Surat Terbuka: “Tanggapan Dan Bantahan Atas Permintaan Maaf Ahok”

by

I. Prolog

Basuki  Tjahaja   Purnama  (Ahok)  menyampaikan  permintaan  maaf  kepada  Ketua Umum  MUI K.H. Ma’ruf Amin dan  Nahdlatul Ulama  (NU), melalui  video.  Ahok menyampaikan   ada    kesalahpahaman   dalam   pernyataannya  dalam   persidangan kemarin   kepada KH. Ma’ruf    Amin.   Dari video  yang  dikirimkan  oleh  Timses Ahok- Djarot   kepada detikcom,   Rabu   (1/2/2017),   Ahok  mengatakan  tidak   ada   maksud melaporkan K.H. Ma’ruf Amin ke Polisi.

Semua substansi permintaan maaf tersebut adalah justru memperkuat  penghinaan yang  bersangkutan kepada umat  Islam pada umumnya, dan  diri pribadi  K.H. Ma’ruf Amin pada khususnya. Perhatikan ucapannya yang mengatakan “

“Saya  kira  itu  penjelasan  saya,  semoga kesalahpahaman  ini  bisa  dihentikan  dan terutama  jangan  dimanfaatkan  oleh   oknum-oknum  tertentu  yang   ingin  mengadu domba saya dan pihak NU apalagi dihubungkan dengan Pilkada.”

“Dan tentu  kami  tidak  ingin bangsa kita yang  sudah begitu  berjuang digaduhkan lagi oleh  kerja  oknum-oknum yang  mengadu domba. Saya  selama ini banyak  dibela  oleh NU,   para   nahdliyin   termasuk  Banser,  Anshor,  teman-teman  semua.  Bagaimana mungkin  saya bisa berseberangan dengan NU yang  jelas-jelas menjaga kebhinekaan dan nasionalis seperti ini.“

Penjelasan dan  permintaan maaf Ahok tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, dalam rekaman sidang sangat jelas Ahok  dan  Penasehat Hukum  telah  melakukan kebohongan  publik  dan   bahkan  menyerang  kehormatan  K.H.  Ma’ruf  Amin  dan termasuk Majelis Ulama Indonesia. Berikut subtansi rekaman tersebut.

  1. Ahok  telah   menyatakan kebohongan publik  dengan mengatakan  K.H. Ma’ruf Amin  telah   menunjuk  Habib   Rizieq  Shihab   sebagai  Ahli  untuk   kepentingan pemberian  keterangan di  sidang  pengadilan.  Fakta  sebenarnya  adalah  Majelis Ulama  Indonesia (MUI) hanya  merekomendasikan nama-nama para  Ahli sesuai dengan   keilmuannya   masing-masing,   berdasarkan   permintaan   dari    pihak Bareskrim Mabes Polri, jadi bukan  penunjukkan sebagaimana dikatakan oleh Ahok.
  1. Ahok  mengatakan akan  melakukan proses hukum  terhadap K.H. Ma’ruf Amin dengan tuduhan keji “telah berbohong”. Dia juga mengatakan bahwa dirinya telah dipermainkan terkait  dengan hak-haknya, ditegaskan pula  dirinya telah  didzalimi, disebutkan “….dan percayalah, kalau  anda mendzalimi saya, anda lawan  adalah Tuhan   Yang  Maha   Kuasa  ….  dan   saya  akan   akan   buktikan   satu  persatu, dipermalukan nanti.”
  1. Salah  satu PH Ahok, Humphrey  Djemat telah menyudutkan dan mempersiarkan di depan pengadilan bahwa K.H. Ma’ruf Amin telah  dihubungi oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang permintaannya untuk  segera mengeluarkan Fatwa  tentang penodaan agama yang dilakukan  oleh Ahok dan yang bersangkutan dengan  tegas   menyatakan  bahwa  :  K.H.  Ma’ruf Amin telah  memberikan keterangan palsu dan meminta untuk dilakukannya proses hukum.”

II. Tanggapan dan Bantahan

Pertama
Kata-kata : “….jangan dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu yang ingin mengadu domba saya dan  pihak  NU apalagi dihubungkan dengan Pilkada.…. digaduhkan lagi oleh kerja oknum-oknum yang mengadu domba.”

Mengindikasikan Ahok telah  dengan sengaja menuduh Umat Islam di luar NU sebagai pihak  yang  ingin mengadu domba antara dirinya dan  pihak  NU. Di luar NU dianggap olehnya  sebagai pihak  yang  bertanggungjawab dalam mengadu domba, dan  secara sadar kepastian dimaksudkan adalah pihak  pelapor, lawan  politik  atau  pesaingnya dalam Pilkada  dan  Umat  Islam di luar NU. Padahal, mayoritas pihak  pelapor, lawan politik  atau   pesaingnya  tidak  dapat  diidentikkan  dengan  NU. Masalah  penodaan agama bukanlah masalah institusi kelembagaan NU dan Non-NU maupun MUI, tetapi masalah umat  Islam yang menuntut ditegakkannya hukum  secara adil kepada pelaku penodaan agama. Bukan hanya  kepada Ahok, tetapi  kepada siapa saja yang melakukannya.  Dugaan   penodaan agama  yang  dilakukan   oleh  Ahok  tidak  terkait dengan penyelenggaraan Pilkada, tidak  ada  hubungannya sama sekali. Justru Ahok yang selalu mengaitkannya.

Kegaduhan  bermula  justru  dari  diri  Ahok  sendiri,  semua  kegaduhan yang  terjadi disebabkan  dari  perkataan dan  tindakannya  yang  sangat anti  dengan Islam,  bukan dari pihak lain.

Kedua
Kata-kata  : “….  saya  selama  ini banyak   dibela  oleh  NU,  para   Nahdliyin  termasuk Banser,  Anshor…..Bagaimana  mungkin   saya  bisa  berseberangan  dengan NU yang jelas-jelas menjaga kebhinekaan dan nasionalis seperti ini.”

Ahok telah  melakukan politik devite  et impera, dengan secara tegas dia melakukan klaim  sepihak  bahwa dia selama  ini telah  di bela  oleh  NU, para  Nahdliyin termasuk

Banser, Anshor. Dengan  demikian, secara sadar kepastian dia  mengatakan bahwa semua pihak  yang  berseberangan  dengan dirinya,  termasuk yang  melaporkannya, yang menggerakkan massa dalam Aksi Bela Islam, termasuk MUI yang mengeluarkan Pendapat dan Sikap Keagamaan MUI terkait  dengan Fatwa  penghinaan terhadap Alim Ulama dan/atau Umat Islam dan Fatwa  penghinaan terhadap Al-Qur’an adalah berseberangan  dengan NU dengan segenap  ormas dibawah  naungannya. Ormas- Ormas   Islam   diluar    NU   dianggap   tidak    memiliki    integritas   dalam   menjaga kebhinekaan dan  tidak memiliki rasa nasionalisme. Hal ini mengindikasikan semakin jelasnya nuansa adu  domba, dengan melakukan polarisasi antara NU dan  bukan  NU. Ahok  telah   melakukan  klasterisasi  antara  “NU  dengan  bukan   NU”.     NU diklaim sebagai pembelanya, baik  dalam posisinya sebagai Gubernur  DKI  Jakarta dengan berbagai  kebijakannya  yang  merugikan  umat   Islam  maupun sebagai  pembelanya dalam posisinya sebagai Calon  Gubernur  DKI  Jakarta, dan  lebih  menjurus lagi  NU diklaim menjadi pembelanya dalam kasus dugaan penodaan terhadap Al-Qur’an dan penghinaan terhadap Alim Ulama dan/atau Umat Islam.

Ketiga
Terkait  dengan pernyataan Ahok dengan tuduhan keji bahwa KH. Ma’ruf Amin telah berbohong,  bahkan disebutkan  “….dan  percayalah,  kalau   anda mendzalimi  saya, anda lawan adalah Tuhan Yang Maha Kuasa …. dan  saya akan  akan  buktikan  satu persatu, dipermalukan nanti,” merupakan perbuatan fitnah dan penghinaan.

Perkataan “anda  mendzalimi”  menunjuk  kepada “subjek  tunggal”,  lain  halnya  jika disebut “kalian”. Dengan  demikian, yang  dituju  adalah diri pribadi  K.H. Ma’ruf Amin. Sangat keji  perkataan “anda (baca:  KH. Ma’ruf  Amin)  lawan  adalah  Tuhan  Yang Maha  Kuasa” dan  “dipermalukan nanti”, bermakna K.H. Ma’ruf Amin telah  melawan Allah  SWT,  dan  Ahok  akan   mempermalukannya. Jadi adalah  bohong pernyataan permohonan maaf yang disampaikan, tidak bermaksud melaporkan KH. Ma’ruf Amin, hanya  ditujukan  kepada para  Saksi Pelapor saja.

Pernyataan Humphrey  Djemat  bahwa K.H. Ma’ruf Amin telah  dihubungi oleh  mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang permintaannya untuk segera mengeluarkan Fatwa  dan  pernyataanya bahwa K.H. Ma’ruf Amin telah  memberikan keterangan palsu  dan  meminta  untuk  dilakukannya  proses hukum,  telah menimbulkan  dampak negatif  di  masyarakat,  dan   dapat menimbulkan  gangguan terhadap Ketertiban Umum.  Pernyataan Humphrey  Djemat  juga  termasuk kategori perbuatan fitnah  dan  bahkan penghinaan  atau   permusuhan kepada Alim Ulama dan/atau umat  Islam. Pernyataan Humphrey  Djemat  secara sadar kepastian telah menuduh MUI secara institusi melakukan konspirasi dengan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam proses terbitnya Pendapat dan Sikap Keagamaan MUI.

Dengan  demikian, antara pernyataan Ahok dan  Humphrey  Djemat  adalah sama yakni terhadap KH. Ma’ruf Amin akan  dikriminalisasikan. Terlepas jadi atau  tidaknya  proses hukum  terhadap KH. Ma’ruf Amin, pernyataan itu menimbulkan kegaduhan baru  di masyarakat dan mengancam Ketertiban Umum.

III.     Rekomendasi

  1. Majelis  Ulama  Indonesia  sebagai  pihak  yang  berkepentingan  memiliki  hak untuk  melakukan serangkaian upaya  hukum  terhadap Penasehat Hukum  Ahok dan termasuk Ahok yang telah menciptakan situasi tidak kondusif di masyarakat. Kepada  mereka harus dilaporkan kepada pihak  yang  berwajib  sesuai dengan ketentuan hukum  pidana.
  1. Majelis Ulama Indonesia harus segera menyampaikan keberatan kepada Jaksa Penuntut Umum dan  Majelis Hakim untuk  selalu memperingatkan kepada para Penasehat Hukum  Ahok agar  penyampaian pertanyaan harus dilakukan  dengan sopan dan tidak mengarah kepada hal-hal yang bersifat pribadi, tanpa intimidasi psikologis   dan    pertanyaan   harus   sesuai   dengan   konteks   pemeriksaan. Penasehat  Hukum   Ahok  memposisikan  dirinya  telah   ‘mengadili’  dan   bukan menggali atau  mencari kebenaran materiil untuk kepentingan pembelaan (pledoi) pada sidang berikutnya. Selain  itu, harus ada  ketegasan tentang durasi waktu dalam pemberian keterangan. Sangat tidak lazim pada contoh K.H. Ma’ruf Amin pemeriksaan terhadapnya selama lebih-kurang 7 (tujuh) jam.
  1. Majelis  Ulama   Indonesia  bersama  dengan  Ormas-Ormas  Islam  dan   para Pelapor harus meminta kepada Majelis Hakim  untuk  melakukan penahanan terhadap Ahok, karena yang bersangkutan telah  mengulangi perbuatannya. Dikhawatirkan Ahok  akan  terus membuat kegaduhan baru, mengganggu dan mengancam Ketertiban Umum, menjelang Pilkada  dan setelahnya.
  1. Kepolisian Negara Republik Indonesia harus segera mengusut adanya dugaan tindak   pidana  penyadapan  pembicaraan  antara  K.H.  Ma’ruf  Amin  dengan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

IV. Himbauan Kepada  Penasehat Hukum Ahok

  1. Saya   sudah  sampaikan  teguran  dan   peringatan  keras  kepada  Sdr.   Sirra Prayuna melalui  hubungan telephone, Rabu  1  Februari  2017, Jam 10.49  WIB bahwa saya tidak terima  dan mengecam atas kelakuan Ahok dan Sdr. Humphrey Djemat.    Sdr. Sirra Prayuna – selaku Ketua Penasehat Hukum Ahok – harus pula bertanggungjawab  secara moral  atas kelakuan  Ahok  dan  anggota Penasehat Hukum. Jangan sampai kejadian serupa seperti intimidasi psikologis, pelecehan terhadap para  Saksi, terulang kembali  pada saat pemeriksaan para  Ahli.
  1. Kepada   para   Penasehat  Hukum   Ahok,  hendaknya anda  semua  bertaubat, karena jika anda masih membela Ahok  sebagai terdakwa penodaan agama, maka  menurut syariat Islam anda memiliki kualifikasi yang sama dengan Ahok. Takutlah  kalian akan  sulitnya menghadapi sakratul maut, siksa adzab kubur dan menghadapi sidang pengadilan Akhirat atas segala apa  yang kalian lakukan  saat ini.  Biarlah   para    Penasehat  Hukum   yang   non   muslim   yang   melakukan pembelaan terhadap Ahok.

Jakarta, 1 Februari  2017.

DR. H. Abdul Chair Ramadhan, SH, MH.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *