Hal itu dinyatakan KH Idrus Yahya, Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama MUI Depok di Gedung MUI Depok hari ini, Kamis (30/11).
Wartapilihan.com, Depok –Haji Idrus menyatakan bahwa selain tidak mengucapkan Natal, umat Islam juga tidak hadir dalam acara Natal. “Ini kami ungkapkan di depan Forum Kerukunan Umat Beragama sehingga mereka mengerti,” terangnya di depan para lurah se Depok, dalam Sosialisasi Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tentang Rumah Ibadah.
Lebih lanjut Haji Idrus yang juga Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah Depok menyatakan bahwa umat Islam tidak melarang non Muslim datang ke rumah orang Muslim, ketika Idul Fitri. “Karena kalau ikut Natal itu ibadah, sedangkan acara di rumah orang Muslim ketika Idul Fitri itu bukan ibadah,” jelasnya.
Toleransi, menurutnya, beda dengan kompromisme. Kompromisme dalam beragama akan melahirkan corak keagamaan yang sinkretik. “Nabi pernah diminta kaum Musyrik Mekkah ikut melakukan ibadah sebagaimana kaum Musyrik, Nabi menolak. Berdasarkan surat Al Kafirun,” terangnya.
Haji Idrus menjelaskan bahwa toleransi antar umat beragama penting. “Kita tidak boleh menghalang-halangi orang lain menjakankan agamanya, beribadah menurut kepercayaannya, sepanjang penganut agama itu tidak mengganggu penganut agama lain,” paparnya.
Toleransi dalam kehidupan beragama tidak berarti mencampuradukkan akidah, kepercayaan atau bentuk ibadah dengan agama lain. “Karena itu penganut agama Islam tidak boleh turut serta dalam kegiatan Natal yang disitu menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan akidah atau ibadah,”jelasnya.
Sementara itu dalam forum yang sama, Habib Muhsin Al Attas Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama menyampaikan agar umat Islam waspada terhadap pihak-pihak asing yang mengacaukan Indonesia.
“Diantaranya mereka menyediakan beasiswa-beasiswa kepada rakyat Indonesia untuk mengembangkan sekulerisme, pluralisme dan liberalisme,” tegasnya.
Habib juga menjelaskan bahwa ada pengurus partai tertentu yang menyatakan bahwa di Indonesia tidak usah ada pelajaran agama. “Itu diungkap Prof Musdah Mulia, agar Indonesia menjadi maju. Ini kan namanya mau merusak umat Islam Indonesia,” jelasnya.
Pembina FPI ini juga menyampaikan bahwa ada pihak-pihak tertentu yang ingin Indonesia berpecahbelah dan menjadi kacau. “Kekuatan global itu bekerjasama dengan LSM LSM disini untuk merusak keamanan di Indonesia,”jelas Habib sambil menyebut Hendardi, Ketua Setara Institute adalah salah satu antek asing.
Lebih lanjut Habib menyatakan bahwa Indonesia adalah bangsa yang beragama dan menjunjung tinggi nilai agama. “Karena itu agama harus menjadi akhlak dan moral dalam politik. Jangan sampai agama dipisahkan dengan politik,”tegasnya. II
Izzadina