Oleh: Syamsul Bachri, Lc., Sekretaris Majelis Fatwa Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
Jika penetapan 1 Dzulhijah terjadi perbedaan antara pemerintah Saudi Arabia dengan Indonesia, lalu Hari Arafah ikut pemerintah Saudi Arabia atau ikut pemerintah Indonesia?
Wartapilihan.com, Jakarta –1. Berdasarkan surah Ar-Rahman: 17 “rabbul masyriqaini wa rabbul maghribain”. Imam Qurthubi (w.671H/1273M) dalam Tafsirnya mengatakan: “Al-Masyriqaini adalah tempat terbit matahari sepanjang waktu”. (Juz 15:64). Mesir: Darul Kutub al-Mishriyah (1964).Disurah al-Ma’arij: 40 disebut rabbul masyariq wal-magharib, dan disurah as-Shaffat: 5 disebut “rabbul masyariq”. Rabbul Masyariq adalah standar mathla’ lokal: ahlul-balad untuk itsbat Ramadhan dan Syawal. Rabbul Magharib adalah standar mathla’ global untuk itsbat hari raya Haji sebagai yaumul hajji al-akbar, surah at-Taubah: 3, yang hari-harinya sudah Allah permaklumkan (Al-Baqarah:197 ; al-Hajj: 28).
Dengan cara pandang seperti ini, rukyat lokal (Ramadhan-Syawal) dan rukyat global (Dzulhijjah), keduanya dapat kita pakai dan satu-padukan kedua-duanya.
2. Nabi (saw) dalam sabda-sabdanya menyebut dan menamakan puasa itu berdasarkan:
(a) Nama harinya: puasa Senin Kamis.
(b) Nama tanggalnya: puasa tasu’a dan asyura (8/9 Muharram), puasa ayyamul bidh: 13,14,15 bulan qamariyah.
(c) Nama bulannya: puasa asyhuril hurum di bulan suci.
(d) Jumlah dan waktunya: puasa 6 hari di bulan Syawal.
(e) Nama empunya: puasa Dawud ‘alayhimassalam
(f) Nama tempat dan waktunya: shaumu yaumi ‘arafah.
Nama-nama ini menjadi petunjuk teknis kapan dan bagaimana melakukan puasa hari Arafah. Sumber haditsnya dari Sahabat mulia: Abu Qatadah al-Anshari, ‘Aisyah, Umar bin Khatthab, Ibnu Mas’ud, Ibnu Umar, Ibnu ‘Amr, Abu Dzar Al-Ghifari, Ummu Salamah radhiyallahu’anhum ajma’in, sebagaimana tercantum dalam kitab syarah hadits dan keterangan ahlul-‘ilmi -semoga Allah merahmati mereka semua-.
3. Tentang puasa hari ‘Arafah, Nabi (saw) terkadang menyebutnya dengan:
a. Puasa “Tis’u Dzilhijjah”, HR Hunaidah bin Khalid (ra), Sunan Abu Dawud, kitab as-shaum, bab fi shaumi al-‘asyr, no: 2437 (Juz 2: 565)
b. Puasa “Tis’an min Dzilhijjah” , HR Hindun binti Abi Umayyah, Sunan Nasai, no: 2372, 2417 (Juz 4:205, 220)
c. Puasa al-‘Asyru, 10 Dzulhijjah,HR Hunaidah bin Khalid (ra), Imam Abu Ya’la (12/477)
عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَتْ: ( كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ ) .
والحديث صححه الشيخ الألباني في “صحيح سنن أبي داود” (2106) .
Dari sebagian permaisuri Nabi (saw): “Nabi (saw) berpuasa pada 9 Dzulhijjah.” Shahih Abu Dawud (2106).
4. Jadi Shaumu Yaumi ‘Arafah itu bukan semata-mata konsep waktu (Tis’u Dzilhijjah, Tis’an Min Dzilhijjah), sebagaimana point (iii) di atas.
-Melainkan juga berkaitan dengan konsep:
a. Tempat (‘Arafah);
b. Waktu (yaumi);
c. Peristiwa (wukuf) dan;
d. Konsep nilai (fadhilah tebus dosa 2 tahun; yukaffirussanatain).
Demikianlah cara memaknai Arafah secara lengkap dan terpadu, tidak sepotong-potong atau farsial, dengan cara pandang belah bambu.
-Oleh para ahli Hadits nama bab hadits “shaumu yaumi ‘arafah” mereka namakan sesuai bunyinya. Sumbernya dari Abu Qatadah al-Anshari, Aisyah, dan Ibnu’ Abbas radhiyallahu’anhum. Imam Bukhari meletakkan hadits ini di bab: 64 dan 84. Imam Muslim bab: 36 dan 197, Imam Tirmidzi bab: 46-47, Imam Nasa’i bab: 195, Imam Abu Dawud bab: 63. Para Imam ini meletakkannya selaras dengan bunyi haditsnya “shaumu yaumi’arafah”.
-Jawaban Abu Hurairah (ra) atas pertanyaan Ikrimah rahimahullah, bahwa shaum ‘Arafah berkenaan dengan: tempat, waktu, peristiwa dan nilai/keutamaan.
عِكْرِمَةُ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:
دَخَلْتُ عَلَى أَبِي هُرَيْرَةَ فِي بَيْتِهِ فَسَأَلْتُهُ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ فَقَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ
Ikrimah pelayan Ibnu ‘Abbas berkata: aku menemui Abu Hurairah (ra) di rumahnya. Ikrimah bertanya kepada Abu Hurairah tentang puasa hari ‘Arafah di padang ‘Arafah. Jawab Abu Hurairah (ra): “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang berpuasa pada hari Arafah di padang Arafah.”
HR Imam Nasa’i (2843), Abu Dawud(2440), Ibnu Majah (1732).
– Kiriman susu Ummu Fadhl, ibunda Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma.
عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ بِنْتِ الْحَارِثِ رضي الله عنها:
أَنَّ نَاسًا اخْتَلَفُوا عِنْدَهَا يَوْمَ عَرَفَةَ فِي صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ صَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَيْسَ بِصَائِمٍ فَأَرْسَلْتُ إِلَيْهِ بِقَدَحِ لَبَنٍ وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى بَعِيرِهِ فَشَرِبَهُ
Ummu Al Fadhal binti Al Harits radhiyallahu’anha meriwayatkan
bahwa; “Orang-orang ragu tentang puasa Nabi Shallallahu’alaihiwasallam pada hari ‘Arafah. Sebagian dari mereka mengatakan Nabi berpuasa, sebagian yang lain mengatakan tidak. Lalu aku utus seseorang membawakan segelas susu ketika beliau sedang wuquf, maka beliau meminumnya”.
Shahih Bukhari (1661); Shahih Muslim (1123).
-Beda waktu Indonesia-Saudi adalah 4 jam. Jadi tidak signifikan untuk dipersoalkan karena malam-siangnya masih sama.
5. Adapun pelaksanaan shaum hari Arafah, maka boleh memilih di antara 3 (tiga) pilihan berikut:
Pertama: Dari tanggal 1 s.d. 9 Dzulhijjah, namanya puasa Asyru Dzilhijjah, berdasarkan HR Hunaidah bin Khalid (ra) di atas dan keumuman tafsir surah Al-Fajr: 1-2 “wal-fajri walayaalin ‘asyr”. Berkata Imam Ibnu Katsir رحمه الله “berdasarkan riwayat Imam Ahmad dari Jabir bin Abdullah (ra): “inna haadzaa huwal-‘asyr” sesungguhnya ini adalah hari-hari 10 Dzulhijjah. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 5/365, Beirut: Darul Ilmiyah (1419H)
Kedua: Beberapa hari di bulan Dzulhijjah, sesuai keumuman hadits tentang keutamaan amal di sepuluh Dzulhijjah.Ini langkah ikhthiyaathi (hati-hati), kuatir sakit, safar, haidh dan terhalang udzur syar’i lainnya.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ،
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ
Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada hari, yang amal shalih padanya lebih Allah cintai daripada sepuluh hari Dzul Hijjah.” Shahih Abu Dawud (2348).
Ketiga: Tanggal 9 Dzulhijjah saja berdasarkan HR Abu Qatadah Al-Anshari (ra).
6. Mari memperbanyak ibadah dengan infak sedekah, bersilaturrahim, meningkatkan iman taqwa, dan meninggikan asma Allah di 10 Dzulhijjah.
Semoga Allah Tabaraka wata’ala mengampuni dosa, mengabulkan doa dan harapan kita semua untuk NKRI yang lebih baik di bawah lindungan Allah dan tuntunan Rasul-Nya, menjadi baldah thayyibah wa rabbun ghafur. Amin.