LIKUIFAKSI DAN AZAB KAUM LUTH

by
foto:istimewa

Oleh: Inayatullah Hasyim, Dosen Fakultas Hukum Universitas Djuanda Bogor

Selain gelombang tsunami, gempa bumi di Palu dan Donggala melahirkan likuifaksi. Secara sederhana, likuifaksi adalah fenomena ketika tanah kehilangan kekuatan dan daya rekatnya akibat adanya tegangan seperti gempa bumi. Akibatnya, tanah yang padat menjadi cair dan bahkan “berjalan”. Para saksi mata mengatakan, rumah mereka bukan saja goyang dilanda gempa, tetapi berjalan. Dan rekaman video yang beredar di media sosial membuktikan itu.  Sebagian tanah amblas sampai lima puluh meter, sebagian lagi tiba-tiba membuat gundukan. Lalu, tanah-tanah itu tiba-tiba terbalik dan menelan rumah-rumah hingga tak berbekas sedikitpun.

Wartapilihan.com, Jakarta –Di dalam al-Qur’an, kaum yang diterbalikkan tanahnya oleh Allah SWT disebut sebagai “الموتفكات”. Dalam surah al-Haqqah, Allah SWT berfirman:

وَجَاءَ فِرْعَوْنُ وَمَن قَبْلَهُ وَالْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ

Dan telah datang Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan yang besar. (QS Al-Haqqah 9).

Para ahli tafsir mengatakan, kaum yang mendapat adzab dengan diterbalikkan tanahnya itu (likuifaksi) adalah masyarakatnya Nabi Luth. Dosa mereka adalah praktek homoseksual. Yaitu kecintaan laki-laki pada laki-laki. Bahkan, saking sukanya mereka dengan laki-laki, ketika Nabi Luth kedatangan tamu (malaikat) dalam wujud manusia, mereka datang menggoda.

Allah berfirman,

وَجَاءَهُ قَوْمُهُ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوا يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ ۚ قَالَ يَا قَوْمِ هَٰؤُلَاءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَلَا تُخْزُونِ فِي ضَيْفِي ۖ أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيد

Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: “Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?” (QS Hud: 78)

Mereka menjawab teguran Nabi Luth dengan mengatakan bahwa mereka tak punya hasrat dengan kaum perempuan. Allah berfirman:

قَالُوا لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ

Mereka menjawab, “Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki”. (QS Hud: 79)

Nabi Luth pun menjadi takut dengan sikap kaumnya itu. Malaikat mengingatkan Luth, tak usah merasa takut sebab sebentar lagi mereka akan diadzab. Allah SWT berfirman,

قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَن يَصِلُوا إِلَيْكَ ۖ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ اللَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنكُمْ أَحَدٌ إِلَّا امْرَأَتَكَ ۖ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ ۚ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۚ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ

Para utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?”. (QS hud 81)

Apa hikmah dari peristiwa likuifaksi yang mengiringi gempa bumi di Palu dan Donggala itu?

Pertama: seluruh kisah Nabi yang digamparkan al-Qur’an kini kita saksikan. Misalnya, ketika Nabi Musa dikejar Fir’aun dan dia diperintahkan untuk memukulkan tongkatnya, air laut tiba-tiba terbelah, lalu memberi jalan bagi Musa untuk melewatinya.

Allah berfirman,

فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِب بِّعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ  — الشعراء 63

Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar” (QS As-syuara: 63).

Dulu, sebelum ada peristiwa tsunami Aceh kita tidak bisa membayangkan bagaimana air laut tiba-tiba surut dan terbelah lalu ombaknya datang bergulung-gulung seperti gunung berjalan. Namun, tsunami di Palu (dan Aceh) menunjukkan pada kita bahwa air laut bisa tiba-tiba surut dan berbalik menjadi gelombang lautan yang sangat dahsyat. Bukankah tak ada hal yang mustahil bagi-Nya?

Kedua: Dulu, azab yang ditimpakan kepada kaum para Nabi selalu didahului dengan peringatan. Pada peristiwa likuifaksi kaum Nabi Luth, misalnya, hal itu didahului dengan kehadiran malaikat. Bahkan, malaikat mengingatkan agar Luth segera merelokasi pengikutnya yang taat sebelum azab ditimpakan.

Gempa, tsunami dan likuifaksi di Palu dan Donggala tak ada “early warning system” dari malaikat. Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika bahkan mencabut peringatan dini tsunami karena pada awalnya tak ada gejala itu. Hal ini sekaligus menunjukan betapa lemahnya ilmu manusia dibandingkan ilmu Allah SWT.

Kini saatnya bagi kita untuk introspeksi diri. Imam Ibnul Qayyim berkata, “Barangsiapa merenungi keadaan alam ini, niscaya akan ia dapatkan bahwa segala kebaikan di muka bumi ini, sebabnya (berpulang) pada (seberapa besar upaya kita) mengesakan Allah, menyembah-Nya, dan taat kepada rasul-Nya. Dan setiap kerusakan di muka bumi, segala fitnah dan musibahnya (seperti) kekeringan, serangan musuh dan lain sebagainya, sebabnya (berpulang) pada (sikap kita) menentang Rasulallah dan mengajak (orang lain) kepada selain Allah dan rasul-Nya”.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *