Minyak Kanola selama ini dikenal memiliki manfaat bagi kesehatan, seperti menyehatkan jantung. Tapi, studi terbaru peneliti Amerika Serikat justru menunjukkan, minyak kanola bisa merusak memori dan menaikkan berat badan.
Wartapilihan.com, Jakarta –Siapa tak kenal minyak kanola? Minyak ini sejenis minyak sayur yang berasal dari lobak (Brassica napus) yang merupakan tanaman berbunga kuning yang termasuk dalam keluarga kubis. Ia bersama minyak zaitun sudah diklaim memiliki banyak manfaat. Minyak kanola itu diklaim rendah lemak jenuh dan tinggi lemak tak jenuh ganda, yang bisa menurunkan kolesterol dan melindungi jantung. Dengan laporan mengkilap, tak heran jika minyak kanola telah menjadi salah satu minyak yang paling banyak dikonsumsi di Amerika Serikat, juga di Indonesia.
Namun penelitian terbaru menunjukkan sisi buruknya. Dalam studi terhadap tikus, Dr. Domenico Praticò, dariLewis Katz School of Medicine, Temple University di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, memperlihatkan bahwa minyak yang selama ini dipuja-puja orang justru merusak memori dan menaikkan berat badan.
Risikonya, pengonsumsi bakal terkena penyakit yang berkaitan dengan daya ingat, seperti alzheimer, dan obesitas. Obesitas dikenal sebagai penyakit yang berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, diabetes, stroke, kanker, dan hipertensi.
Seperti dilansir situs medicalnewstoday.com (8/12/2017), Praticò dan rekan-rekannya berusaha mencari tahu lebih banyak tentang bagaimana minyak kanola mempengaruhi kesehatan otak. Lebih khusus lagi mereka melihat bagaimana minyak sayur itu mempengaruhi patologi penyakit Alzheimer, sejenis penyakit pikun.
Untuk membuktikannya, tim peneliti terlebih dahulu merekayasa tikus menjadi tikus yang terkena alzheimer. Lalu Praticò membaginya menjadi dua kelompok. Satu kelompok diberi makan makanan kaya kandungan minyak kanola, dan kelompok lainnya diberi makan makanan normal yang tak mengandung minyak kanola. Kedua kelompok menjalaninya selama 6 bulan.
Pada usia 1 tahun, kedua kelompok tikus menyelesaikan tes labirin, yang menilai kemampuan belajar dan ingatan mereka. Hasilnya, dibandingkan dengan tikus yang diberi diet normal, tikus yang diberi makan kaya minyak kanola mengalami kenaikan berat badan dan memori kerja yang jauh lebih buruk.
Yang menarik bagi peneliti, tikus yang diberi minyak kanola menunjukkan penurunan dalam bentuk amiloid beta yang disebut 1-40. Amiloid beta adalah protein yang berperan dalam timbulnya alzheimer. Setiap terjadi penimbunan plak amiloid beta, maka makin banyak kerusakan sinapsis, struktur yang bertanggung jawab untuk komunikasi antara sel otak. Hasil risetnya diterbitkan dalam Jurnal Scientific Reports.
Para periset mencatat bahwa setiap pengurangan amiloid-beta 1-40 justru menyebabkan kelimpahan amyloid-beta 1-42 lebih besar. Amiloid beta 1-40 berperan menetralkan kadar amiloid 1-42. “Ini artinya penurunan amiloid beta 1-40, akan menghasilkan kadar amiloid beta 1-42 yang peningkatannya tidak terkontrol,” ujar Praticò. “Dalam model kami, perubahan rasio ini menghasilkan kerusakan neuron yang cukup besar, penurunan kontak saraf, dan gangguan memori.”
Berdasarkan hasil studi tersebut, para peneliti berspekulasi bahwa konsumsi minyak kanola dalam jangka panjang mungkin tidak menawarkan manfaat bagi kesehatan otak. Ini sebenarnya berbahaya.
Praticò berencana untuk melakukan studi yang lebih pendek dengan tujuan menentukan berapa lama minyak kanola yang harus dikonsumsi secara ideal agar tidak mempengaruhi amiloid beta. Tim tersebut juga ingin menyelidiki apakah efek negatif otak dari minyak kanola hanya terbatas pada penyakit Alzheimer dan berat badan.
“Ada kemungkinan konsumsi minyak canola juga dapat mempengaruhi onset dan perjalanan penyakit neurodegeneratif lainnya atau bentuk demensia lainnya,” tutur Praticò.
Hasil studi tersebut tentu membuat para penggemar minyak kanola berpikir ulang untuk mengonsumsi minyak nabati tadi. Sebab alzheimer bukan penyakit yang bisa diabaikan. Selama ini, salah satu jenis penyakit saraf ini banyak menyerang orang lanjut usia. Namun bila minyak kanola tadi sering dikonsumsi, bukan tidak mustahil alzheimer bisa menyerang para remaja, dewasa atau usia produktif.
Sebanyak dari 47 juta orang di seluruh dunia hidup dengan pikun. Dari jumlah itu, sekitar 65% diperkirakan menderita penyakit Alzheimer. Sedangkan di Amerika Serikat, diperkirakan 5,5 juta orang menderita Alzheimer.
Penyakit saraf ini adalah satu dari 10 penyebab utama kematian yang saat ini tidak ada penyembuhan atau perawatan untuk mencegah atau memperlambatnya. Angka kematian akibat alzheimer pun meningkat dengan cepat. Selama 2000-2014, kematian akibat Alzheimer meningkat sebesar 89%. Ini lebih tinggi dibandingkan kematian akibat penyakit jantung – pembunuh nomor satu – yang justru turun 14 persen.
Helmy K