Hijrah Rasulullah

by
http://www.nyokabar.com

Peristiwa Hijrah ke Madinah tahun 14 Kenabian terjadi setelah peristiwa baiat aqabah kedua di musim haji tahun 13 kenabian. Proses hijrah itu dilakukan setelah Rasulullah SAW mendapat petunjuk dari wahyu, sehingga Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat untuk berhijrah.

Wartapilihan.com, Jakarta –Para sahabat diperintahkan berhijrah sebelum diri beliau sendiri, hal yang menunjukkan ketinggian leadership Rasulullah SAW. Para sahabat berpindah ke negeri yang aman agar mampu mengoptimalkan potensi perjuangan mereka. Hijrah merupakan amalan besar, untuk mengoptimalkan kekuatan dakwah. Dengan kekuatan dakwah yang lebih optimal, peluang untuk memperoleh kemajuan dakwah akan jauh lebih besar.

Sebelum Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash-Shiddiq berhijrah, terdapat rencana makar pembunuhan kepada Rasulullah SAW oleh kaum musyrik Quraisy setelah mereka “rapat” di Darun Nadwah. Mereka sepakat mengikuti rencana Abu Jahal untuk membunuh Rasulullah SAW. Namun demikian, perlindungan Allah SWT dari makar Quraisy membuat Rasulullah melangkah lebih dahulu ketimbang rencana makar tersebut. Rasulullah mengetahui rencana pembunuhan itu dari Malaikat Jibril.

Di antara para sahabat yang paling dahulu hijrah antara lain adalah Abu Salamah, Amir bin Rabi’ah, serta Laila binti Abu Hatsamah (istri Amir). Rasulullah SAW sendiri menunggu izin Allah untuk berhijrah yang kemudian dilakukannya bersama sahabat terdekat beliau Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Rasulullah SAW perlu mendapat izin dahulu dari Allah SWT untuk berhijrah karena kedudukan beliau sebagai Nabi dan Rasul yang wajib menyampaikan risalah kepada kaumnya (Quraisy) di Makkah. Semua Rasul wajib menyampaikan risalah kepada kaumnya terlebih dahulu, oleh karena itu Rasulullah tetap menunggu izin dari Allah agar bisa hijrah ke Madinah. Lagi pula pada saat itu menurut alam pikiran bangsa Arab, agama ahlu Makkah dan penduduk sekitar Baitullah Ka’bah yakni Quraisy sebagai suku yang paling tinggi kedudukan dan nasabnya, merupakan agama yang pasti diridhai Allah.

Sebelum kedatangan Rasulullah dan Abu Bakar, kaum muhajirin berkumpul di Quba, selama menetap di Quba itu kaum Muslimin diimami oleh Salim maula Abu Hudzaifah. Dalam fase yang baru ini, Rasulullah SAW menunjuk Salim karena ketaqwaan dan kualitas pribadinya yang dinilai melebihi sahabat yang lain. Dengan demikian ‘revolusi mental’ dan budaya benar-benar terjadi berkat didikan Rasulullah SAW, seorang maula (pelayan) bisa menjadi imam kaum Muslimin. Padahal di kalangan para sahabat waktu itu, banyak dari mereka yang berasal dari keluarga pembesar dan bangsawan Quraisy. Kepemimpinan Salim yang tadinya seorang maula menunjukan bahwa tarbiyah Rasulullah mampu menghilangkan perbedaan dan kelas-kelas sosial yang ada dalam masyarakat jahiliyah, perbedaan setiap kaum Muslimin hanya pada kualitas ketaqwaan. Sampai-sampai Khalifah Umar bin Khaththab menjelang wafatnya sampai berkata akan menunjuk Salim maula Abu Hudzaifah menjadi khalifah berikutnya seandainya Salim kala itu masih hidup. Padahal saat itu sahabat-sahabat besar seperti Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Saad bin Abi Waqash, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah dan Abdurrahman bin Auf sedang menyaksikan ucapan Khalifah Umar tersebut, tentu tergambar dalam benak kita Salim maula Abu Hudzaifah, imam para sahabat Nabi SAW di Quba.

Ilham Martasyabana, pegiat sejarah Islam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *