WARTAPILIHAN.COM, Jakarta – Setelah tim kuasa hukum dr. Chilafat Dalimunthe, Sp. An. dari LBH Street Lawyer mengajukan somasi langsung kepada akun facebook Nancy Cynthia Weber, meminta membuktikan secara ilmiah bahwa `Ahoker` adalah sebuah ras atau etnis yang eksis di muka bumi ini, bukannya menjawab dengan melakukan rasionalisasi atau relevansi ilmah, dr. Nancy dan kawan-kawan membuat dialog kebangsaan dan dokter kebhinekaan. Alih-alih ingin mengadakan diskusi, kuasa hukum dr. Chacha menilai acara ini tidak lebih acara tandingan setelah dr. Chacha pekan lalu menggelar jumpa pers di daerah Jakarta Selatan.
“Tidak mampunya dr. Nancy menjawab tantangan kami untuk membuktikan tuduhannya kepada dr. Chilafat, semakin membuktikan bahwa tuduhan tersebut kepada klien kami adalah omong kosong dan suatu fitnah yang keji,” kata Direktur Eksekutif LBH Street Lawyer, Rangga Lukita Desnata kepada Warta Pilihan.
Kamis (1/6) sore, beberapa dokter dan dokter gigi Indonesia yang tergabung dalam dokter Bhinneka Tunggal Ika akan meluncurkan petisi kebangsaan di Gedung Stovia, Jl. Abdul Rachman Saleh No.26, Jakarta Pusat.
“Bukannya meminta maaf dan klarifikasi atas fitnah tersebut, malah muncul semacam dialog yang memposisikan dr. Nancy seolah-olah sebagai korban intoleransi dan diskriminasi, alias play victim. Seperti pepatah nenek moyang `lempar batu sembunyi tangan`, malah nyalahin yang dilempar,” terang Rangga.
Berdasarkan hal tersebut, LBH Street Lawyer mengecam pihak-pihak yang ingin memecah belah bangsa Indonesia dan keluarga besar kedokteran dengan memberi dukungan kepada Nancy Cynthia Weber, yang jelas-jelas tidak dapat membuktikan tuduhannya kepada dr. Chacha sebagai dokter rasis dan diskriminatif.
“Oleh karena itu, kami menghimbau kepada semua pihak khususnya yang mengadakan dialog kebangsaan tersebut untuk tidak asal menstempel, melabeli dan mencap dokter yang memiliki pandangan politik dan kepercayaan berbeda dengan saudari Nancy Cinthia Weber sebagai Dokter intoleran dan diskriminatif,” tegasnya.
Pengamat politik dan senior lembaga survey, Denny JA dalam kesempatan beberapa waktu lalu mengatakan, polarisasi semacam ini sangat berbahaya untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Terlebih, Pancasila sebagai landasan konsitusi bangsa Indonesia dijadikan sebagai alat judgement oleh pihak tertentu dan menganggap pihak yang bersebrangan tidak pancasilais, anti kebhinekaan, anti NKRI, dan lain sebagainya.
Dialog kebangsaan yang diadakan dokter Bhinneka Tunggal Ika mengusung tema “Peran Dokter dalam Indonesia dalam Menjaga Nasionalisme dan Pluralitas Bangsa di Tengah Arus Radikalisasi” dengan menghadirkan panelis Direktur Eksekutif Reform Institute Yudi Latif. MA. PhD, pakar sosiolog Dr. Imam B Prasodjo,
Mantan Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Prof. DR. Dr. Ahmad Djoyosugito, SpOT(K), dan Paguyuban Pengemban dan Penerus Cita-cita Boedi Oetomo (Keluarga Pahlawan) Prof. DR. Dr. Yati Soenarto, SpA(K).
Reporter: Satya Wira