yang kita butuhkan. Karena dalam hidup kita tidak bisa lepas dari udara yang bersih agar paru paru kita tetap sehat demi kelangsungan hidup dengan umur panjang.
Kalau kita tengok ke berbagai rumah sakit, banyak dikalangan masyarakat yang mengidap penyakit paru-paru, asma, alergi kulit, penyakit dermatitis kontak dll akibat kurang terjaganya udara bersih.
Terlebih masyarakat yang tinggal diperkotaan dengan jumlah kendaraan yang tiap hari terus meningkat, maka potensi terkena penyakit tersebut di atas sangatlah rentan. Maka Pemerintah Daearah atau Provinsi misalnya sangat elegan melakukan kebijakan uji emisi untuk mengurangi jumlah karbon di udara.
Menurut Toni Samiaji dalam Jurnal Berita Dirgantara (2011) bahwa emisi maupun gas karbon CO2 di Indonesia cenderung naik, tetapi Indonesia masih mempunyai penyerap gas CO2, yaitu hutan dan lautan. Dari hasil penelitian Toni Samiaji, konsentrasi CO2 karbon di Indonesia dari tahun 2004 hinga 2010 mengalami peningkatan dari 373 menjadi 383 ppm, demikian juga terjadi dilapisan troposfer.
Maka sepatutnya, penduduk Bumi sudah seharusnya memelihara Bumi dengan berbagai macam cara. Salah satunya dengan menanam pohon untuk menyerap udara yang kotor di berbagai tempat fasilitas publik.
Dilihat dari sudut ragam manfaat, menanam cukup banyak manfaatnya. Salasatunya adalah masyarakat dapat menghirup udara bersih. Secara otomatis oksigen yang dihirup oleh kita pun bebas dari polusi dan dapat mendorong terjadinya sirkulasi darah secara normal.
Namun disisi lain masyarakat era global yang banyak menghabiskan waktunya di kantor dan genggaman kehidupan dunia maya. Membutuhkan banyak perhatian dari berbagai kalangan mengenai pola dan gaya hidup yang tidak sehat secara ruhani.
Salah satu contoh prilaku masyarakat global yakni banyak menghabiskan waktu di kantor, selancar di media social, kurangnya bersosialisasi, merokok disembarang tempat, egoisme, ikatan persaudaraan memudar, kurang kenal tetangga bahkan sampai di pedesaan pun sudah hampir mengikuti gaya hidup di perkotaan.
Belum lagi prilaku masyarakat yang cenderung main hakim sendiri, mengamuk secara emosional, suap menyuap, berani melakukan korupsi, merampok secara secara terang-terangan, pembunuhan, penjualan anak bayi, sewa menyewa anak, maklar kasus, naik kendaraan kurang kurang aman dan lain-lain.
Keadaan demikian, membuat masyarakat menjadi split personality, bingung, mengalami kebuntuan dalam hidup, paranoid, ketidak tenangan dalam hidup, tidak berani mengambil resiko, gaya hidup pragmatis, insomnia, merasa hidup tidak berguna dan seabreg masalah lainnya.
Pada gilirannya, masyarakat kehilangan kekuatan ruhani, kehampaan dalam kehidupan spiritual yang menghinggapi kehidupan masyarakat di perkotaan. Maka tidak aneh pengajian-pengajian yang berbau pendekatan spiritual banyak diminati masyarakat perkotaan.
Kondisi ini kemudian mendapat tempat di hati para pemuka Agama gaya baru seperti Aa Gym dengan manajemen Qolbu-nya (MQ), KH.Arifin Ilham dan Ust. Haryono dengan Majlis Dzikirya, dan KH. Yusuf Mansur dengan term sedekahnya.
Menurt Buya Hamka (2016) meningkatnya kehidupan tasawuf tidak lepas dari masalah-masalah perubahan sosial yang terjadi di lingkungan perkotaan, lalu pada saat yang sama masyakat tersebut ketika mendapat masalah di atas, Ia menceburkan diri ke dalam kehidupan tasawuf modern.
Secara medis, tasawuf modern adalah penawar dari segala penyakit yang menghinggapi kehidupan masyarakat perkotaan. lalu dengan mengikuti cara dzikir bareng, malam bina iman dan taqwa (MABIT), kajian keagamaan, mendermakan sebagian hartanya untuk membantu sesama yang membutuhkan.
Denga demikian, dinamika kehidupan diharapkan dapat berkurang dan kondisi ruhani kembali sehat dan tenang. Sebagaimana ilmuan dari Eropa Dr. Herbert Benson pernah bilang bahwa orang yang beragama secara taat maka hidupnya akan cenderung sehat dan teratur.
Semoga keadaan jasmani dan ruhani kita sehat wal afiat agar dapat menunaikan tugas kehidupan dengan damai dan lancar tanpa ada beban hidup yang membuat kita terjatuh ke dalam dunia kebinasaan. Aamiin. ||
Asep Abdurrahman
Mahasiswa Program Doktor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dosen Universitas Muhammadiyah Tangerang