Pimpinan Pesantren Darul Qur’an Ustadz Yusuf Mansur (UYM) berhasil menamatkan pendidikan S2-nya di Universitas Trisakti, Jakarta, dengan tesis redistribusi aset. Ia akan langsung mengambil S3 di universitas yang sama dengan dua jurusan sekaligus: economy public policy dan instrument payment syariah.
Wartapilihan.com, Jakarta –“Saya ambil double Ph.d karena haus belajar, ketularan apapun yang baik. Jadi saya ingin besok ada alat ukur index kemanusiaan PayTren. Dari sisi money, plus negative dan indeks pendidikan,” kata UYM ketika hendak melakukan pertemuan denga MCfree di bilangan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat.
Lebih lanjut, tahun 2020 nanti UYM menginginkan tidak ada anggota PayTren yang hanya Strata 1. Minimal harus Strata 2. Sebab, menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan solusi dalam mengatasi setiap persoalan.
“Kita dulu punya program wartawan-wartawan jurnalis muslim kuliah lagi, nanti urusan saya itu,” sambungnya berseloroh.
UYM menganalogikan pendidikan seperti triangle antara Jalut, Talut dan Daud. Dalam suatu jurnal nasional, dia menulis ekonomi kota di Indonesia harus seperti Inggris. Hal itu yang menjadikan Daud terpaut jauh usianya dengan Jalut, berbeda dengan kondisi ekonomi saat ini yang memiliki jarak yang jauh dengan kota-kota lain.
“Saya tidak mau mendapatkan honoris causa karena PayTrent syariah nanti. Buat kita yang muda-muda kayaknya kurang mantap, saya juga sudah mulai cicil score profesor,” ungkapnya.
Ketika menyelesaikan S2 tepat waktu, ia sempat mendapatkan fitnah memberikan dana sebesar Rp 300 juta kepada pembimbingnya guna segera menyelesaikan tugas tesisnya. Padahal, jelas UYM, secara absensi dia tidak pernah mangkir dan selalu menyelesaikan tugas sebelum deadline.
“Saya maunya tetap mengikuti prosedur program doktoral dan masyarakat tahu ini kuliah yang benar, bukan seperti isu kemarin,” tandasnya.
Ahmad Zuhdi