Ustadz Yusuf Mansur: Menemukan Tuhan, Mengembangkan PayTren

by
sumber: https://2.bp.blogspot.com/-yBroTyupmsc/UA_0gAJ0PqI/AAAAAAAACYQ/hFHNAzHqF-w/s1600/yusuf+mansur.jpg

Lebih dulu lahir sebagai pebisnis daripada ustadz. Jatuh bangun dan sempat “meninggalkan” Tuhan. Ikhtiarnya membesarkan PayTren berbuah sertifikat halal dari MUI.

Wartapilihan.com, Jakarta —Wajahnya baby face, badan tipis, murah senyum, dengan tatapan mata yang teduh. Dia berceritera tentang latar belakang lahirnya buku yang sedang ia pasarkan: Mencari Tuhan Yang Hilang. Waktu itu, di awal Maret 2001, Yusuf Mansur menemui kami di kantor majalah berita mingguan dimana penulis bekerja, di bilangan Kalibata Timur, Jakarta Selatan.

Dengan gayanya yang santai namun penuh semangat, Yusuf Mansur berkisah tentang perjalanannya mencari dan akhirnya menemukan kembali Tuhan yang pernah hilang dalam hidupnya. Selama satu jam perjumpaan di Kalibata itu, nampak sekali ia seakan ingin menebus tentang apa yang pernah ia lakukan yang menyebabkannya berurusan dengan pihak kepolisian, bahkan sempat menghuni tahanan di tingkat Polsek, walaupun hanya 2 bulan. Itu terjadi pada tahun 1998 dan terulang lagi pada tahun 1999, ketika ia sedang merintis bisnis dan jatuh. Apa tanggapannya atas penahanan itu? “Dua-duanya sebenarnya fitnah. Tapi saya terima aja. Sebab yakin aja sama Alllah. Kesalahannya di urusan lain. Kesalahan bisa dimana saja, termasuk di urusan penahanan. Ngejajal ikhlas.”

Setelah pertemuan di Kalibata itu, lama tak terdengar kabar darinya. Tiga tahun kemudian, paruh 2004, Kami kembali berjumpa dan berinteraksi secara intensif. Waktu itu, ia sudah dikenal sebagai seorang Ustadz dengan mengusung bendera Wisata Hati  dan merintis Pondok Pesantren Tahfidz Daarul Quran di Cipondoh, Tangerang. Ikon yang dibawanya adalah “Sedekah”. Adapun buku “Mencari Tuhan Yang Hilang” itu kini sudah belasan kali naik cetak, dan dilanjutkan dengan buku “Mencari Tuhan Yang Hilang 2”.

Lewat pintu sedekah inilah Ustadz Yusuf Mansur menggedor  kesadaran umat agar peduli dengan sesamanya. Segala persoalan hidup, menurut Ustadz Yusuf Mansur, salah satu jalan keluarnya adalah sedekah. Dengan konsep sedekah pula ia merintis berbagai bisnis, mulai dari agrobisnis sampai properti.

Dalam perjalanannya, tidak semua bisninya lancar dan aman. Ada juga mengalami kendala teknis, bahkan, sempat juga diperkarakan ke pihak kepolisian. Juga hujatan. Tapi Sang Ustadz, dalam menghadapai berbagai pelaporan dan hujatan itu, ia tak gentar. Tapi juga tidak melawan. Pernah penulis bertanya, “Ya Ustadz, mengapa si Fulan bersemangat betul melaporkan Antum ke polisi. Ada apa ini?” Ia menjawab kalem, “Saya nggak ngerti. Mungkin saya memang pantas menerima semua ini. Semoga Allah mengampuni saya.”

Ia tidak hendak menyalahkan pihak lain, bahkan kepada mereka yang terang-terangan menuding dia dengan berbagai tuduhan. Ketika ada wartawan yang datang kepadanya dan menanyakan tentang berbagai hujatan itu, Ustadz Yusuf Mansur tak banyak menjawab. Bahkan, pembelaan pun tidak ia lakukan. “Tulislah apa yang Anda mau Tulis. Tulis saja dengan apa adanya,” begitu setiap kali ia menjawab pertanyaan para jurnalis.

Beragam hujatan, umpatan, bahkan diperkarakan sampai ke polisi, tak membuat Ustadz Yusuf Mansur surut. Ia tetap berjalan, tetap merintis bisnis. Bahkan, tahun 2013 lalu, ia mencetuskan ide tentang PayTren, sebuah konsep berbelanja online dan bersedekah dalam satu atap. Dan ternyata, anggotanya bukan ribuan, tapi sudah jutaan. Pertanyaan pun muncul, syar’i-kah PayTren? Halalkah PayTren? Pertanyaan itu terjawab sudah ketika pada 7 Agustus PT Veritra Sentosa Internasional (VSI) dengan produknya PayTren, menerima sertifikat syariah MUI.

Dengan adanya sertifikat halal dari MUI itu, inilah salah satu prestasi dari Ustadz Yusuf Mansur –terlahir dengan nama Jam’an Nurchotib Mansur, Jakarta, 19 Desember 1976– dalam dunia bisnis. Ia memadukan konsep berbelanja sambil beramal sekaligus. PayTren adalah konsep baru dalam berbelanja sekaligus beramal, dan ini adalah yang pertama ada di Indonesia dan dunia.

Adapun hasil sedekah yang dihimpun dari hasil PayTren itu bisa untuk membangun pesantren, sekolah, masjid, jembatan, dan berbagai kebutuhan umat lainnya. Semoga ide-ide bisnis yang autentik dan bermanfaat untuk umat banyak terlahir dari para pelaku bisnis Muslim untuk menuju Indonesia yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafûr. Aamiin!

Herry M. Joesoef

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *