Dengan lantang, Erdogan mengatakan bahwa Israel adalah negara teroris.
Wartapilihan.com, Sivas –-Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Israel sebagai “negara teroris”, dan menyatakan pengakuan Amerika Serikat atas Yerusalem sebagai ibukota Israel “tidak berlaku dan tidak sah”.
Erdogan mengatakan pada hari Ahad (10/12) bahwa keputusan Presiden AS Donald Trump pada 6 Desember mengenai status Yerusalem “tidak memiliki validitas” bagi Turki.
Berbicara pada sebuah pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK) di Sivas, Erdogan mengatakan “Palestina telah berada di bawah penjajahan sejak 1947.” Ia menambahkan, “Israel adalah negara pendudukan, negara teroris.”
Turki akan menjadi tuan rumah KTT Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Istanbul pada tanggal 13 Desember untuk membahas Yerusalem, yang merupakan rumah bagi tempat-tempat suci bagi umat Islam, Yahudi, dan Kristen.
Erdogan telah mengancam untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel mengenai isu Yerusalem. Ia menyatakan status kota itu sebagai “garis merah” pada tanggal 4 Desember.
Keputusan AS untuk memindahkan kedutaannya ke Yerusalem dari Tel Aviv telah menarik kutukan internasional dan memicu gelombang protes. Warga Palestina memandang Yerusalem Timur sebagai ibukota negara mereka di masa depan.
Kemarahan telah menyebar dari Asia, melalui Timur Tengah, ke Afrika Utara, dengan puluhan ribu orang turun ke jalan untuk mengecam langkah kontroversial tersebut.
Menanggapi kritik Erdogan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa pemimpin Turki seharusnya tidak “berkhotbah kepada kami”.
“Dia mengebom desa Kurdi di Turki, memenjarakan wartawan … dan membantu teroris menyerang orang-orang tak berdosa di Gaza dan tempat-tempat lain,” katanya.
Netanyahu, yang berbicara di Paris pada hari Ahad (10/12) bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron, mengatakan kepada wartawan: “(Yerusalem) telah menjadi ibu kota Israel selama 3.000 tahun, (dan) ini adalah ibu kota negara Yahudi selama 70 tahun.”
Macron, bagaimanapun, memperingatkan bahwa langkah Trump adalah “ancaman terhadap perdamaian” di wilayah ini.
Konfrontasi pada hari Ahad antara pasukan Israel dan Palestina di Tepi Barat yang diduduki, Yerusalem dan Gaza menyebabkan 157 orang terluka.
Sedikitnya empat warga Palestina telah terbunuh di Jalur Gaza sejak deklarasi AS tersebut. Demikian diwartakan Aljazeera.
Moedja Adzim