Kesatuan Pancasila dan Piagam Jakarta (Serial Cerita Politik 8)

by
foto:istimewa

Sambil berjalan-jalan di Pelataran Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Akal dan Budi membincangkan tentang Badan Pembina Ideologi Pancasila yang lagi dibentuk Presiden Jokowi.

Wartapilihan.com, Jakarta –Akal : Ah, itu kan akal-akalan Megawati untuk mempromosikan ide bapaknya.

Budi : Soekarno sebenarnya hanya merintis namanya Pancasila lho. Sedangkan butir-butir Pancasila itu bukan dari Soekarno. Kemungkinan itu dari tokoh-tokoh Islam yang ikut dalam musyawarah Panitia Sembilan waktu itu. Mana ada Soekarno kenal adil, adab, musyawarah dan lain-lain. Sayangnya sejarah tentang siapa yang merumuskan butir-butir Pancasila itu tidak ada. Atau sengaja dihilangkan oleh Mohammad Yamin. Yamin kan sekuler he he…Dia nggak mau menonjolkan tokoh-tokoh Islam.

Akal : Tapi yang lebih penting sebenarnya kesatuan Pancasila dan Piagam Jakarta. Ini yang sering dilupakan. Makanya kampanye empat pilar itu sebenarnya kurang tepat. Karena Piagam Jakarta yang merupakan tonggak sejarah tokoh-tokoh Islam untuk ikut memberikan landasan negeri ini dihilangkan.

Budi : Nampaknya sengaja dikaburkan. Padahal Dekrit Presiden 5 Juli 1959 itu merupakan tonggak yang penting bagi umat Islam. Dimana selama lebih kurang tiga tahun sidang Majelis Konstituante (1957-1959) menemui jalan buntu waktu menentukan dasar negei ini Pancasila atau Islam. Berkali-kali pengambilan keputusan dengan voting tidak mencapai kuorum. Waktu itu kan partai Masyumi dan NU dll bersatu ingin negeri ini dasarnya Islam dan PNI, PKI dll bersatu ingin negeri ini dasarnya Pancasila. Akhirnya dicapai kesepakatan dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang antara lain isinya Piagam Jakarta menjiwai UUD 1945 dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Budi : Bener Kal. Harusnya Piagam Jakarta itu juga dikampanyekan. Dimana dalam sila 1 dinyatakan bahwa Ketuhanan dengan kewajiban menjalan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Ini menjadi dasar kuat bagi kepala pemerintahan negeri ini, baik presiden, gubernu, bupati dan lain-lain, untuk membentuk Undang-Undang yang pro umat Islam. Dan itu wajar, bukankah umat Islam mayoritas di negeri ini?

Akal : Gimana ya Bud. Kenapa Piagam Jakarta tidak diangkat ya dalam kampanye empat pilar itu.

Budi : Ya gimana diangkat. Yang memelopori empat pilar itu kan Taufik Kiemas dari PDIP yang merupakan partai sekuler. Jadi kalau partai Islam atau wakil partai Islam ikut kampanye dalam empat pilar, harusnya ikut mensosialisasikan bahwa Piagam Jakarta dan Pancasila itu satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Akal : Ya dan harusnya dinyatakan juga bahwa umat Islam kembalilah kepada syariat agamanya dalam menyelesaikan problem kehidupan ini. Jangan dikembalikan ke Pancasila. Pancasila itu kan dasar negeri titik. Pancasila bukan pedoman hidup dan bukan sumber dari segala sumber hukum.

Budi : Itulah Kal yang aku khawatirkan. Nampaknya Megawati dalam Badan Pembina Ideologi Pancasila itu ingin menarik Psncasila sebagai pedoman hidup dan sumber dari segala hukum di Indonesia.

Akal : Itulah yang aku sedihkan juga Bud. Mestinya Pancasila itu ditempatkan sebagai perjanjian hidup damai di negei ini. Umat Islam jangan dicekoki kembali Pancasila sebagaimana dulu P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) sebagaimana Orde Baru dulu. Biarlah umat Islam ini menjalankan agamanya dengan tenang di negeri ini. Sebagaimana agama-agama lain.

Budi : Agama itu kan keyakinan hidup, pedoman hidup. Ia dibawa sampai mati. Pokoknya gini Kal. Selama Piagam Jakarta dipisahkan dengan Pancasila, maka akan kacau Pancasila. Pancasila kan tidak mengatur bagaimana nikah, bagaimana shalat, bagaimana zakat, bagaimana mengelola ekonomi terbaik menurut Islam dan seterusnya. Jadi pemimpin negeri ini harusnya menyatakan bahwa Piagam Jakarta itu menjiwai UUD 45 (Pancasila) dan umat Islam silakan mengamalkan sebaik-baiknya ajaran agamanya untuk membangun negeri ini.

Akal : Makanya Bud, tokoh-tokoh Masyumi dulu kan menyatakan bahwa Pancasila ini bagian kecil dari ajaran Islam. Jadi kembalikan umat ini ke ajaran Islam yang lebih luas, bukan ke ajaran Pancasila. Bila umat Islam menjalankan Islam dengan sebaik-baiknya maka dia mesti Pancasilais bukan sebaliknya. Islam itu punya Nabi yang menjadi role model tuntutan bagi umat Islam, Pancasila punya?

Budi : Wah pertanyaanmu gawat Kal. Jangan-jangan kamu diciduk oleh polisi nanti.

Akal : Bismillah Bud. Kita harus menyampaikan kebenaran itu meski pahit bagi penerimanya. Jadi sebenarnya Badan Pembina Ideologi Pancasila itu nggak ada gunanya. Cuma menghambur-hamburkan uang negara saja. Makanya bener tuh Yudi Latif. ketuanya itu mundur he he he…

Budi : O sudah maghrib tuh. Ayo kita kembali ke masjid… II

Izzadina

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *