Tiga Mengantar, Dua Pulang

by

Oleh: Herry M. Joesoef

Kehidupan di dunia itu ibarat berhenti di halte, sementara terminal terakhirnya adalah akhirat. Perjalanan hidup di dunia sebagai bekal menuju kehidupan akhirat, tempat akhir yang baik maupun yang buruk. Amal-amal baiknya di dunia yang akan menemaninya dalam perjalanan panjang pasca kematian.
 

Wartapilihan.com, Jakarta —Ketika menuju ke pemakaman, jenazah seseorang ditemani oleh keluarga, harta, dan amalnya selama hidup di dunia. Iring-iringan keluarga menyertainya, diantaranya dengan menggunakan kendaraan (mobil atau motor) yang merupakan bagian dari harta milik almarhum/almarhumah. Usai pemakaman, keluarga dan hartanya akan kembali ke rumah; sedangkan yang tinggal bersamanya adalah amal perbuatannya (baik dan buruk) selama hidup di dunia.

Hal tersebut tersurat dalam sebuah hadits yang dinarasikan oleh Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ

Yang mengikuti mayit sampai ke kubur ada tiga, dua akan kembali dan satu tetap bersamanya di kubur. Yang mengikutinya adalah keluarga, harta dan amalnya. Yang kembali adalah keluarga dan hartanya. Sedangkan yang tetap bersamanya di pemakaman adalah amalnya.” (HR. Imam Bukhari: 6514 dan Imam Muslim: 2960)

Karena itu berbahagialah orang yang menjadikan harta sebagai sarana untuk berdzikir kepada Allah Suubhanahu wa Ta’ala, dan menafkahkannya demi kepentingan akhirat. Orang-orang yang beriman itu hanya mengambil harta sebatas kebutuhan. Itulah orang-orang yang beruntung. Adapun orang-orang yang merugi adalah mereka yang menyibukkan diri dengan harta dan keluarga yang membuatnya melalaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Munafiqun ayat 9:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.

Itulah ujian manusia di dunia. Harta dan anak-anak bisa melalaikannya dari mengingat Allah, Sang Maha Pencipta.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

« يَقُولُ الْعَبْدُ مَالِى مَالِى إِنَّمَا لَهُ مِنْ مَالِهِ ثَلاَثٌ مَا أَكَلَ فَأَفْنَى أَوْ لَبِسَ فَأَبْلَى أَوْ أَعْطَى فَاقْتَنَى وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ ».

Anak Adam berkata, “Hartaku, hartaku,” Allah berfirman: Apakah engkau memiliki harta wahai anak Adam kecuali apa yang engkau telah makan dan habis, atau engkau pakai lalu rusak, atau engkau sedekahkan lalu engkau berlalu membawanya, dan apa-apa selain itu maka dia pergi dan ditinggalkan untuk orang lain.

Adalah Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu tidak pernah merasa bangga kepada hartanya kecuali apa yang telah dipersembahkan sebagai amal shaleh karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Suatu ketika, saat dia menunggang seekor onta, lalu dia terkagum-kagum dengannya, maka ia segera turun dan menjadikannya sebagai sedekah di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Begitulah yang pernah ditauladankan oleh para generasi Sahabat dan dilanjutkan oleh generasi sesudahnya, para ulama salaf, dalam mensikapi harta dunia. Hidup mereka benar-benar merupakan cerminan atas ayat Allah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(QS. Az-Zariyat: 56)

Mengabdi dalam konteks ini adalah berusaha semaksimal mungkin menjalani hidup dengan petunjuk dan aturan yang telah digariskan oleh Allah dan ditauladankan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Konsep hidup seperti ini disebut dengan Irodah diniyyah,

Dalam realitanya, ada orang yang beriman dan orang yang tidak beriman. Yang beriman melaksanakan semua perintah dan menjauhi semua larangan-Nya, sebaliknya bagi mereka yang tidak beriman.

Dan hanya mereka yang melaksanakan amalan-amalan sebagaimana diperintahkan oleh-Nya, yang akan beruntung, baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu A’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *