Setelah Presiden Chechnya turun ke jalan bersama ribuan rakyatnya, Mufti Besar Mesir akan melakukan hal sama, bahkan dalam lingkup internasional.
Wartapilihan.com, Jakarta –Mufti Besar Mesir Ahmad el-Tayeb urun pernyataan terkait krisis tragedi yang menimpa umat Islam di Rohingya, Rakhine State, Myanmar. Dia mengatakan, Al-Azhar Al-Syarif mustahil hanya berpangku tangan di hadapan pelanggaran yang tidak berperikemanusiaan ini. Al-Azhar akan memimpin pergerakan kemanusiaan dalam level Arab, dunia Islam dan Internasional, untuk menghentikan pembantaian ini.
“Kejahatan-kejahatan semacam ini, merupakan bentuk suport untuk melakukan tindakan kejahatan terorisme yang tengah diderita oleh kemanusiaan seluruhnya. Kita akan memekikkan seruan kemanusiaan yang menggema untuk menuntut dihentikannya politik diskriminasi etnik dan agama di antara seluruh warga,” kata Imam Besar Al-Azhar ini dalam keterangan tertulisnya yang diterima Warta Pilihan di Jakarta, Jumat (15/9).
Lebih jauh, Grand Syaikh Al-Azhar menyatakan, seluruh Perjanjian Internasional yang berjanji akan melindungi Hak Asasi Manusia, semuanya hanya sebatas tinta di atas kertas, bahkan itu hanya kebohongan semata.
“Organisasi-organisasi Dunia pastinya akan mengambil sikap yang berbeda jika kelompok —yang tertindas— ini adalah pemeluk agama atau keyakinan selain Islam,” tegasnya.
Pemusnahan massal terhadap warga muslim, lanjutnya, akan menggoreskan catatan kelam dalam sejarah Myanmar yang takkan terhapus oleh zaman. Umat Islam Burma mendapat serangan brutal nan barbar yang tidak pernah dikenal oleh kemanusiaan sebelumnya.
“Apa yang dialami oleh Muslim Rohingya, mengingatkan kita dengan tabiat binatang buas di hutan belantara. Nurani internasional yang mati adalah sebab di balik fenomena brutal yang tak berperikemanusiaan di Myanmar,” tandas Ahmad el-Tayib.
Sebab, kata Ahmad, para pemimpin keagamaan di Myanmar telah meremehkan upaya Al-Azhar dan berkoalisi dengan ekstremis bersenjata dari junta rezim untuk melakukan pemusnahan.
“Kita sangat prihatin atas sikap kontradiktif dari sosok yang salah satu tangannya telah membawa penghargaan Nobel Perdamaian, namun tangan yang satunya lagi memberkati kejahatan-kejahatan yang menjadikan Perdamaian itu sendiri kabur ditiup angin,” tutupnya.
Ahmad Zuhdi