GM Makin Sinis Terhadap Islam

by
sumber:https://cdn.tmpo.co/data/2014/05/14/id_289368/289368_620.jpg

Goenawan Mohamad makin tua, tidak semakin bijak dalam menyikapi agamanya sendiri.

Wartapilihan.com, Jakarta –Menanggapi artikel di situs tempo.co yang berjudul ‘17 Agustus, 19 Hafids Tampil di Doa Bersama 171717 di Mabes TNI’, Goenawan Mohamad langsung menulis tweet : “TNI-AD tentu sadar: Kekuatan Indonesia tak dibangun hanya di atas satu agama! @tni_ad.”

Bukan hanya itu. Sehari sebelumnya, GM juga sinis kepada Tifatul Sembiring yang melafalkan doa kepada Jokowi agar menjadi gemuk. GM meretweet ucapan Paramita Mohamad : “Untuk urusan doa bersama dilakukan di acara kenegaraan, sebaiknya kembali ke “menurut agama masing-masing” dan tak perlu dipimpin.”

Goenawan (76 tahun), entah mengapa makin ke sini makin sinis terhadap agamanya sendiri (Islam). Dalam sejarah hidupnya memang GM senang sekali bila berseberangan dengan aspirasi mayoritas umat Islam.

Di tahun 97-an ketika umat Islam melawan gerakan pro komunisme, PRD (Partai Rakyat Demokratik pimpinan Budiman Sudjatmiko), GM habis-habisan membelanya. Tahun 2000-an ketika tokoh-tokoh Islam gerah dengan keberadaan Islam liberal, justru GM menyediakan tempat bagi diskusi-diskusi Jaringan Islam Liberal di Utan Kayu, Jakarta.

Begitu pula ketika beberapa tahun lalu (2012), umat Islam protes kedatangan dan pemikiran homoseksual Irshad Manji, GM menyediakan kantornya –Jalan Salihara Pasar MInggu- untuk bedah bukunya God, Liberty and Love.

Maka jangan heran bila pada Aksi Bela Islam yang diikuti oleh jutaan umat Islam, GM juga bersikap sinis. GM dalam tulisan dan tweeternya selalu memuji langkah-langkah dan kebijakan Ahok. Kini, GM dan kelompoknya menjadi pendukung berat Presiden Jokowi.

GM menganggap bahwa kelompok Islam yang kontra dengan Ahok adalah kelompok Islam yang menyatukan Islam dengan politik, Dalam Majalah Tempo, 24 April 2017, GM menulis : “…ketika agama bertaut dengan politik, agama tak hanya jadi alat. Agama jadi politik: jalan untuk menguasai orang lain. Dan dasar ethis agama pun hilang. Tak ada lagi pengakuan akan kedaifan manusia. Agama jadi ambisi menaklukkan.” (Baca http://www.wartapilihan.com/gm-dan-politik/).

Terakhir pada 31 Juli lalu, GM membuat tulisan sinis terhadap para penghafal al Quran di Majalah Tempö. Lihatlah tulisannya : “Tapi apa mau dikata? Mungkin ruang praktikum itu hanya melanjutkan apa yang di luarnya. Di luar itu, pengetahuan adalah replika. Sekarang pun ada perguruan tinggi yang memberi perlakuan khusus bagi mahasiswa yang hafal Quran 30 juz: menghafal, bentuk lain memfotokopi, yang memang lebih bisa diuji dan diperlihatkan ketimbang menghayati. Murid-murid juga tahu 2 x 2 = 4, tapi tak tahu mengapa 2 + 2 juga menghasilkan angka yang sama. Dulu, di sekolah menengah, guru geometri mengatakan, “Kalau kalian terbiasa menghafal, akan tumbuh tanduk di kepala kalian.” Dia mengajari kami bukan memakai rumus, melainkan menganalisis rumus. “Terlalu banyak kepala bertanduk di luar,” katanya.” (Baca : http://www.wartapilihan.com/gm-dan-al-quran/). ||

Izzadina

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *