Wacana kadang berdusta. Ia bisa menipu akal dan pikiran sehingga mempengaruhi persepsi kita sebagai manusia.
Wartapilihan.com, Jakarta –Hal itu juga terlihat dalam peristiwa yang dikenal sebagai peristiwa tahkim, proses perundingan antara kubu pemerintah Khalifah Ali bin Abi Thalib dan amir (gubernur) Syam Muawiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu’anhuma di perang Shiffin. Begitu terkenalnya wacana-wacana peristiwa ini, sehingga jika kita membayangkan peristiwa tahkim seolah-olah yang ada dalam pikiran hanyalah wacana dusta kala Amr bin Ash_radhiyallahu’anhu_ memperdaya Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu’anhu. Sungguh wacana dan riwayat itu dusta, menuding para sahabat mulia berbuat nista yang mencederai agama. Padahal peristiwa tahkim adalah peristiwa kemenangan kaum Muslimin.
Kejadian sesungguhnya seperti yang dituturkan oleh Amr bin Ash sendiri. Saat itu Hushain bin Mundzir diutus oleh Muawiyah bin Abi Sufyan untuk memanggil Amr bin Ash. Muawiyah berkata, “Ada kabar yang tidak baik tentang Amr bin Ash telah sampai kepadaku, panggilah dia untuk bertemu denganku.” Di sini gubernur Syam dan pendiri angkatan laut Islam tersebut hendak bertabayun kepada Amr lantaran ada desas-desus yang tidak enak terkait sahabatnya itu. Akhirnya Hushain memanggil Amr, lalu Amr pun menghadap Muawiyah. Dalam perbincangan itu Muawiyah menanyakan kejadian sebenarnya kala Amr berunding dengan Abu Musa. Ternyata Amr memang sudah tahu ada kabar-kabar miring yang beredar tentang pertemuan tersebut, ia pun berkata, “Memang banyak desas-desus yang beredar di kalangan masyarakat tentang pertemuanku dengan Abu Musa, akan tetapi demi Allah, (kabar miring) itu tidak terjadi. Waktu aku bertemu dengan Abu Musa, aku menanyakan kepadanya, “Bagaimana pendapatmu tentang permasalahan ini (percikan antara Khalifah Ali dan Gubernur Muawiyah terkait pembunuhan Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu, pen). “Aku memandang Ali sebagai salah satu dari sepuluh orang yang diridhai Rasulullah SAW waktu beliau wafat.”
Maka aku (Amr) pun bertanya lagi, “Jika begitu, di manakah posisiku dengan Muawiyah di dalam permasalahan ini?”
Abu Musa menjawab, “Apabila Ali meminta bantuan dari kalian, maka artinya diri kalian memang bisa membantu permasalahan ini (terkait kasus pembunuhan Utsman, pen), namun apabila Ali tidak memerlukan bantuan dari kalian, selama Ali tidak meminta bantuan, kalian harus tetap taat kepadanya” (HR Ibnu Asyakir dalam al-mushannaf_nya; Imam Al-Bukhari dalam kitabnya _Tarikh Al-Kabir). Oleh karena itu sesungguhnya peristiwa tahkim adalah kemenangan umat Islam seluruhnya, sampai-sampai Khalifah Ali bin Abi Thalib berseru baik kepada kubunya maupun ahlu Syam (kubu Muawiyah), “Wahai kaum Muslimin, ini adalah kemenangan bagi kita semua!” (HR Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah).
Ali sangat gembira dengan adanya ajuan untuk tahkim, karena sebagai khalifah, ia ingin meminimalisir jumlah korban. Jumlah korban dalam perang Shiffin sendiri dalam riwayat yang berstatus hasan, berjumlah 63 orang ( Tarikh Khalifah bin Khayyath). Padahal jumlah kaum Muslimin yang terlibat di perang Shiffin bulan Safar tahun 37 Hijriyah tersebut mencapai puluhan ribu orang, namun jumlah korban yang syahid sangat sedikit.
Dari sisi ini tampaknya memang benar kata-kata Khalifah Ali bahwa peristiwa tahkim ini sesungguhnya merupakan kemenangan kaum Muslimin. Wallahu’alam.
Ilham Martasyabana, pegiat sejarah Islam