Bentuk geometri segitiga dan masjid, sempat menghangatkan perbincangan publik. Begitu sensitifnya bentuk segitiga ini, sampai-sampai dibuat forum khusus klarifikasi/tabayun.
Wartapilihan.com, Depok— Ustadz Rahmat Baiquni dan Ridwan Kamil yang mendominasi perbincangan publik tentang Masjid dan segitiga. Adalah simbol illuminati yang disoal Ustadz Rahmat Baiquni di masjid Al Safar yang diarsitekturi Ridwan Kamil. Masjid ini memiliki banyak segitiga yang dianggap sebagian orang sebagai simbol illuminati.
Ridwan Kamil sendiri menjelaskan secata detail tudingan soal masjid mata dajjal tersebut. Kang Emil menjelaskan sebenarnya bentuk di Masjid Al-Safar yang viral itu bukan segitiga, tapi trapesium. Dia tidak sepakat tiap masjid atau bangunan ditemukan simbol yang dianggap non-muslim maka disimpulkan melanggar syariat. Sebab, kata dia, mungkin hal itu disebabkan oleh ketidaktahuan.
Dari akun twitter @potretlawas diceritakan, ada Masjid di Empang Bogor, yang dibangun pada awal abad 20 yang mengambil bentuk geometri segitiga. Masjid ini beratap prisma segitiga. Pemiliknya adalah Habib Abdullah bin Muhsin Alatas, seorang Hadrami kaya yang juga ulama disegani.
Sumber-sumber di internet menyebut perkiraan diangun tahun 1828. Namun hampir pasti itu tidak tepat. Sebab Gids voor Buitenzorg (1905) menulisnya sebagai masjid baru. Berkat kekayaan sang Habib, masjid ini berpenerangan gas. Sehingga memungkinkan aktivitas keagamaan dilangsungkan sampai malam hari.
Habib Abdullah mulai bermukim di Bogor sekira 1895, saat berusia 37 tahun. Sebelumnya, beliau tinggal dan berniaga batik di Pekalongan. Masjid di lingkungan rumahnya ini bentuk dedikasinya terhadap pengajaran Islam. Selain itu, beliau juga menulis buku-buku soal usuluddin, tasawwuf, dan filsafat.
Hingga wafat pada 1933, Habib Abdullah adalah satu dari beberapa nama di Hindia Belanda waktu itu yang dipandang wajib digurui. Dan masjid tersebut sebagai pusatnya. Jejak keilmuan sang Habib “diteruskan” 2 cucunya, cendekiawan terkemuka negeri Jiran, Malaysia: Syed Hussein Alatas dan Syed Muhammad Naquib al-Attas. Wallahu A’lam.
Sumber bacaan: akun twitter @potretlawas