Ia adalah seorang ulama besar yang ahli dalam berbagai disiplin ilmu. Ia dijebloskan penjara karena ceramahnya di Masjidil Aqsha, yang mengritik ziarah kubur yang menyimpang syariat Islam.
Wartapilihan.com, Jakarta –Ia adalah seorang imam yang brilian. Ulama yang luas ilmunya, ahli tafsir, pakar hadits, tabib bagi hati dan segala penyakitnya, ahli kejiwaan beserta segenap permasalahannya dan pemilik segudang karya yang luar biasa manfaatnya.
Ia adalah Imam Abu Abdillah Syamsuddin Muhammad bin Abi Bakr Ayyub bin Saad bin Huraiz bin Makki az Zari ad Dimasyqi al Hambali. Dikenal dengan nama Ibnu Qayyim al Jauziyah atau Ibnu Qayyim. Nama ini dialamatkan kepada ayahnya yang merupakan seorang qayyim (kepala sekolah) madrasah al Jauziyah, salah satu madrasah fikih Mazhab Hambali di Damaskus.
Ibnu Qayyim dilahirkan pada tahun 791H di Damaskus dari sebuah keluarga yang cinta kepada ilmu. Syaikh Abu Bakar, ayahnya, adalah seorang kepala sekolah di Madrasah al Jauziyah. Mulai usia 7 tahun, ayahnya mengarahkan Ibnu Qayim untuk menimba ilmu sungguh-sungguh. Sejak kecil, terlihat dalam dirinya kesungguhan luar biasa dalam mencari ilmu dan kecerdasannya yang luar biasa.
Belum genap usia 20 tahun, Ibnu Qayyim telah menguasai berbagai disiplin ilmu. Ia tidak hanya menimba ilmu dari guru-guru Mazhab Hambali, tapi juga berguru pada banyak ulama dan mazhab fikih lainnya. Ia menimba ilmu dari Al Alamah Ibnu az Zamalkani dan al Hafizh al Mizzi yang bermazhab Syafii, Majduddin at Tunisi yang bermazhab Maliki dan ash Shafi al Hindi yang bermazhab Hanafi.
Ibnu Qayyim al Jauziyah adalah sosok ulama yang menyatukan antara kezuhudan dan ibadah, shalat tahajud dan ijtihad. Ia meniti tangga-tangga yang ditapaki para ulama Rabbani. Ia senantiasa berdzikir, berfikir panjang dan berlama-lama dalam shalat yang sangat berat dilakukan oleh orang-orang pada masanya. Sebagian orang mencacinya karena shalatnya yang lama itu.
Ibnu Qayyim diakui oleh para ulama keilmuan dan amaliahnya. Ibnu Rajab al Hambali, salah satu murid istimewanya berkata,”Pengetahuannya tentang mazhab sangat mendalam. Ia cerdas dan layak dalam mengeluarkan fatwa. Senantiasa menemani Syaikh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah dan menguasai berbagai keilmuan Islam. Ia pakar dalam bidang tafsir dan tidak tertandingi, ahli dalam bidang ushuluddin, pakar dalam bidang hadits beserta maknanya, pakar fiqih dan ushul fiqih, pakar dalam bidang bahasa Arab dan memiliki konstribusi besar di dalamnya, ahli dalam ilmu kalam, nahwu dan sebagainya. Pandai dalam ilmu tasawuf dan memiliki kontribusi besar dalam setiap bidang keilmuan tersebut.”
Ibnu Nashir ad Dimasyqi menyatakan,”Ibnu Qayyim menguasai multidisplin keilmuan, terutama bidang tafsir dan prinsip-prinsip ilmu mathiq dan rasio.”
Ibnu Katsir menyatakan,”Ibnu Qayyim mempelajari hadits dan sibuk dengan ilmu. Ia menguasai berbagai bidang ilmu, terutama ilmu tafsir, hadits, ushuluddin dan ushul fikih. Tatkala Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah kembali dari negeri Mesir pada tahun 712H, ia menemaninya hingga Ibnu Tamimiyah wafat. Ia menimba banyak ilmu darinya dan terhimpun sebanyak aktivitasnya, sehingga ia menjadi sosok tiada banding dalam berbagai cabang keilmuan. Ditambah lagi dengan banyaknya doanya malam dan siang hari. Aku tidak mengetahui orang yang lebih banyak beribadah daripada dirinya di dunia ini masa sekarang.”
Al Qadhi az Zur’i berkata,”Tidak ada orang di bawah atap langit ini yang lebih luas ilmunya daripada dirinya.”
As Syaukani berkata,”Ia pandai dalam berbagai cabang keilmuan, mengungguli ulama-ulama sezamannya, menjadi masyhur di kolong langit dan luas pengetahuannya tentang mazhab-mazhab salaf.”
Al Hafizh as Suyuthi mengatakan,”Ia adalah salah satu imam besar di bidang tafsir, hadits, fikih, ushuluddin, ushul fikih dan bahasa Arab.”
Puluhan karya Ibnu Qayyim beredar luas di seluruh dunia. Diantara karya-karyanya itu adalah :
Karya-karyanya di bidang akidah :
1. Ijtima’ al Juyusy al Islamiyah ala Ghazwi al Muatthilah wa al Jahmiyah
2. Ar Risalah at Tabukiyah
3. Syifa’ al Alil fi Masail al Qadha’ wa al Qadr wa al Hikmah wa at Ta’lil
4. Hidayah al Hayari fi Ajwibah al Yahud wa an Nashara
5. Al Kafiyah asy Syafiyah
Karya-karyanya di Bidang Ushul dan Fikih
1. I’lam al Muwaqiin an Rabb al Alamin
2. Ahkam Ahlu Dzimmah
3. Ighatsah al Lahfan fi Hukmi Thalaq al Ghadban
4. Tuhfah al Maudud fi Ahkam al Maulud
5. Hukm Tarik ash Shalat
6. Ath Thuruq al Hukmiyah fi As Siyasah asy Syariyyah
Karya-karyanya di Bidang Etika, Akhlak dan Kondisi Hati :
1. Madarij as Salikin
2. Ighatsah al Lahfan min Mashayid asy Syaithan
3. Badai al Fawaid
4. Hadi al Arwah
5. Ad Da’ wad Dawa’
6. Raudhah al Muhibbin
Karya-karyanya di Bidang Hadits, Periwayatan dan lain-lain :
1. Tahdzib Mukhtashar Sunan Abi Dawud
2. Zad al Maad fi Hadyi Khair al Ibad
3. At Tibyan fi Aqsam al Quran
4. Jala’ al Afham
5. At Thibb an Nabawi
6. Uddah ash Shabirin
7. Al Furusiyah asy Syariyyah
8. Al Kali math Thayib wa al Amal ash Shalih (al Wabil ash Shayyib)
9. Miftah Dar As Saadah
10. Al Manar al Munif fi Ash Shahih wa Adh Dhaif
Pada awalnya Ibnu Qayyim adalah seorang sufi yang sibuk dengan ritual-ritual ziarah kubur dan tarekat-tarekat. Sampai akhirnya Ibnu Qayyim bertemu dengan Ibnu Taimiyah pada tahun 712H, ia menjadi berubah. Ibnu Taimiyah menerima Ibnu Qayyim dengan sepenuh hati dan penjadi pembimbing ilmu dan dakwahnya. Ibnu Qayyim kemudian menjadi murid Ibnu Taimiyah yang paling dekat dan paling produktif dalam berkarya.
Pada tahun 725H, Ibnu Qayyim berangkat menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Dalam perjalanan pulang, ia mengadakan sebuah pengajian tafsir dan menyampaikan nasihatnya di Masjidil Aqsha. Dalam pengajian itu, Ibnu Qayyim berbicara mengenai persoalan ziarah dan tur ziarah kubur Nabi Ibrahim di Palestina. Ibnu Qayyim menyalahkan kegiatan yang menyimpang syariat dalam ziarah kubur.
Tak ayal, berkobarlah kemarahan orang terhadap Ibnu Qayyim. Mereka mengadukannya kepada Qadhi Qudhat (Hakim Agung) dan kemudian Qadhi menetapkan Ibnu Qayyim telah murtad dan mesti dijatuhi hukuman mati. Mereka kemudian memprovokasi orang-orang untuk menentang Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim dan kawan-kawannya.
Mereka kemudian menangkap Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, Ibnu Katsir, al Kutbim al Barzali dan lain-lain. Mereka kemudian menyiksa dan mencaci maki ulama-ulama itu di Damaskus. Ibnu Qayyim dipukuli dihadapan hakim dan penguasa. Ia juga diarak dengan keadaan badan terbalik di atas keledai berkeliling Damaskus, seperti hukuman yang diterapkan kepada pencuri.
Ibnu Qayyim dan Ibnu Taimiyah akhirnya dimasukkan dalam penjara. Ibnu Taimiyah wafat pada tahun 728H. Setelah wafatnya Ibnu Taimiyah dalam penjara, Ibnu Qayyim kemudian dibebaskan. Di dalam penjara, Ibnu Qayyim banyak beribadah, membaca al Quran, mentadabburinya dan menelaah berbagai ilmu Islam.
Selepas dari penjara, Ibnu Qayyim melanjutkan perjuangan dan madrasah yang dibangun Ibnu Taimiyah. Ia juga terus menulis karya dan karya-karyanya dinikmati oleh umat Islam di seluruh dunia hingga kini. II Sumber : Cobaan Para Ulama karya Syaikh Syarif Abdul Aziz (Pustaka al Kautsar, 2012).
Izzadina