Pengurangan Pasokan Listrik ke Gaza merupakan permintaan Otoritas Palestina Abbas kepada Israel. Hal ini diduga dilakukan untuk menekan Hamas.
Wartapilihan.com, Jalur Gaza – Pemimpin Hamas di Gaza memperingatkan akan adanya kekerasan baru jika Israel menyetujui permintaan Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk mengurangi pasokan listrik ke wilayah yang terisolasi tersebut.
Sejumlah 2 juta penduduk Gaza mendapatkan listrik hanya empat jam sehari. Dalam upaya untuk menekan saingannya, Hamas, Abbas mengatakan bahwa pemerintah Tepi Barat akan berhenti membayar Israel untuk menyediakan listrik.
Hal itu membuat Israel berada dalam posisi sulit untuk memilih antara berpihak pada Hamas dalam perjuangan internal Palestina atau mempertaruhkan krisis kemanusiaan di jalur pantai yang miskin itu.
Seorang pejabat Israel mengkonfirmasi bahwa Israel sedang mempersiapkan untuk mengurangi pasokan listrik yang disuplainya ke Gaza atas permintaan Otoritas Palestina. Pejabat tersebut memperkirakan bahwa pengurangan tersebut akan membatasi listrik di Gaza menjadi tiga jam sehari.
Pejabat tersebut mengatakan bahwa Israel sedang mencari donor internasional untuk mengatasi perbedaan tersebut, namun Israel sendiri tidak akan membayar listrik untuk Gaza. Tidak jelas kapan pengurangan akan mulai berlaku. Pejabat tersebut tidak berwenang untuk membahas masalah ini dan berbicara tanpa mau menyebutkan nama.
“Keputusan Israel ini berbahaya dan bencana,” kata juru bicara Hamas, Abdulatif al-Qanou, sebagaimana dilnasir APnews. “Ini hampir mempercepat kemerosotan dan ledakan situasi di Jalur Gaza.”
Setelah upaya rekonsiliasi gagal berulang kali, Abbas telah mencoba untuk menekan Hamas secara finansial dalam beberapa bulan terakhir dengan harapan dapat memaksakannya untuk menguasai Gaza. Abbas memotong gaji karyawannya di sana, menghentikan pembayaran untuk mantan narapidana, dan mengembalikan pajak atas bahan bakar pembangkit listrik tersebut.
Baru-baru ini, Abbas meminta Israel untuk mengurangi listrik Gaza sebesar 40 persen.
“Jangan lupa, ini keputusan Abu Mazen,” kata Menteri Keamanan Umum Israel, Gilad Erdan, kepada Radio Angkatan Darat, Senin (12/6), merujuk pada nama panggilan Abbas. “Haruskah warga Israel membayar tagihan listrik penduduk Gaza? Tentu itu tidak masuk akal. ”
Warga Gaza telah berusaha mengatasi pemadaman yang panjang. Warga yang kurang mampu telah mengandalkan lampu yang dioperasikan dengan baterai, warga kelas menengah menggunakan generator komunal, dan beberapa keluarga kaya telah beralih ke energi matahari.
Pihak berwenang memperingatkan adanya krisis kesehatan dan lingkungan yang akan datang. Setiap hari, 120.000 meter kubik limbah yang tidak diolah dibuang ke laut.
Perusahaan distribusi listrik Gaza mengatakan belum diberitahu tentang keputusan Israel untuk mengurangi listrik, namun mereka memperingatkan akan adanya “kemunduran serius” jika pemotongan tersebut mulai berlaku.
“Kami hampir tidak bisa menyediakan empat jam listrik di Gaza dan di beberapa lingkungan mereka hanya mendapatkan listrik selama tiga jam,” kata Mohammed Thabet, juru bicara perusahaan tersebut. “Kami tidak bisa memperkirakan berapa jam yang bisa didapat orang jika listrik berkurang.”
Gisha, sebuah kelompok advokasi yang mendorong peningkatan pergerakan orang dan barang melintasi perbatasan Gaza, mengirim sebuah surat kepada Menteri Pertahanan, Avigdor Lieberman, untuk memperingatkan adanya krisis berat jika terjadi pemutusan hubungan kerja. Dikatakan mengurangi pasokan ke Gaza adalah “garis merah yang tidak boleh dilintasi.” [Adzim]
Sumber: https://apnews.com/e364eb9d75894d70a825e00bb2769c74