Di usia 38-40 Muhammad SAW sudah sangat matang di setiap sisi kehidupannya. Beliau sudah dikenal memiliki peran yang sangat besar di bidang sosial, ekonomi dan politik di kalangan Quraisy. Beliau juga sudah mapan serta memiliki kemampuan leadership sangat hebat. Bukankah saat usia muda Rasulullah sudah dipercaya menyelesaikan masalah sengketa peletakan hajar aswad di antara pemuka-pemuka Quraisy?
Wartapilihan.com, Jakarta –Waktu itu jika masyarakat Makkah menyebut Al-Amin maka sudah pasti yang dimaksud ialah sosok Rasulullah muda. Di usia 38 hingga 40 tahun urusan dunia Rasulullah sudah bisa dikatakan selesai. Ya, beliau kaya raya, akhlak dan adabnya sangat baik, terkenal sebagai orang shalih, berbakat besar dalam memimpin dan dipercaya seluruh warga Makkah, sedangkan istrinya adalah wanita terpandang dan cantik (Khadijah), anak-anaknya pun baik dan dicintai masyarakat sekitarnya.
Di usia tersebut (38-40 tahun) Rasulullah diberikan kecenderungan oleh Allah untuk menyukai tahanuts (beribadah dengan menyendiri). Akhir tahanuts Rasulullah adalah ketika Malaikat Jibril menemui beliau di gua hira. Sebelum peristiwa turunnya wahyu yang pertama kali tersebut, Rasulullah selama enam bulan hingga datangnya wahyu pertama sering kali bermimpi di dalam tidurnya. Setiap mimpinya di malam hari menjadi kenyataan di keesokan harinya. Rasulullah dilatih agar terbiasa mendapatkan hal yang dianggap aneh dan ajaib bagi manusia, agar kelak beliau nanti tidak terlalu kaget dalam menerima tugas risalah.
Muhammad SAW bertahanuts hanya di setiap bulan Ramadhan di tiga tahun terakhir sebelum diangkat menjadi nabi dan rasul terakhir. Sengaja selama itu Allah biasakan Muhammad mengalami hal-hal ghaib. Saat Jibril mendatangi beliau, beliau sadar hal itu adalah kenyataan, bukan ilusi serta bukan halusinasi, apalagi hanya sekedar mimpi.
Paman beliau Abu Thalib tahu bahwa yang dilakukan Muhammad SAW itu adalah ibadah tahanuts, beribadah dengan menyendiri di gua hira. Lagi pula ibadah semacam ini adalah sisa-sisa syariat Nabi Ibrahim alaihissalam. Sebelum diutus, beliau sudah dikenal sebagai orang yang sangat shalih maka ketika beliau melakukan tahanuts, Abu Thalib dan masyarakat Makkah tidak keheranan lantaran tahu beliau adalah orang shalih. Wahyu itupun disampaikan di siang hari, bukan malam hari, ada pun riwayat Ibnu Ishaq yang menyatakan beliau di malam hari bermimpi saat bertemu Jibril, itu adalah mimpi yang benar yang akan menjadi kenyataan di esok siangnya, sehingga para orientalis tidak bisa menuduh beliau mengigau saat tidur.
Saat beliau dalam keadaan tidur kala didatangi Jibril, itu adalah pertanda di esok harinya beliau akan diberi risalah. Benar saja, esok harinya beliau didatangi Jibril yang sosoknya tetap membuat beliau panik (HR al-Bukhari dari Aisyah radhiyallahu’anha). Beliau pun menerima wahyu pertama Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat kesatu sampai lima. Beliau didaulat oleh Allah memegang amanah kerasulan yang terakhir.
Ilham Martasyabana, penggiat sejarah Islam