Wartapilihan.com, Palestina –
Hamas telah mengumumkan bahwa Ismail Haniya telah dipilih sebagai pemimpin keseluruhan yang baru. Ia menggantikan Khaled Meshaal. Haniya, 54 tahu, tinggal di Gaza yang telah diperintah Hamas sejak 2007, tidak seperti Mr Meshaal yang tinggal di Qatar.
Haniya dipandang sebagai pragmatis yang akan berusaha untuk mengendurkan isolasi internasional Hamas. Kelompok tersebut menerbitkan sebuah dokumen kebijakan baru pada pekan lalu yang dianggap sebagai upaya untuk melunakkan citranya.
Juru bicara Hamas, Fawzi Barhoum, mengonfirmasi pada hari Sabtu (6/5) bahwa Haniya telah dipilih sebagai kepala biro politik.
Hamas secara keseluruhan, atau dalam beberapa kasus sayap militernya, dianggap sebagai kelompok teroris oleh Israel, Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, dan negaralainnya.
Pekan lalu, Hamas menerbitkan dokumen kebijakan baru yang pertama sejak piagam pendiriannya. Dokumen tersebut menyatakan untuk pertama kalinya sebuah kesediaan untuk menerima sebuah negara Palestina sementara dalam batas-batas sebelum tahun 1967, tanpa mengakui Israel.
Dokumen tersebut juga mengatakan bahwa perjuangan Hamas bukan dengan orang Yahudi, melainkan dengan “pendudukan agresor Zionis”. Piagam tahun 1988 dikecam karena bahasa anti-Yahudi. Barhoum berkata, “Dokumen ini memberi kita kesempatan untuk terhubung dengan dunia luar.”
Seorang juru bicara PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Hamas “berusaha membodohi dunia tapi tidak akan berhasil”. Dokumen baru tersebut menekankan bahwa tidak berarti bahwa Hamas sekarang mengakui hak Israel untuk ada atau bahwa mereka tidak lagi menganjurkan kekerasan terhadap Israel.
Gaza telah diblokade oleh Israel dan Mesir pada dekade terakhir yang diberlakukan untuk mencegah serangan oleh militan di dalam wilayah tersebut. Perekonomiannya telah lumpuh. Akibatnya, sebanyak 1,9 juta penduduknya menderita kesulitan sehari-hari.
Hubungan antara Hamas dan Mesir baru saja membaik setelah Ismail Haniya berkunjung ke Kairo beberapa waktu lalu.
Ismail Haniya lahir di kamp pengungsi Shati di sebelah barat Kota Gaza. Meskipun ia rekan dekat pemimpin spiritual Hamas, almarhum Sheikh Ahmad Yassin, ia relatif tidak dikenal sampai memimpin Hamas yang memenangkan pemilihan legislatif Palestina Januari 2006 Dan menjadi perdana menteri. Demikian dilaporkan BBC.
Reporter: Moedja Adzim