Langkah Kuda Politik Istana

by
Presiden Jokowi bertemu Ulama di Istana Bogor. Foto: Istimewa

Menjelang tiga bulan pendaftaran capres-cawapres Agustus 2018, Jokowi melakukan langkah-langkah kuda. Selain bertemu dengan pimpinan PKS dan alumni 212, Jokowi juga melakukan politik gincu untuk menarik anak-anak milenial. Pendukung Jokowi menyerang habis pengkritik istana.

Wartapilihan.com, Jakarta –“Maaf, saya sudah sering ke Istana dan jumpa presiden, mulai dari Soeharto, Habibi, Gusdur, dan SBY (kecuali mega dan jokowi yang saya tidak mau jumpa) jadi saya sudah hapal protokoler di Istana. Dan asal saudara-saudara tahu, menurut SOP Istana, tidak ada agenda presiden yang bersifat rahasia. Sebab hal itu sudah diatur dalam UU kepresidenan dan menggunakan dana APBN sehingga harus dipertanggungjawabkan ke DPR, BPKP, dan BPK. Jadi saran saya, kalau saudara-saudara mau terjun ke dunia politik model Indonesia, cobalah baca buku cerita silat karangan Ko Ping Ho,” kata Abdullah Hemahahua mengomentari pertemuan Persaudaraan Alumni 212 dengan Presiden Jokowi, Ahad lalu (22/4).

Peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Indria Samego menyebut pertemuan itu sebagai tanda kemenangan Jokowi dalam mengendalikan pihak oposisi. “Ya jadi saya kira kemenangan Jokowi untuk mengendalikan oposisi,” ujar Samego.

Meski Rabu lalu (25/4), PA 212 mencoba mengklarifikasi pertemuan tertutup dengan Jokowi itu tidak ada dukung mendukung, tapi suara-suara negatif ke Tim 11 Alumni 212 itu terus bersliweran di media sosial. Pasalnya, Tim 11 menyalahkan pihak istana membocorkan pertemuan itu, padahal dalam aturan istana selama ini tidak ada ‘satupun’ orang yang bertemu dengan presiden di istana tidak boleh diekspos.

Tapi meski demikian, Tim 11 terselamatkan dengan penjelasan mereka tentang isi pertemuan itu. “Pertemuan tersebut diharapkan agar Presiden mengambil kebijakan menghentikan kriminalisasi ulama dan aktivis 212 dan mengembalikan hak-hak para ulama dan aktivis 212 korban kriminalisasi sebagai warga Negara,” terang Ustadz Mohammad al Khaththath.

Sesepuh PA 212, Amien Rais menyatakan bahwa pertemuan alumni 212 dengan Jokowi itu adalah pertemuan yang indah. Pertemuan itu tidak membahas soal politik terkait Pilpres 2019 maupun pembagian uang. “Tidak ada mengenai Pilpres, tidak ada amplop dan lain-lain. Jadi ini beautiful meeting,” kata Amien di Jakarta (26/4). Selain Amien, Habib Rizieq juga mendukung penuh pertemuan yang dilakukan Tim 11 itu.

Jokowi memang diuntungkan dengan pertemuan itu. Ia menganggap bahwa pertemuan itu seperti pertemuannya dengan banyak kyai dan ulama di berbagai daerah.

Jokowi juga mengaku telah bertemu diam-diam dengan pimpinan PKS, partai oposisi, sebelumnya. Ketua Dewan Syura PKS, Habib Salim Segaf al Jufri diakui oleh Ketua DPP PKS al Muzammil Yusuf telah bertemu setidaknya dua kali dengan Presiden Jokowi. Tapi menurut Muzammil, PKS menolak bergabung dengan koalisi pendukung Jokowi, PKS tetap akan bersama Gerindra untuk mengusung calon presiden alternatif.

Selain Jokowi sendiri melakukan pertemuan tertutup dengan tokoh-tokoh politik, presiden ketujuh itu juga ‘mengutus’ kepercayannya untuk bertemu dengan Prabowo Subianto. Prabowo berkali-kali bertemu dengan utusan Jokowi. Tapi informasi simpang siur di publik apakah Prabowo pernah menerima tawaran cawapres dari Jokowi atau menolaknya.

Langkah Jokowi ini mungkin dilakukan karena rasa was-was elektabilitasnya tidak sampai 60%. Hasil survei berbagai lembaga survei tentang elektabilitas Jokowi itu, membuat Jokowi masih tidak aman dalam pencalonannya. Angka survei itu, tidak jauh beda dengan kemenangan Jokowi pada pemilu 2014 lalu, yang hanya 53,15%. Padahal harusnya dengan jabatannya sebagai presiden, elektabilitas Jokowi bisa lebih dari 60% (seperti SBY pada tahun 2009).

Merangkul Milenial

Akibatnya, Jokowi melakukan hal-hal yang aneh dalam kedudukannya sebagai presiden. Seperti membagi-bagikan sembako atau bantuan secara langsung kepada rakyat di jalanan. Menonton bioskop kesukaan anak-anak remaja (Dilan), berkeliling di jalanan dengan kendaraan motor Chopper dan lain-lain.

Pemaksaan diri pencitraan Jokowi di bioskop itu, menjadikan dirinya menjadi bahan tertawaan banyak netizen. Terutama ketika ia berkomentar setelah keluar dari gedung bioskop,“Dilan itu sebuah kesederhanaan yang diambil sudutnya dengan sudut pandang dengan kamera yang pas gitu. Jadinya, semuanya, apa? Kaget dan menjadi sebuah booming…”

Banyak netizen bingung dengan pernyataan Jokowi soal Dilan ini.
Jokowi kini juga sudah tidak sederhana lagi. Ketika melakukan touring ke Sukabumi, Jokowi memakai jaket denim seharga 4 juta rupiah dan motor chopper seharga 140 juta rupiah.

Rupa-rupanya presiden dari Solo ini sudah lupa dengan iklan sederhananya yang bertebaran di Jakarta pada 2014. Di iklan 2014 itu disebutkan, harga kemeja Jokowi 100 ribu, harga celana 110 ribu dan harga sepatu 160 ribu.

Menyerang Penyerang Jokowi

Strategi lain yang digunakan pendukung Jokowi, adalah menyerang penyerang Jokowi. Amien Rais dan Rocky Gerung yang cerdas melakukan kritikan-kritikan tajam ke Jokowi dibully habis-habisan mereka. Bahkan keduanya dilaporkan ke polisi karena kritikan-kritikannya.

Rocky Gerung dilaporkan karena mengatakan bahwa kitab suci itu fiksi. Padahal fiksi dalam definisi Gerung beda dengan pengertian masyarakat umum selama ini. Sedangkan Amien Rais dilaporkan polisi karena pernyataannya dalam pengajian subuh tentang partai Allah (hizbullah) dan partai setan (hizb Syaithan).

Amien juga diserang kanan kiri oleh pendukung setia istana. Azyumardi Azra, Syafii Maarif, Ahmad Basarah dan lain-lain ikut menyerang keras pak Amien. Padahal pernyataan Pak Amien itu didasarkan pada ayat Al Quran yang memang menyebut keduanya secara eksplisit. Harapan Amien menyampaikan hal ini agar partai-partai di Indonesia mengikuti ajaran Allah, bukan mengikuti ajaran syetan.

Amien juga diserang tajam karena pernyataannya di Gedung Balai Kota Jakarta, Selasa lalu (24/4). Amien dalam pengajian ibu-ibu itu menyatakan bahwa elektabilitas Jokowi sudah anjlok. “Ini elektabilitasnya sudah going down,” kata Amien sambil menunjuk foto Jokowi di hadapan para hadirin. Amien juga menganjurkan agar dalam setiap pengajian, disisipkan kajian politik.

Kontan setelah itu, Amien diserang habis-habisan. Syafii Maarif menolak keras bila dalam pengajian diisi dengan masalah politik. “Kalau politiknya politik tinggi (tidak masalah). Tapi kalau politik tujuannya untuk kaitan pilkada, pemilu, cari pengikut, itu tidak benar,” katanya.

Syafii kemudian mengutip Soekarno,”Seharusnya, beragama itu, kalau menurut Bung Karno, harus beradab, harus berbudaya. Beragama bolehlah, tapi tidak dipakai untuk tujuan rendahan, jangan kotori agama dengan tujuan-tujuan yang rusak.”

Beda memang profesor yang mendalami politik praktis dengan profesor yang memahami politik hanya sebagai teori.

Izzadina

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *