El Kisi, Pesantren yang Melahirkan Dai

by
foto:istimewa

“Banyak pesantren sekarang yang tidak siap ketika diminta santrinya untuk menjadi dai,” terang Ustaz Fathur Rohman kepada wartawan yang mengelilinginya di masjid El Kisi, Senin 5 Maret kemarin.

Wartawapilihan.com, Mojokerto – Ustadz Fathur pantas bersedih. Karena puluhan tahun ia dididik oleh tokoh-tokoh Masyumi untuk menjadi dai berkeliling ke wilayah di tanah air. “Saya pernah mendapat surat tulisan tangan dari Pak Natsir,” terang laki-laki asal Surabaya ini mengisahkan perjalanan hidupnya. Sayang tulisan Pak Natsir itu tidak ia simpan baik-baik, sehingga hilang entah kemana.

Ketika berdakwah di pedesaan Jawa Timur, ia pernah merangkap menjadi kontributor Majalah Media Dakwah di tahun 90-an. “Saya menulis tentang tantangan dai menghadapi Kristenisasi di pedesaan Banyuwangi di rubrik Kronik Dakwah,” urainya.

Perjalanan berkeliling menjadi dai, membawanya akhirnya hinggap di Desa Kemuning, Mojokerto. Tahun 2010, ia dengan sahabat-sahabatnya merintis berdirinya Pesantren El Kisi (Lembaga Kajian Islam Intensif). Ia tidak menyangka pesantren itu berkembang pesat seperti sejarang.

“Sekarang tanahnya sekitar 9 hektar, kita akan perluas lagi,”jelasnya. Kini di Pesantren El Kisi terdapat pendidikan PAUD, TK, SD, SMP dan SMA. “Yang menginap di pesantren sekitar 560 orang (SMP-SMA),” urainya.

Selain pendidikan sekolah, para santri juga dididik menjadi wirausahawan. “Ketika ditanya mau jadi apa nanti. Para santri di sini 90 persen ingin menjadi wirausaha,” kata Fathur dengan bangga.

Maka, ia melengkapi pesantrennya dengan pendidikan peternakan (kambing), pertanian (jamur tiram dan Lombok), air mineral (Asel), roti (Sehati) dan lain-lain. Ia juga mendidik santri untuk berlatih pramuka, bela diri (Tapak Suci), orasi (public speaking) dan lain-lain.

Kiyai muda kelahiran 12 Mei 1970 ini juga mendidik para santrinya untuk tiap hari shalat tahajud. Jam tiga pagi para santri biasanya sudah berkumpul di masjid untuk melaksanakan shalat malam. Setelah melaksanakan shalat Sunnah sendiri-sendiri, para santri biasanya menunggu Subuh dengan membaca Al Quran, berdzikir dan sebagian merebahkan diri di Masjid.

Jadwal santri di pesantren ini memang cukup padat. Setelah qiyamul lail, bakda subuh mereka harus mendengarkan taklim dari ustadz di masid. Pukul 05.30-06.00 mereka melakukan kegiatan ‘amal shalih’, yaitu kegiatan bersih-bersih di pesantren. Setelah mandi, sarapan dan shalat dhuha, para santri mulai ikut kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan itu berlangsung hingga Ashar. Bakda Ashar, ada kegiatan taklim sebentar di masjid. Kemudian mereka kembali ke kamar dan melakukan kegiatan amal shalih kembali. Sebelum maghrib, para santri bersama-sama murajaah hafalan al Quran dan setelah maghrib mereka melakukan tadarus al Quran. Bakda Isya’ sampai pukul 9 malam, mereka belajar bersama kembali. Pukul 21.00-03.00 para santri istirahat di kamarnya masing-masing.

Kurikulum Pesantren

Pesantren di desa Kemuning, Mojorejo, Pungging, Mojokerto ini mempunyai beberapa program unggulan. Pertama, Tahfidh Maudhui, yaitu program menghafal Al Quran Hadits tematik. Kedua, Praktek Dakwah Ramadhan. Program pengiriman santri-santri ke daerah-daerah di wilayah Nusantara maupun ke luar negeri. Ketiga, Safari Dakwah dan Qurban. Program santri melalui dakwah dan qurban ke daerah-daerah minus, pedalaman dan rawan pemurtadan. Keempat, Life Skill. Program pembekalan hidup mandiri, kreatif dan inovatif. Antara lain yaitu Tata Boga Roti Sehati, Perikanan dan Pertanian. Kelima, Smart Lab. Program pengembangan perpustakaan berbasis digital multimedia. Para dapat dengan mudah mengakses informasi dan liberator baik klasik maupun modern. Keenam, Pembelajaran Berbasis Tab. Media penunjang belajar santri, sehingga mereka dapat melakukan presentasi, mengoperasikan al Maktabah al Kubro dan lain-lain. Ketujuh, Menulis dan Bedah Buku. Program wajib membuat karya tulis (buku) dan mempresentasikannya di forum bedah buku bagi santri kelas 12 SMA.

SMP dan SMA El Kisi juga mempunyai target lulusan yang menarik. Untuk santri SMP, lulusannya diharapkan : beraqidah ahlus Sunnah wal jamaah, berakhlak mulia, hafal 2 juz al Quran, hafal 260 hadits tematik ilid 1-4, menguasai IT praktis (MS Office dan dasar-dasar desain grafis) dan menguasai ilmu kemandirian hidup (life skill). Sedangkan SMAnya targetnya ditambah : Menghafal 3 juz al Quran, menghafal 240 hadits tematik jilid 5-8, mampu mengoperasikan al Maktabah al Kubro, dan mempu membuat karya tulis dan buku.

Ustadz Fathur kini bangga, karena para santrinya bukan hanya mampu berteori menghafal, tapi juga prigel mempraktikkan. “Tiap tahun kami memberangkatkan santri ke daerah-daerah pedalaman. Pernah ke Papua dan Kalimantan,” urai Direktur El Kisi ini. Lebih dari 150 santrinya berangkat dalam program dakwah tahunan itu. “Mereka yang tidak terpilih berangkat bersedih hatinya.”

Selain itu, para santri juga tidak gentar membantu dakwah di perkotaan. Di sekitar Sidoanjo, Mojokerto kader-kader muda dai ini sering mengisi pengajian.

Kebanggaan El Kisi makin meninggi ketika para santrinya berhasil menyabet beberapa kejuaraan di tingkat nasional. Seperti : Juara Umum Tapak Suci Jawa Timur dalam Umsida Fair Open, Sidoarjo, 2016 dan 2017, meraih 3 emas dan 1 perak Tapak Suci Nasional, Yogyakarta Championship, 2017, Juara 2 dan 3 Nasional Cerdas Cermat al Islam di Unair, Surabaya, 2016 dan lain-lain.

Dalam Munaqosyah Tahfidh Maudhui (ujian akhir) kelas IX, 4 Maret lalu, hadir dua orang penguji dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Bahasa Arab (LIPIA) Jakarta, Syaikh Dr. Al Walid bin Muhammad al Walid dan Syaikh Saad Rofii. Hadir pula penguji dari DDII Dr. Anung al Hammatdan Ustadz Hifni Sholihin dari Sidoarjo. Dalam acara itu tampil 6 orang santri peserta. Para penguji menanyakan tentang 260 hadits dan beberapa ayat tematik, dan para santri dengan tangkas menjawabnya. Para santri yang tampil itu mendapat nilai istimewa (mumtaz) dari pengujinya.

Dalam acara yang disaksikan lebih kurang 1000 orang itu — santri, asatidz, orang tua dan jamaah—Dr Al Walid memberi rekomendasi khusus kepada enam santri yang dites untuk masuk LIPIA tanpa tes. Penghargaan Kepala Jurusan Fakultas Syariah LIPIA Jakarta ini, membuat gembira para santri, meski mereka baru kelas 8 dan 9 dan harus menunggu lulus SMA untuk masuk ke sana.

Bila para santri SMP ujiannya dengan hafalan Hadits, maka santri SMA ujiannya dengan membuat skarya buku dan mempresentasikannya di hadapan para penguji. Bedah buku yang berlangsung sejak 18-28 Februari 2018 lalu menghadirkan penguji, di antaranya : Zaenal Arifin MK, MSI (Dosen STIKOSA, AWS Surabaya yang juga wartawan Surabaya Post), Titin Diah Sulistyarini, SS, M.SI (Dosen UNAIR Surabaya), dan Miftahul Ulum, MT (Dosen Universitas Trunojouo, Madura).

Pada akhir sesi bedah buku, para penguji mengapresiasi para santri yang sudah mampu menghasilkan karya yang bagus di usia mereka yang masih SMA dan sekaligus merekomendasikan agar tulisan beberapa santri untuk diterbitkan karena sudah layak dikonsumsi publik.

Ustadz Fathur sejak awal menyadari bahwa para santri ini dibekali bakat yang berbeda. Karena itu, ia tidak memaksanakan semua santri untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Bagi santri yang intelektual bagus, mereka dipersilakan untuk memperdalam ilmunya ke kampus baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sedangkan bagi mereka yang ingin memperdalam profesi, El Kisi menyediakan bantuan bagi santri untuk mengembangkan kreatifitasnya di pesantren. “Sehingga setelah lulus dari El Kisi mareka mampu berdakwah dan sekaligus mandiri (mempunyai life skill),” urainya.

Apa resep Ustadz Fathur sehingga dalam sepuluh tahun (mulai 2010) mampu dengan pesat mengembangkan pesantren ini? Pertama, jadilah orang yang bermanfaat. Kedua, jadilah penolong agama Allah. Ketiga, harus bersungguh-sungguh. Keempat, harus yaqin, optimis dan tawakkal. Kelima, harus menjadi yang terbaik.

Yang menarik, selain mengembangkan pesantrennya, pimpinan El Kisi juga peduli kepada masyarakat di sekitarnya. “Tiap bulan kita menyediakan 12 ton beras untuk membantu masyarakat sekitar,” terang Ustadz Fathur. Selain itu sang ustadz juga membangunkan rumah untuk penduduk yang tidak mampu. “Karena itu sekolah-sekolah kita tidak ada penjaganya. Yang menjaga masyarakat,” terangnya dengan tersenyum. II

Izzadina

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *