Jumlahnya massa yang hadir tidak sebanyak Reuni 212, tapi angka 1 juta orang masih tembus. Ada menteri yang disoraki dan disuruh turun ketika ber-orasi, ada pimpinan Ormas yang hadir setelah sebelumnya melarang anggotanya hadir dalam Aksi Bela Palestina.
Wartapilihan.com, Jakarta –Ahad(17/12) pagi, Waktu menunjukkan angka 07.00 WIB, puluhan ribu penumpang –pria, perempuan, dan anak-anak– berpakaian putih-putih turun di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat. Puluhan ribu penumpang juga turun di Stasiun Gondangdia. Mereka turun dari Kommuter, turun dan keluar dengan tertib, meskupun membutuhkan waktu 30 menit baru bisa keluar dari kawasan stasiun. Shalawat dan sesekali pekik takbir bergema, tanpa henti. Tujuan mereka satu, menuju Monumen nasional(Monas) untuk bergabung dengan lebih satu juta umat Islam yang sedang mengadakan Aksi bela Palestina.
Ada yang berbeda antara reuni 212 dengan Aksi Bela Palestina. Jika Reuni 212 cenderung tidak mendapat respon positif dari pihak pejabat pemerintah, Aksi Bela Palestina justru mendapat dukungan. Di Reuni 212 tidak ada pejabat negara yang hadir, di Aksi Bela Palestina seorang menteri hadir dan memberikan orasi.
Reuni 212 dihadiri oleh umat Islam dari berbagai penjuru tanah air; Aksi Bela Palestina tidak. Waktu Reuni 212, komunikasi berbasis internet mengalami banyak gangguan di sekitar Monas, di Aksi Bela Palestina komunikasi lancar-lancar saja.
Kurang greget dan tantangan? Mungkin iya. Tapi, nanti dulu. Di Aksi Bela Palestina, ada peserta-peserta baru, terlihat dari bendera yang mereka bawa mengindikasikan Ormas tertentu yang dalam rauni 212 tidak nampak. Ormas tersebut juga tidak hadir dalam Aksi Bela Islam I, II, dan III yang terjadi setahun lalu.
Dalam Aksi Bela Palestina tidak ada pembicara yang berbicara kasar dan menyerang pribadi seseorang, kecuali serangan terhadap Donald Trump, sebagai musuh bersama. Di Reuni 212 ada seorang seorang pembicara yang mengeluarkan kata-kata kasar dan menyerang pribadi seorang menteri.
Ketika reuni 212 bendera dengan lafal “La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah” disoal karena menganggap itu bendera Hizbut Tahrir yang sudah dinyatakan terlarang berdasarkan Perppu Nomor 2 Tahun 2017, di Aksi Bela Palestina, bendera dengan lafal yang sama berkibar-kibar lebih banyak lagi. “Ini membuktikan bahwa bendera tersebut adalah bendera Rasulullah,” tutur seorang pemuda sambil menunjuk banyaknya bendera hitam bertuliskan “La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah” berwarna putih.
Yang menarik adalah, beberapa hari sebelum pelaksanaan, dua orang pimpinan Ormas mengatakan bahwa nggak perlu ikut-ikutan demo untuk membela Palestina. “Kami punya cara tersendiri untuk menyampaikan aspirasi,” begitu kata mereka berdua. Uniknya, ketika Aksi Bela Palestina berlangsung, satu konsisten tidak hadir, yang satu lagi hadir. Umat tahu, dua orang itu, baik yang hadir maupun yang tidak hadir itu, tidak pernah jelas keberpihakannya pada Palestina.
Dari acara yang dimulai pada 06.00 sampai 11.00 WIB tersebut, serangkaian orasi, pembacaan puisi dan shalawat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada seorang menteri yang hadir dan memberikan orasi dengan menyanjung-nyanjung majikannya. Sontak sebagian massa di garis depan meneriakkan “Huuuu”, “Turun”, “Takbir”, serta menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ustadz Bachtiar Nasir dan Ustadz Zaitun Rasmin ikut menentramkan massa. Sementara Si Menteri, yang berorasi sekitar 8 menit itu, acuh-acuh saja.
Mengapa masa secara spontan meneriaki Sang Menteri turun dari panggung orasi? Tidak ada akibat tanpa sebab. Rupanya, massa Aksi Bela Palestina tersebut menyimpan memori atas apa yang pernah diucapkan dan dilakukan oleh Sang Menteri. Beberapa hari sebelum berlangsungnya Reuni 212, Sang Menteri mempertanyakan apa tujuan reuni. Sebelumnya, di akhir November 2017, Kementrian Sang Menteri memberikan penghargaan kepada salah satu televisi swasta yang selama ini dinilai jamak memberitakan secara miring terhadap aksi-aksi umat Islam. Apalagi televisi tersebut mendapat penghargaan atas prestasinya menginformasikan berita-berita tentang pendidikan Islam. Ini asbab-nya dari mana? “Kontra produktif,” begitu kata sebagian peserta.
Wal-hasil, acara Aksi Bela Palestina yang juga dikenal dengan Aksi 1712 tersebut berjalan lancar dan aman. Kemarahan sebagian peserta terobati dengan munculnya beberapa tokoh yang selama ini dikenal sebagai orang-orang yang konsisten membela Islam.
Herry M. Joesoef