Pasukan Israel telah menembak dan melukai sedikitnya 11 pemrotes Palestina yang melakukan unjuk rasa di Tepi Barat yang diduduki, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza untuk mendukung tahanan Palestina yang berada di penjara Israel. Ratusan pemrotes memblokir jalan di kota-kota di Tepi Barat pada hari Senin (22/5). Toko-toko dan kantor-kantor pemerintah ditutup, tempat transportasi umum terhenti, dan jalan-jalan utama di kota-kota Palestina kosong dari warga dan mobil. Kantor Berita Ma’an Palestina mengatakan bahwa pasukan Israel menembak dan melukai 11 pemrotes Palestina saat terjadi bentrokan di Tepi Barat.
Tahanan Palestina memasuki hari ke-36 dari aksi mogok makan massal di dalam penjara Israel sampai Senin kemarin. Ma’an memperkirakan bahwa lebih dari 1.300 warga Palestina ikut aksi tersebut yang saat ini berada di balik jeruji besi di penjara Israel. Komite urusan tahanan Palestina juga menyerukan “hari kemarahan” pada hari Selasa (23/5) ketika Trump mengunjungi Tepi Barat agar “suara tahanan dapat didengar oleh presiden”. Aksi mogok makan tersebut dipimpin oleh Marwan Barghouti, seorang pemimpin senior faksi Fatah yang dipenjara selama 15 tahun.
Tuntutan para kasi mogok makan meliputi kunjungan keluarga yang lebih lama dan lebih teratur, sambungan telepon rumah agar dipasang di penjara, dan perawatan kesehatan yang lebih baik untuk sekitar 6.500 orang Palestina yang ditahan di penjara Israel. Kelompok hak asasi manusia dan analis berpendapat bahwa aksi mpgok makan tahanan Palestina memasuki tahap penting, yaitu kemarahan yang berkembang di jalanan. Farah Bayadsi, seorang pengacara di kelompok advokasi narapidana yang berbasis di Tepi Barat, Addameer, mengatakan bahwa para tahan yang melakukan aksi tidak dapat bertemu langsung dengan pengamat dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Meskipun situasi kesehatan mereka menurun, banyak tahanan telah dipindahkan bolak-balik antara penjara yang berbeda, Bayadsi mengatakan kepada Al Jazeera. Alaa Tartir, Direktur Program di Al-Shabaka: Jaringan Kebijakan Palestina, mengatakan bahwa pihak berwenang Israel telah berharap untuk mengakhiri aksi mogok makan sebelum kunjungan Presiden AS.
“Salah satu prioritas Israel sekarang, saat kunjungan Trump mulai berlangsung, adalah untuk mengakhiri aksi mogok makan ini dan memperkuat solidaritas dengan para pendukung aksi yang ada di jalan-jalan Tepi Barat yang diduduki,” katanya kepada Al Jazeera menjelang kedatangan Trump. “Untuk mencapai tujuan ini, dengan menggunakan tindakan kekerasan dan teknik penekanan adalah obat mujarab untuk Israel.” “Seiring aksi mogok makan yang meningkat, Israel menjadi lebih peduli dan gugup,” tambah Tartir. Layanan Penjara Israel tidak menanggapi permintaan Al Jazeera untuk memberikan komentar.
Kunjungan Trump
Protes tersebut bertepatan dengan kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Israel dan menduduki wilayah Palestina. Protes tersebut telah menutup Kota Tua Yerusalem, tempat Trump mengunjungi tempat suci Kristen dan Yahudi pada hari Senin. Putaran terakhir perundingan damai yang dipimpin oleh Presiden Barack Obama dan sekretaris negara bagiannya, John Kerry, runtuh pada tahun 2014. Satu hal yang dibahas adalah nasib Yerusalem timur, yang diokupasi Israel pada tahun 1967. Selama kampanye kepresidenannya, Trump menganjurkan untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Hal tersebut membuat orang-orang Palestina khawatir.
Sejak saat itu, Trump mengatakan bahwa langkah tersebut masih dalam pertimbangan.
Diana Buttu, seorang pengacara Palestina dan mantan penasihat Organisasi Pembebasan Palestina, mengatakan bahwa komentar Trump tentang mengupayakan negosiasi untuk solusi antara Israel dan Palestina tidak menjanjikan. “Waktunya sekarang bagi dunia untuk mengakhiri pemerintahan militer Israel,” katanya kepada Al Jazeera. “Ini tidak akan terjadi melalui negosiasi, hanya akan datang melalui usaha-usaha untuk menahan orang-orang Israel bertanggung jawab dengan memboikot melalui sanksi dan membawa mereka ke hadapan pengadilan pidana internasional.”
“Bahwa orang-orang Palestina harus menegosiasikan kebebasan mereka dan membuktikan diri kita layak untuk kebebasan adalah hal yang menjijikkan,” Buttu menambahkan, dengan alasan bahwa Trump harus menggunakan dukungan keuangan multi-miliar dolarnya kepada Israel sebagai bobot untuk menekannya agar tidak mengakhiri pendudukannya atas wilayah Palestina.
“Saya memiliki sedikit kepercayaan bahwa dia dapat melakukan apapun dengan orang-orang Israel untuk mengubah kebijakan mereka,” pungkasnya. “Saya tidak berharap sesuatu apapun yang positif akan keluar.”
Reporter: Moedja Adzim