Pasukan Israel melukai lebih dari 900 warga Palestina sejak bentrokan di kompleks Masjid Al-Aqsa yang meletus pada 14 Juli lalu. Sebagian besar terkena peluru karet yang dilapisi baja.
Wartapilihan.com, Yerusalem – Lebih dari 900 warga Palestina terluka dalam konfrontasi dengan pasukan Israel dalam 10 hari terakhir di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Rumah sakit Palestina yang semakin penuh sesak khawatir dengan bertambahnya korban yang terluka jika ketegangan terus berlanjut.
Mereka juga menyoroti bahwa sebagian besar luka yang ditimbulkan oleh pasukan Israel berasal dari peluru karet berlapis baja.
Kelompok hak asasi manusia internasional telah lama mengutuk penggunaan peluru Israel tersebut.
Muhamad Ismeal yang berusia 39 tahun, yang saat ini dirawat di rumah sakit Al Maqassid di Yerusalem Timur, ditembak dengan granat setrum di kepala yang membuatnya tidak sadarkan diri.
“Dia tidak cacat, tetapi sekarang lihat dia, dia tidak bisa mengenali siapapun, sepertinya dia kehilangan ingatannya,” kata Muataz Ismeal, saudara pasien, kepada Al Jazeera.
Suleiman Turukman, dokter yang menangani kasus Mohammed, mengatakan bahwa dia mengkhawatirkan kehidupan pasiennya. “Kondisinya serius, dia hampir mati, sekarang dia membaik, tetapi ia bingung dan tidak bisa mengenali keluarganya karena trauma.”
Bentrokan dengan pasukan Israel yang dimulai dengan penutupan kompleks Masjid Al-Aqsa terus berlanjut sejak dibuka kembali saat Israel memperkenalkan detektor logam sebagai tindakan pengamanan di pintu masuk situs tersebut.
Orang-orang Palestina melihat langkah tersebut merupakan usaha Israel memperluas kontrolnya di kompleks yang dikelola oleh Muslim tersebut. Pada hari Ahad (23/7), Israel memasang kamera keamanan baru di lokasi yang juga membuat marah para pemrotes.
Hussein Da’na, seorang warga Palestina berusia 76 tahun, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia “menolak” kamera karena merugikan orang-orang Palestina. “Kamera ini dibuat untuk mengidentifikasi wajah orang-orang yang dilarang memasuki Masjid al-Aqsa,” kata Da’na.
“Kami berdoa setiap pagi di sini dan polisi menyerang kami, saya berniat untuk terus berdoa di sini sampai Israel menghapus semua yang baru,” tambahnya, mengacu pada tindakan pengamanan.
Mayor Jenderal Yoav Mordechai, yang mengepalai badan pertahanan Israel untuk urusan sipil Palestina, mengatakan bahwa Israel terbuka terhadap alternatif untuk menurunkan ketegangan.
“Satu-satunya yang kami inginkan adalah memastikan tidak ada yang bisa masuk dengan senjata lagi dan melakukan serangan lagi,” katanya. “Kami bersedia memeriksa alternatif detektor logam selama solusi alternatif memastikan pencegahan serangan berikutnya.”
Namun, Mufti Yerusalem, Sheikh Muhammad Hussein, mengatakan kepada Voice of Palestine bahwa dia menuntut pengembalian lengkap dari prosedur yang ada sebelum serangan awal di tempat suci tersebut.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu, institusi Islam di Yerusalem, mengatakan bahwa mereka “menegaskan penolakan kategoris terhadap gerbang elektronik dan semua tindakan pendudukan”.
Seorang penasihat utama Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa serangkaian konsultasi sedang dilakukan dengan berbagai negara untuk mencoba dan menurunkan ketegangan di Yerusalem.
Penasihat diplomatik Abbas, Majdi Khaldi, mengatakan bahwa orang-orang Palestina telah berkoordinasi dengan Yordania, Arab Saudi, Mesir, Maroko, dan negara lainnya.
Moedja Adzim