KAUM LIBERAL DAN MUTAKALIMIN

by

Mereka, kaum liberal, adalah orang-orang yang menganut paham berpikir bebas.
Mereka berpikir, bersikap dan bertindak tidak di atas konsepsi Islam, tapi dengan konsepsi sekularism dengan aqidah liberalism-nya.

Wartapilihan.com, Depok– Sejak awal pemikiran mereka memang demikian, maka tak heran mereka memandang bahwa semua manusia sama, bebas dengan pendapat dan keyakinan masing-masing. Tidak boleh ada yang menindas dan melecehkan siapapun, tapi mereka sendiri menindas dan melecehkan Islam, itulah pengertian humanis menurut mereka.

Sedangkan Islam adalah agama yang melarang memuja Iblis, Setan, Nyi Roro kidul dan menyembah “Kutu Kupret” ( ideologi sekular ) maka Islam dan kaum muslimin mereka tuduh intoleran, radikal dan bahkan teroris.
Jadi kebijakan mereka adalah kebijakan Iblis dan jelas bukan kebijakan berdasarkan moral dan spiritual tertinggi.

Mereka berdamai dengan agama apa saja di seluruh dunia atas nama toleransi terkecuali Islam.
Dalam pandangan aqidah Islam, mereka adalah thaghut alias setan dan sekurang-kurangnya adalah bala tentaranya.

Kaum liberal beda dengan Mutakalimin. Mutakalimin adalah orang-orang yang berfilsafat alias mengutamakan kebijakan berpikir dalam menauhidkan Allah, dan itupun dikecam oleh para Ulama Ahlussunah, karena Ahlusunnah menauhidkan Allah dengan pemikiran dan pemahaman yang berdasarkan iman dan taqwa yang dibimbing oleh Sunnah Rasulullah.

Kebebasan Mutakalimin masih mencintai Islam, namun bila dibiarkan hidup subur maka akhirnya juga akan sama dengan kebebasan kaum liberal yang masih mengklaim muslim, namun memusuhi Ahlussunah.

Seorang yang mencintai kebijakan alias filosof bisa menjadi seorang yang ta’at dan lurus dalam beragama Islam bila akalnya tunduk kepada sunnah, namun bisa juga lantas kufur kalau dia memuja kebebasan berpikir semata.

Sama juga halnya dengan seniman dan pujangga yang mengagumi estetika, bisa jadi dia menjadi muslim yang lurus dan bisa jadi juga malah kufur.

Kalau dia memuja Pemilik estetika yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala maka dia menjadi mukmin, tapi bila dia hanya mencintai estetika semata maka dia kufur.
Banyak seniman yang baik hati tapi tak pernah shalat, dia sibuk berkesenian dan berkesenian.
Tidak sadar dia bukan jadi hamba Allah lagi tapi hamba seni.

( Iwan Wientania )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *