Dua orang tokoh muda politik tanah air menghadap Prabowo beberapa hari lalu. Keduanya berterusterang minta Prabowo untuk tidak maju lagi sebagai Capres 2019. Mereka melihat bila Prabowo maju lagi, situasinya tidak lebih baik dari 2014. Prabowo marah dan dia menyatakan akan tetap maju sebagai capres.
Wartapilihan.com, Jakarta –“Prabowo kelihatan otoriternya,” kata salah satu tokoh itu kepada koresponden Warta Pilihan. Mantan Danjen Kopassus itu bersikukuh maju dan tidak akan mundur sebagai capres 2019-2024.
Di tempat lain, seorang dai muda terkenal di tanah air, Ustadz Haikal Hasan menyeru lewat video Youtube agar Anies Baswedan dicalonkan menjadi Capres 2019. Ustadz Haikal tidak sendiri. Ia didukung oleh banyak ustadz muda Jakarta, semisal Ustadz Fahmi Salim, Tony Rosyid dan lain-lain. Mereka khawatir bila Prabowo maju lagi sebagai capres, maka Jokowi akan mulus sebagai Presiden kembali.
Di Restoran Al Jazeera, Polonia Jakarta, 30 Juni lalu para aktivis 212 bergerak. Menamakan diri sebagai Koalisi Umat Madani mereka bersepakat mencalonkan Amien Rais sebagai calon presiden. Gerakan yang diketuai Letjen (purn) Syarwan Hamid ini mendesak Amien Rais untuk turun gunung mengatasi masalah yang kini pelik menimpa di tanah air. Syarwan mengaku mendapat inspirasi dari tokoh Malaysia Mahathir Mohamad yang kini terjun kembali sebagai Perdana Menteri memimpin Malaysia.
Tidak cukup sampai disitu. Wakil Presiden Jusuf Kalla juga melakukan gerakan tesendiri. Sumber Warta Pilihan menyatakan bahwa Jusuf Kalla gencar melobi SBY agar memasangkan Anies Baswedan-AHY untuk 2019-2024. Nampaknya gagasan Kalla ini mendapat sambutan yang positif dari SBY, meski belum jelas siapa partai koalisi yang mengusung. Partai Demokrat tentu saja tidak cukup kursi untuk menggolkannya.
Partai Keadilan Sejahtera yang tampak setia mendukung Prabowo pun mulai lirik kiri kanan. Tidak puas dengan keputusan Prabowo agar kader PKS dapat menjadi cawapres Prabowo, PKS mulai menggulirkan bola panas. Petinggi PKS menggelindingkan Anies Baswedan-Ahmad Heryawan. Mereka melihat citra Prabowo menurun di masyarakat, tidak sebagaimana 2014 lalu.
Citra Prabowo yang menurun ini, juga dicium berbagai lembaga survei. Meski Prabowo menempati angka teratas sebagai penantang Jokowi, tetapi angka keterpilihannya tidak sampai 40 persen. Dan bila Prabowo maju lagi, maka Prabowo sulit meraih kembali suara sebagaimana 2014 lalu. Karena partai-partai pengusung Prabowo, seperti Golkar dan PPP sudah membelot ke Jokowi.
Melihat situasi ini, Persaudaraan Alumni 212 yang dikomandani Habib Rizieq dalam waktu dekat juga akan melakukan pertemuan besar. Mereka akan mengajukan calon untuk Capres 2019. Dan nampaknya bukan Prabowo yang menjadi pilihan.
Sikap Gerindra yang menyatakan Prabowo harga mati sebagai Capres itulah yang mengakibatkan lobi-lobi partai penantang Jokowi kini mentok. PKS dan Demokrat kini lagi mencari alternatif capres selain Prabowo.
Masalahnya bila PKS dan Demokrat berkoalisi, maka belum cukup untuk mencalonkan kandidat. Bila digabung, keduanya baru terkumpul 108 kursi, belum mencapai 20 persen kursi DPR ambang batas partai-partai mengajukan calon. Berikut daftar perolehan kursi DPR partai-partai Pemilu 2014 lalu :1. PDI Perjuangan 109 kursi dari 23.681.471 (18,95%) suara;2. Golkar 91 kursi dari 18.432.312 (14,75%) suara;3. Gerindra 73 kursi 14.760.371 (11,81%) suara;4. Demokrat 61 kursi 12.728.913 (10,19%) suara;5. Partai Amanat Nasional 49 kursi dari 9.481.621 (7,59%) suara;6. Partai Kebangkitan Bangsa 47 kursi dari 11.298.957 (9,04%)suara;7. Partai Keadilan Sejahtera 40 kursi dari 8.480.204 (6,79%) suara;8. Partai Persatuan Pembangunan 39 kursi dari 8.157.488 (6,53%) suara;9. NasDem 35 kursi dari 8.402.812 (6,72%) suara;10. Hanura 16 kursi dari 6.579.498 (5,26%) suara.
Maka mau tidak mau, PAN akan menjadi alternatif untuk diajak dalam koalisi ini. Dan ini tentu saja akan membubarkan koalisi yang dibentuk Prabowo. Peta akan berubah, bila PKB membelot dari Jokowi. Tapi rasa-rasanya tidak mungkin. Karena banyak hutang budi PKB ke Jokowi di tahun 2014-2019.
“Kalau sudah begini, banyak doa mas. Kita bukan anggota partai politik dan kita sudah berikhtiar mencari capres yang pas untuk mengalahkan Jokowi 2019,” kata seorang dai muda ibukota.
Akankah Prabowo menyadari situasi politik terakhir ini? Wallahu azizun hakim. II
Izzadina