Pendidikan tinggi yang tidak memberikan gelar akademik formal adalah yang paling sesuai dengan konsep universitas (universitatem/jaami’ah), yang menekankan pada pembentukan manusia yang sempurna (insan kamil) atau insan adabi.
Wartapilihan.com, Depok— Cendikiawan Muslim sekaligus praktisi pendidikan, Dr. Adian Husaini sedang memulai sebuah model baru perguruan tinggi. Berikut penuturan Beliau di laman facebook pribadinya.
Rabu, 7 Agustus 2019, siang, saya mengajak para mahasiswa (mahasantri) Attaqwa College (ATCO) atau Pesantren Tinggi at-Taqwa untuk ngobrol-ngobrol di sebuah rumah makan di kawasan Jalan Margonda Depok. Enam mahasiswa hadir. Mereka baru saja lulus PRISTAC (Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization); satu jenjang pendidikan setingkat SMA yang menfokuskan kajian pemikiran dan peradaban Islam. InsyaAllah akan datang beberapa mahasiswa baru ATCO dari luar Pesantren Attaqwa Depok. (wisuda santri PRISTAC: https://wartapilihan.com/wisuda-pelajar-di-pesantren-yang-berkesan/ )
Kepada para mahasiswa baru ATCO — salah satunya anak saya sendiri — saya menekankan bahwa mereka adalah para pelopor ‘reformasi pendidikan tinggi’ yang berbasis pada konsep adab. Mereka akan menjalani pendidikan non-formal setingkat Strata-1, dengan standar kelulusan pada penguasaan lima kompetensi utama, yaitu: (a) adab dan akhlak mulia (b) bahasa Arab dan Inggris (c) Pemikiran Islam (d) Teknologi Informasi dan (e) kemampuan menulis dan public speaking.
InsyaAllah dalam waktu sekitar 2 tahun, kelima kompetensi itu bisa diraih, dengan lulus uji kompetensi sekitar 50 mata kuliah.
Saya menekankan kepada mereka, bahwa inilah model pendidikan tinggi terbaik, meskipun tidak memberikan gelar akademik formal. Sebab, ini sesuai dengan konsep universitas (universitatem/jaami’ah), yang menekankan pada pembentukan manusia yang sempurna (insan kamil) atau insan adabi. Pendidikan ini bertujuan membentuk manusia yang baik (good man), yang memiliki skill yang diperlukan untuk kemandirian dan kemanfaatan kepada masyarakat.
Jadi, ATCO bukan sekedar mencetak
calon pekerja atau buruh, tetapi mencetak manusia pejuang penegak
kebenaran yang memiliki skill tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat.
“Kalian semua targetnya adalah menjadi doktor dalam bidang-bidang
keilmuan tertentu yang diperlukan masyarakat. Jadi, kalian jangan
berpikir hanya sampai S-1,” begitu saya tekankan kepada para mahasiswa
itu.
Saya menceritakan sejarah perkembangan universitas di Indonesia, dan semakin berkurangnya kesempatan kampus dalam pembinaan kepribadian mahasiswa, karena perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat. Ini fenomena global.
Karena itulah, kehadiran lembaga pendidikan tinggi berbentuk Pesantren semacam ATCO memang sangat diperlukan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan dan keadilan dalam diri mahasiswa. Sebab, para mahasiswa ATCO wajib tinggal di pesantren, dibimbing langsung oleh para dosen yang insyaAllah baik kualitas zikir dan fikirnya. Di situlah para mahasiswa akan menjalani berbagai latihan ibadah, zikir, tazkiyyatun nafs (pensucian jiwa), reportase lapangan, penulisan artikel, dan sebagainya.
Sudah lazim dipahami, bahwa proses pendidikan terbaik adalah dengan cara ‘mulazamah’ (suhbah) atau semacam ‘coaching’. Para guru bertindak — bukan sekedar pemberi informasi pengetahuan — tetapi juga sebagai teladan hidup, sebagai motivator, dan juga inspirator. Sebab, menurut Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, hakikat pendidikan adalah penanaman (inculcation) nilai-nilai kebaikan dalam diri seseorang. Proses pendidikan seperti inilah yang dulu dilakukan oleh Rasulullah saw dan para ulama pewaris Nabi yang bertindak sebagai guru-guru teladan.
Kami yakin dengan konsep pendidikan ideal ini. Dan kami sadar, bahwa tantangannya sangat berat. Terutama tantangan begitu kuatnya hegemoni sekulerisme dan materialisme, yang lebih mementingkan ‘gengsi’ sosial ketimbang substansi keilmuan dan pendidikan yang benar.
Tapi, ujian itu tidak seberapa dibandingkan dengan ujian iman dan ujian dakwah yang dihadapi oleh para sahabat Rasulullah saw dan para ulama yang menyebarkan Islam di Nusantara dulu. Sering saya tekankan pada para santri bahwa ‘profesi’ yang dijamin oleh Allah rizkinya adalah para pejuang di jalan Allah. Siapa pun yang menolong agama Allah, maka Allah pasti akan menolongnya dan meneguhkan kedudukannya. (QS 47:7).
InsyaAllah, kuliah perdana di Attaqwa College akan mulai dengan Kuliah Islamic Worldview, selama dua hari, yaitu pada 17-18 Agustus 2019. (https://www.facebook.com/adian.husaini.397?ref=bookmarks).
Sekian kabar dari Attaqwa College Depok. InsyaAllah akan ada kabar berikutnya …. (Dr. Adian Husaini, Direktur Attaqwa College Depok).
NB. Info Attaqwa College, Ust Haris Susmana (0815-42789321)