Waspadai Lemak Perut

by
Sumber:https://2.bp.blogspot.com/-KjDObOxKrmo/VzAr0JOpbUI/AAAAAAAADUs/2NRZqVH7Go052gSLYx7rnYNpxwJyGMweQCLcB/s640/ilustrasi%2Blemak%2Bdi%2Bdalam%2Bperut.jpg

Lemak di tubuh, terutama di perut,  perlu diwaspadai. Banyak protein berbahaya di situ. Protein tersebut bisa mengubah sel normal  menjadi sel kanker. Peringatan buat para obesitas.

Wartapilihan.com, Jakarta –Mengapa kita diminta menghindari makanan berlemak? Penelitian yang dilakukan Jamie Bernard, asisten profesor farmakologi dan toksikologi di Michigan State University, East Lansing, Amerika Serikat, mungkin bisa memberi jawabannya.

Dalam risetnya yang dipublikasi dalam Jurnal Oncogene teranyar, ia menjelaskan bahwa banyak sel-sel non kanker bisa berubah menjadi kanker karena mendapat bantuan dari protein tertentu. Ia menyebut lemak tubuh salah satunya. Meski obesitas memiliki tren menaik, namun banyak yang tak sadar bahwa lemak obesitas bisa membuat sel-sel non kanker menjadi kanker. Protein pemicu kanker banyak terdapat di lemak perut penderita obesitas.

Untuk membuktikannya, Bernard dan timnya, meneliti secara lebih mendalam efek lemak visceral, atau jaringan adiposa viseral (PPN), pada perkembangan kanker. Lemak visceral adalah lemak yang menyimpan beberapa organ vital di dalam perut, seperti hati, pankreas, dan usus. Sebaliknya, lemak subkutan adalah lemak yang tersimpan tepat di bawah kulit. Lemak visceral disebut sebagai “lemak aktif,” karena tidak hanya menyimpan energi tetapi juga “Secara metabolik aktif, mengeluarkan sejumlah besar adipokin, sitokin, dan faktor pertumbuhan,” kata Bernard

Sebagaimana dilansir situs medicalnewstoday.com (26/8/2017), peneliti menyelidiki faktor-faktor dalam PPN yang merangsang perkembangan kanker pada tikus, dalam studi in vivo. Di situ peneliti memberi makan tikus diet tinggi lemak, menginduksi pembentukan sel kanker dengan sinar ultraviolet B, dan melakukan lipektomi. Lipektomi adalah salah satu jenis operasi yang menghilangkan lapisan lemak di sekitar pinggang.

Para peneliti menemukan bahwa PPN menghasilkan faktor pertumbuhan fibroblas-2 (FGF2) dalam jumlah yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan lemak subkutan. Selain itu, dengan menggunakan uji proliferasi, para ilmuwan mengungkapkan bahwa FGF2 mendorong sel epitel kulit dan mammae yang sudah rentan terhadap protein untuk berubah menjadi sel kanker.

Bernard dan tim juga mengambil sampel jaringan PPN dari wanita yang telah menjalani histerektomi (operasi pengangkatan rahim) dan mendapatkan bukti bahwa ketika jaringan lemak memiliki sekresi protein FGF2 yang lebih tinggi, lebih banyak sel yang kemudian membentuk tumor kanker saat ditransplantasikan ke tikus.

Hasil studi itu menunjukkan bahwa Bernard dan rekannya telah mengembangkan sistem baru untuk menentukan kemampuan faktor yang dilepaskan dan disaring dari PPN untuk merangsang transformasi sel. Ringkasnya, riset mereka telah menghasilkan dua temuan penting. Pertama, menunjukkan bagaimana sel-sel non-kanker berubah menjadi tumor ketika “dibantu” oleh protein tertentu. Kedua, menunjukkan bahwa sumber protein ini mungkin terletak pada lemak perut yang begitu banyak.

Tentu saja riset ini sangat membantu pemahaman orang mengenai pentingnya menurunkan berat badan, juga mengecilkan ukuran pinggang segera. Sebab di situ terdapat banyak protein-protein pemicu kanker.

Obesitas kini menjadi salah satu penyakit yang tidak disadari bahayanya. Jumlah penderitanya lumayan banyak. Jumlah obesitas di seluruh dunia pada pria naik tiga kali lipat, dari 3,2 persen menjadi 10,8 persen. Sedangkan pada wanita, naik lebih dari dua kali lipat — naik dari 6,4 persen menjadi 14,9 persen. Itu berarti bahwa ada 266 juta pria obesitas dan 375 juta wanita gemuk di dunia pada tahun 2014. Diperkirakan tahun ini meningkat lagi menjadi lebih dari 1 milyar.

Indonesia menempati urutan ke 10 dengan jumlah 41 juta penderita pada 2014. Sedangkan Amerika Serikat menduduki posisi puncak dimana 38 persen dari penduduk negeri Paman Sam diperkirakan mengalami obesitas. Jumlahnya diperkirakan akan meningkat jadi 42 persen pada tahun 2050.

Helmy K

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *