Oleh: Herry M Joesoef
Kehadiran Tim 11 Ulama Alumni 212 di Istana Bogor menghebohkan jagad politik Nusantara. Fitnah terhadap ulama telah menyebar lebih kencang dari hembusan angin.
Wartapilihan.com, Jakarta –-Sebuah foto beredar di kalangan wartawan, Presiden Jokowi menerima Tim 11 Ulama Alumni 212 di Istana Kepresidenan, Bogor, Ahad (22/4) siang. Beredarnya foto tersebut, tak pelak lagi, menimbulkan reaksi, lengkap dengan multi-tafsirnya.
Rabu (25/4) siang di Larazeta Restaurant & Gallery, Tebet, Jakarta Selatan, Tim 11 Ulama Alumni 212 menggelar jumpa pers. Adalah Ketua Tim 11 Ulama Alumni 212 KH. Misbahul Anam menyesalkan bocornya foto dan berita tersebut yang ditengarai adanya pihak ketiga yang ingin mengadu domba antara Presiden dan Ulama serta umat Islam.
“Kami meminta istana mengusut tuntas bocornya foto dan berita tersebut sebagai kelalaian aparat istana yang tidak bisa menjaga rahasia Negara,” ujar Misbahul Anam dalam konferensi pers tersebut.
Pertemuan tersebut, menurut Misbach, bersifat tertutup,
tidak dipublikasikan dan tidak ada wartawan istana yang
menyaksikan. Pertemuan Tim 11 bertujuan untuk
menyampaikan informasi akurat terkait dengan kasus-kasus
kriminalisasi para ulama dan aktivis 212.
Menurut Misbach, pertemuan tersebut masuk dalam kategori yang disebut dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
أَلَا إِنَّ أَفْضَلَ الْجِهَادِ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
Ketahuilah, jihad yang paling utama adalah mengatakan kata-kata yang benar di depan penguasa yang jair. (Musnad Ahmad Juz 17/228).
Tim 11 sah-sah saja ber-argumentasi, tapi fakta di lapangan, berita tersebut berhembus kencang membawa aroma menyengat dan tidak sedap. Salah satunya datang dari partai yang mengusung Jokowi jadi presiden.
“212 sendiri kan pecah. Aku melihatnya sebagian dari mereka sudah paham bahwa Pak Jokowi is good man,” kata Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan DPP PDI-P, Eva Sundari kepada wartawan, Rabu (25/4/2018). “Posisi mereka sebagian sudah sadar dan merapat ke Pak Jokowi,” tambahnya.
Ya, sudah sadar dan merapat ke Pak Jokowi, itulah yang
berhembus. Oleh sebab itu, kita mesti kembali pada
petuah-petuah yang telah diberikan oleh junjungan kita
Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang
dinarasikan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu:
وأخرج أحمد في مسنده، والبيهقي بسند صحيح، عن أبي هريرة رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « من بدا جفا، ومن اتبع الصيد غفل، ومن أتى أبواب السلطان افتتن، وما ازداد أحد من السلطان قرباً، إلا ازداد من الله بعداً
Siapa tinggal di pedalaman, maka perangainya keras, dan siapa sibuk dengan berburu akan lalai (dari banyak ibadah), serta siapa yang mendatangi pintu-pintu penguasa akan terkena fitnah, tidak seseorang semakin dekat dengan penguasa maka akan bertambah jauh dari Allah.” (HR. Imam Ahmad dan Imam Baihaqi)
Para ulama salaf mengenggam esensi hadits tersebut dengan konsisten. Mereka tidak mau mendatangi istana, meskipun diundang. Para umara yang mesti mendatangi ulama. Bahkan, jika pun terpaksa mereka datang ke istana, tujuannya hanya satu: menyampaikan kebenaran. Mereka tidak menyentuh makanan yang dihidangkan, apalagi menerima suatu pemberian.
Hanya dengan sikap seperti itulah marwah ulama akan tetap terjaga. Mereka berwibawa, mempersatukan umat, ilmunya ditimba, fatwanya di dengar dan ditaati.
Peristiwa di Istana Bogor itu memberi pelajaran pada kita, betapa sebuah foto berhasil digoreng sedemikian rupa, dengan narasi yang mungkin saja jauh dari makna yang sebenarnya.
Apa pun itu, penggorengan informasi tersebut, larinya lebih kencang dari hembusan angin. Wallahu A’lam.