Buku Islam, Pembaca dan Perubahan Era

by
Koleksi buku di Perpustakaan. Foto: Herry M. Joesoef

Di awal tahun 1990-an, selera pembaca masih bisa “diarahkan” dengan judul buku yang menarik, dan penampilan buku dengan disain sampul yang wah. Tidak banyak tuntutan, tidak banyak pilihan, itulah era baru dimana buku menjadi konsumsi kelas menengah, kaum terdidik dan pada kaum muda yang tengah mendalami agama di kampus-kampus utama.

Wartapilihan.com, Jakarta –Disamping geliat penerjemahan buku-buku berbahasa Arab khususnya, untuk kajian-kajian agama dan ilmu pengetahuan agama, maka buku-buku karya penulis lokal pun diterbitkan menjadi sebuah buku…

Intelektual Muda Muslim, begitu namanya biasa dikenalkan media, yang biasa menulis opini atau kolom di media-media cetak ternama, mendapatkan tempatnya…

Opini-opini yang bersangkutan, yang berserak di banyak media. Ditulis bertahun-tahun, dan ditulis lepas begitu saja, tidak sedikit pun terpikir suatu saat tulisan-tulisan lepas itu akan dibukukan…

Dan, itu karena kejelian penerbit yang mau “bersusah payah” mengumpulkannya dengan hunting ke banyak media yang dianggap pernah memuat tulisan-tulisannya…

Banyak penulis yang menulis lepas begitu saja tulisan-tulisannya, tanpa tulisannya itu terdokumentasi dengan baik…

Saat itu, amat sedikit penulis atau intelektual yang menulis utuh pemikirannya untuk sebuah buku. Maka, tulisan-tulisan lepas itu pun bisa dirangkai menjadi sebuah buku, yang bab per bab tampak terjalin dengan baik, itulah peran editor yang dimiliki penerbit…

Jasa penerbit untuk menjadikan tulisan-tulisan lepas mereka itu, menjadi “seakan” utuh dalam sebuah buku adalah prestasi sekaligus jasa yang tidak kecil…

Maka para intelektual dalam semua lapisan pendidikan dan pilihan ragam tulisan muncul dengan begitu beragam…

Sebut saja di antara mereka adalah Nurcholish Madjid, M. Amin Rais, Abdurrahman Wahid, Emha Ainun Nadjib, M. Dawam Rahardjo, Quraisy Shihab, Fachry Ali, Bachtiar Effendi, dan masih banyak lagi…

Mereka tiba-tiba memiliki karya buku, hasil kumpulan tulisan yang berserakan di banyak media…

Mereka cuma menambahkan Prolog dan Epilog pada buku yang diterbitkan itu, dan nama mereka melambung tinggi…

Gagasan-gagasan pemikiran mereka dari tahun ke tahun perjalanan hidupnya, bisa dibaca dalam buku-buku yang terbit itu…

Ada pemikiran yang runtut dan tampak “terprogram” dari pemikiran yang dikembangkannya, tapi tidak sedikit dari pemikirannya itu yang meloncat-loncat tampak tidak runtut apalagi analisis…

Bobot tulisannya itu pun tampak mengalami naik-turun kualitasnya, dan itu tampaknya disesuaikan di media mana tulisan itu “disalurkan”…

Di media Nasional yang punya pembaca dengan segmen menengah ke atas, tentu mereka salurkan tulisan yang sesuai dengan media bersangkutan, begitupun sebaliknya…

Itulah penyebab kumpulan tulisan mereka itu, tampak naik-turun bobot tulisannya, bisa bermutu amat dan bisa biasa-biasa saja…

Masyarakat pembaca buku tidak mempermasalahkan tentang “kondisi” buku-buku yang terbit masa itu. Mereka menikmatinya, dan bangga membawa buku-buku itu di genggaman mereka ke sana-ke mari…

Dunia penerbitan pada masa itu mengalami puncak kejayaannya yang menggiurkan. Bagaimana tidak? Semua buku yang diterbitkan dari karya-karya mereka itu cukup laku keras…

Tidak kalah peran disain grafis dari buku-buku yang ditampilkan tidaklah kecil. Disain sampul buku mengalami revolusi perwajahan buku yang terbit pada saat itu. Sebut saja nama-nama tersohor ketika itu, bisa disebut di sini adalah S. Prinka, Edo Abdullah, Gus Balon, Harry Wahyu Ong…Dan masih banyak lagi…

Pada era kini, model kumpulan tulisan sudah tidak menarik lagi bagi para pembaca muslim, kecuali tentang “Kisah-kisah para Sahabat r.a, tabi’in, tabi’ tabi’in dan tokoh-tokoh Islam yang menginspirasi…”, masih punya tempat yang baik di kalangan pembaca muslim…

Sebut saja dua nama, intelektual muda muslim yang juga Da’i ternama, Salim A. Fillah, dan Fahmi Salim… adalah penulis-penulis lepas produktif, yang tampak  tulisan-tulisan lepasnya itu bisa jadi memang dipersiapkan untuk diterbitkan sebagai sebuah buku…

Buku-buku karyanya laris manis, karena kisah-kisah yang ditampilkan di buku itu, disampaikan dengan bahasa yang ‘renyah’, teknik berkisah yang berbeda, dan sarat dengan nasihat-nasihat yang menginspirasi…

Pilihan bacaan buku saat ini begitu beragam, namun karya-karya terjemahan dari kitab-kitab para ulama klasik, dari semua genre keilmuan, masih tetap diminati kalangan pembaca yang lebih serius, dan cukup laku keras…

Dunia penerbitan buku saat ini memang tidak seberkibar dunia penerbitan di tahun 1990- an, namun demikian dunia penerbitan buku mulai menampakkan daya gedornya lagi di masyarakat, karena meski e-book jadi pesaing utamanya, membaca buku dengan bahan baku kertas, apalagi buku-buku tebal, jauh lebih nikmat dan bisa berlama-lama, ketimbang kita membaca dengan media komputer dan turunannya…

Pilihan bacaan buku saat ini begitu beragam, maka pembaca dimanjakan dengan pilihan-pilihan yang ada. Namun demikian, pembaca yang jeli dituntut memilih penerbit yang memiliki visi yang baik, dan itu tidak sulit memilihnya… Wallahu A’lam…

Ady Amar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *