Akhir Karier Gatot Nurmantyo?

by
Foto:Istimewa

Setelah Panglima TNI membuat kebijakan nonton bareng film G30SPKI bagi seluruh anggota dan keluarga TNI se Indonesia, kalangan PDIP marah. Mereka menyerang Gatot agar tidak bermain politik. Kini istana –tentu lewat lobi PDIP- berhasil mencemarkan nama baik panglima soal data intelijen tentang senjata.

Wartapilihan.com, Jakarta –Politisi PDIP Effendi Simbolon,  menyatakan bahwa Presiden Jokowi harus punya sikap tegas soal nobar film sejarah tentang kekejaman PKI yang dibuat pada era Orde Baru ini. Jika Jokowi merasa pemutaran film ini kurang tepat karena isinya yang masih diperdebatkan, Effendi minta Jokowi mengeluarkan pernyataan tegas kepada Gatot.

Politisi PDIP lainnya, Masinton Pasaribu menyatakan bahwa  panglima TNI harus menahan ambisi politik. Apalagi, masa pensiun Gatot sekadar hitungan bulan. “Kalau mau berpolitik, tunggu pensiun. Jika sudah pensiun, itu menjadi hak sebagai warga negara. Tapi sekarang masih panglima,” kata Masinton. “Jangan ulangi masa Orde Baru,” tegasnya.

Nobar bareng TNI, seruan Nurmantyo memang mendapat sambutan hangat dari kalangan umat Islam. Selain diputar di markas atau lapangan TNI, nobar film G30SPKI juga diputar di berbagai pesantren dan lapangan masjid. Ribuan atau ratusan orang hadir pada tiap nobar itu.

Tentu ini menimbulkan kemarahan bagi PDIP. Karena ideologi PDI adalah Sukarnois (Orde Lama) dan anti Orde Baru. Film G30SPKI jelas-jelas menonjolkan peran hebat Soeharto (dan umat Islam) dalam menghancurkan PKI. Film itu juga menggambarkan bagaimana kedekatan Soekarno dengan PKI dan ‘mencemarkan’ nama presiden pertama itu karena Soekarno menganggap bahwa peristiwa pembunuhan jenderal itu hanya riak gelombang revolusi yang biasa saja.

Presiden Jokowi sendiri nampaknya ‘pakewuh’ dengan kebijakan nobar Panglima TNI karena sudah terlanjur tersebar ke publik. Presiden yang dekat dengan PDIP ini akhirnya menggunakan retorika halus, perlu dibuat film (G30SPKI) baru yang sesuai dengan generasi milenial.

Melihat reaksi presiden yang tidak tidak jelas terhadap Panglima TNI, maka PDIP pun nampaknya mencari celah bagaimana ‘mencemarkan’ nama Nurmantyo. Akhirnya ketemu.

Lewat Menkopolhukam Wiranto kemarin (24/9) akhirnya istana –yang think tanknya PDIP- berhasil mencemarkan nama baik Nurmantyo. Yaitu soal pernyataan Panglima TNI tentang adanya impor senjata ilegal (22/9).  Wiranto membantah pernyataan Panglima TNI terkait isu impor 5.000 senjata ilegal oleh institusi tertentu. Padahal Nurmantyo sebelumnya menjelaskan bahwa informasi yang ia dapatkan ini A1 (tidak sembarangan).

Wiranto menjelaskan bahwa informasi yang benar yaitu pengadaan 500 pucuk senjata laras pendek buatan Pindad oleh Badan Intelijen Negara (BIN) untuk keperluan pendidikan intelijen. “Saya sudah panggil Panglima TNI dan Polri. Ini hanya masalah komunikasi yang tidak tuntas terkait pembelian senjata itu. Setelah saya tanya, saya cek, ini adalah pembelian 500 pucuk senjata dari Pindad untuk sekolah intelijen,” terangnya.

Klarifikasi dari Wiranto ini jelas mencemarkan nama Gatot. Publik akan menilai sekelas panglima TNI informasinya ‘tidak akurat’. Meskipun dalam klarifikasi itu Wiranto menyatakan mendukung gerakan Nobar film G30SPKI yang dilakukan panglima.

Memang upaya menghancurkan nama Nurmantyo ini sebelumnya juga telah dilakukan beberapa kalangan intelijen. Beberapa tokoh umat Islam yang ditemui Warta Pilihan menyatakan bahwa Nurmantyo terkait erat dengan salah satu dari Sembilan naga (konglomerat Cina) dan seterusnya.

Tapi Nurmantyo tidak peduli dengan isu-isu yang beredar. Ia terus berjalan lurus menyampaikan keberpihakan dan keberaniannya untuk memihak umat Islam Indonesia. Suatu hal yang tidak lazim dalam kebiasaan TNI atau para pejabat kita. Biasanya para petinggi TNI atau pejabat tinggi tidak berani terus terang ke publik dalam memihak umat Islam.

Dalam acara di Majelis Tafsir Al Quran Solo (30/7/2017) misalnya, Panglima TNI menegaskan kemerdekaan yang diperoleh bangsa Indoensia merupakan hasil kerja keras umat Islam. “Kemerdekaan yang diperoleh ini merupakan hasil kerja keras umat Islam. Yang mempelopori dan memotori energi sosial umat itu adalah para kyiai, ulama dan ustadz,” tegasnya.

Pada 21 Juni 2017, Gatot Nurmantyo memberikan ceramah di lapangan Brigif 13 Galuh Kostrad, Tasikmalaya.  Pada saat Gatot ceramah, keadaan hujan deras, tetapi tidak membuat surut Gatot untuk memberikan ceramah.  Saat di mimbar, ada anak buahnya yang memberikan payung untuk melindungi panglima TNI dari guyuran hujan, tetapi Gatot melarangnya.

Pada acara itu Gatot menyatakan bahwa bahwa Pancasila itu adalah hadiah dari umat Islam kepada Indonesia, karena umat Islam pada saat ini tidak ngotot untuk mengupayakan syariat Islam sebagai dasar negara Indonesia. Seperti yang diungkapkan di Piagam Jakarta, tanggal 22 Juni 1945. Hanya dengan kelapangan hati, umat Islam yang ikut merumuskan dan memberikan masukan tentang Pancasila, mengalah sehingga sila pertama Pancasila sehingga menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa”.

“Jadi kesimpulannya, dimanapun umat Islam terutama ulama, tidak akan merusak bhineka tunggal ika, tidak mungkin ulama akan merusak Pancasila,” tegas Gatot.  “Maka kepada prajurit TNI dimanapun berada, kamu harus bersama-sama dengan ulama.”

Dalam acara talkshow “Rosi” Kompas TV (4/5/2017), Panglima TNI menyatakan bahwa Aksi Bela Islam tidak akan mengganggu Pemerintahan Jokowi. “Kudeta Presiden Jokowi’, saya agak tersinggung kata-kata itu, karena saya umat Islam juga,” ujarnya.

Gatot menyatakan bahwa umat Islam adalah motor perjuangan kemerdekaan Indonesia. “Apakah sejak perjuangan itu, yang mayoritas dilakukan umat Islam, lalu dipertahankan umat Islam dan kemudian umat Islam yang merusaknya? Tidak mungkin,” tegas lelaki kelahiran Tegal, 13 Maret 1960 ini.

Yang monumental adalah ketika memperingati hari kemerdekaan RI, 17 Agustus 2017 lalu. Gatot dengan beraninya mengadakan khataman al Quran di Mabes TNI dan juga membuat kebijakan agar di markas-markas TNI diadakan dzikir dan baca Al Quran.

Dan pada acara ILC di TVOne 19 September 2017 lalu, terlihat bagaimana fasihnya Gatot mengucapkan Assalamualaikum kepada Karni Ilyas.

Body language Gatot dalam ceramah-ceramah pemihakannya kepada umat Islam mayoritas bangsa ini, terlihat keluar dari hati nuraninya dan bukan dibuat-buat.

Panglima TNI akan memasuki masa pensiun Maret 2018 nanti. Bila Jokowi memperpanjang masa jabatannya, maka bukan mustahil karier Gatot akan terus bersinar. Bila tidak, maka akan semakin terlihat kemana istana berpihak.

Bagi Islam, yang penting bukan jabatan, tapi kekonsistenan dalam memperjuangkan aspirasi umat. Semoga Gatot terus berada pada jalan lurus, meski ia pensiun nanti. Wallahu alimun hakim. II

Nuim Hidayat Dachli

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *