Oleh: KH. Luthfi Bashori, Pengasuh Pondok Pesantren Ribath Al Murtadla Al Islami, Singosari, Malang.
St. Aisyah RA menuturkan, bahwa Sy. Abu Bakar punya seorang budak laki-laki yang ia keluarkan zakatnya. Sy. Abu Bakar juga pernah memakan sebagian makanan yang disediakan oleh budak tersebut. Suatu hari budak tersebut membawa makanan, lalu Sy. Abu Bakar memakannya sedikit.
Wartapilihan.com, Jakarta –“Tahukah Tuan, barang apakah ini?” tanya budaknya menunjuk pada makanan yang telah dimakan sebagian kecil oleh Sy. Abu Bakar.
“Sebenarnya barang apakah itu?” Sy. Abu Bakar balik bertanya.
“Pada zaman jahiliah dulu, aku pernah mendukuni seseorang, dan tidalah aku melakukan perdukunan itu melainkan hanya tipu daya,” ungkap budak lelaki tersebut. “Lalu orang itu datang kepadaku dan memberikan barang-barang itu kepadaku. Barang itulah yang Tuan makan tadi.”
Seketika Sy. Abu Bakar memasukkan jemarinya ke dalam tenggorokannya sebagai upaya untuk memuntahkan makanan yang telah masuk ke dalam perutnya.” (HR. Al-Bukhari).
Betapa zuhudnya Sy. Abu Bakar terhadap makanan yang dikonsumsinya, hingga beliau berusaha memuntahkan makanan yang sudah terlanjur dimakannya dan masuk dalam tubuhnya.
Apakah umat Islam yang hidup di jaman sekarang, masih ada yang melakukan penjagaan terhadap makanan yang masuk ke dalam perutnya seperti apa yang dilakukan oleh Sy. Abu Bakar Asshiddiq ini?
Sy. Abu Hurairah RA menyatakan, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Maha baik dan hanya mau menerima yang baik, dan sungguh Allah menyuruh orang-orang seperti yang diperintahkan kepada para Rasul sebagaimana firman-Nya yang artinya, “Wahai para Rasul, makanlah yang baik-baik dan beramal salehlah. Sesungguhnya apa saja yang kalian lakukan, Aku Maha Mengetahui, dan firman-Nya yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rezekikan kepada kalian.”
Kemudian Nabi Muhammad SAW menceritakan tentang seorang laki-laki yang menempuh perjalanan panjang. Rambutnya kusut penuh debu dan tangannya menengadah ke langit seraya berdo’a, “Wahai Tuhanku, Wahai Tuhanku,” namun pakainnya haram, minumannya haram. Pakainnya yang di pakai haram dan yang di masukkan ke dalam perutnya pun haram. Bagaimana do’anya akan di kabulkan dalam keadaan seperti itu. (HR. Muslim dan At-Tirmidzi).
Anjuran agar umat Islam selalu berhati-hati dalam menentukan jenis makanan yang akan dikonsumsinya itu, telah menjadi perhatian Rasulullah SAW secara khusus. Karena itu umat Islam harus selalu waspada agar tidak terjerumus mengkonsumsi makanan yang haram. Bagaimanapun juga memilih makanan yang bestatus halal atau haram itu ada pengaruhnya dalam kehidupan seseorang baik di dunia maupun di akhirat nanti.