Komunitas Kaburo Maqtan

by
https://goo.gl/images/7LPUH9

Oleh: Herry M. Joesoef

Atas nama NKRI Harga Mati, Pancasila, dan toleransi, mereka mengejar dan mengancam kelompok-kelompok yang berbeda atas pilihan politiknya. Teater jalanan yang jauh dari peradaban bersendi moralitas.

Wartapilihan.com, Jakarta –Akhir-akhir ini bangsa Indonesia disuguhi teater jalanan yang tidak elok untuk ditonton, Ahmad Dani, seorang musisi kondang, dihadang yang menyebabkan ia tidak bisa keluar Hotel Majapahit Surabaya, tempatnya menginap. Nenok Warisman, seorang pendakwah, beberapa kali diperkusi di beberapa tempat di tanah air. Ratna Sarumpaet, seorang seniwati, ditolak di Bangka-Belitung, dan sederet nama serta kasus yang menimpa orang-orang yang kini menyuarakan #2019GantiPresiden.

Dan, teater jalanan yang tidak beradab itu kembali dipertontonkan ketika Ahad(26/8) menjelang waktu dhuhur, di masjid Kemayoran, Surabaya, ketika sebagian peserta deklarasi #2019GantiPresiden hendak melaksanakan shalat Dhuhur, mereka diusir dari dalam masjid oleh sekelompok pemuda yang juga Muslim. Baku-pukul tak terhindarkan. Takmir masjid sampai menggunakan pengeras suara untuk mengusir mereka yang sedang bertikai itu.

Adakah yang salah atas #2019GantiPresiden? Di alam demokrasi, dan ini menjadi kesepakatan bersama sejak awal kemerdekaan, aspirasi seperti itu adalah sah adanya. Aspirasi tersebut merupakan reaksi atas keadaan sosial-ekonomi yang dirasakan oleh sebagian (baca: besar) rakyat Indonesia. Lapangan pekerjaan menyempit, bahan-bahan kebutuhan pokok meninggi, daya beli masyarakat semakin menurun. Semua itu membuat jeritan sebagian besar rakyat terakumulasi menjadikan sebuah gerakan #2019GantiPresiden.

Jika ada yang merasa aman-aman saja secara sosial dan ekonomi, lalu meneriakkan DuaPeriode, itu juga sah-sah saja. Tapi, ketika satu kelompok mengadakan acara, lalu dihadang dan dihalang-halangi oleh kelompok lainnya, apalagi dengan cara-cara premanisme, itulah yang mesti dihindari. Semua pihak hendaknya menahan diri, agar tidak terjadi bentrokan fisik antar anak-bangsa.

Polisi, sebagai aparat penegak hukum, mestinya bisa bertindak fair dan adil. Ketika aparat hukum cenderung berpihak kepada salah satu kelompok, apalagi cenderung membiarkan kelompok anarkhis, di situlah kita mesti menuntut keadilan. Polisi itu aparat negara, bukan penjaga kelompok-kelompok kepentingan. Polisi itu dihidupi oleh masyarakat, lewat pajak dan sejenisnya. Dan karena itu bertindaklah secara fair dan adil, tidak pandang bulu. Tapi, di situlah rasa keadilan masyarakat terusik, karena aparat jamak tidak berjalan diatas koridor yang seharusnya mereka jalani.

Bukan rahasia umum lagi, jika mereka yang cenderung anarkhir tersebut adalah kelompok-kelompok yang menerikakan NKRI Harga Mati; Toleransi; Pancasilais; dan seterusnya. Bahkan, pimpinan komunitas-komunitas tersebut dengan ringannya mengatakan, “Kami tidak pernah melarang!” Faktanya di lapangan, justru sebaliknya. Bukan hanya melarang, tapi sudah mengancam-ancam, mengejar-ngejar, dan mengusir-usir kemlompok yang berbeda pandangan dengan kelompoknya, di dalam masjid, rumah Allah Ta’ala yang suci.

Di antara kelompok itu ada yang rutin menjaga gereja-gereja ketika menjelang Natal dan tahun Baru. Tapi ketika ada saudaranya sesama Muslim hendak melaksanakan shalat Dhuhur di masjid, mereka mengusirnya. Yang beda agama dibela dan dijaga, itu baik. Tapi alangkah baiknya jika yang Muslim juga dihargai, bukan dihardik dan diusir, di rumah Allah!

Mereka berteriak-teriak tentang NKRI Harga Mati, toleransi dikedepankan, Pancasila dipegang erat. Bahkan ada yang merasa lebih Pancasilais dari siapa pun. Faktanya, mereka adalah preman jalanan, membela yang bayar! Peradaban kemanusiaan kita dicabik-cabik oleh mereka, di depan aparat yang seakan tak berkutik.

Karena itu, jika mereka, kelompok-kelompok yang mengaku dirinya Muslim, hendaknya takut akan ancaman Allah Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?

Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS. As-Shaff: 2-3)

Berteriak NKRI Harga Mati, lebih Pancasilais dari yang lain, jika hanya sebatas di bibir dan tenggorokan belaka, maka mereka masuk ke dalam barisan orang-orang munafik, kafir berbaju Muslim.

Dan ketika keadilan tidak bisa didapatkan dari aparat yang hidupnya ditopang oleh rakyat itu, keadilan yang hakiki akan ditunjukkan oleh Allah Ta’ala, baik di dunia maupun di akhirat, kelak.

Karena itu, bertaubatlah sebelum terlambat! Wallahu A’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *