Nakba tidak hanya diperingati oleh warga di Gaza dan Tepi Barat, tetapi juga di kota-kota di seluruh dunia.
Wartapilihan.com, Gaza – Demonstrasi telah terjadi di kota-kota di seluruh dunia untuk memperingati Nakba, atau hari malapetaka, hari ketika Israel secara resmi diakui sebagai negara pada 15 Mei 1948.
Protes Selasa(15/5) bertepatan dengan pembunuhan lebih dari 60 warga Palestina pada hari Senin (14/5) oleh pasukan keamanan Israel ketika mereka berkumpul di dekat perbatasan Gaza Israel.
Warga Palestina di wilayah itu telah melakukan protes selama beberapa pekan, menuntut agar para pengungsi Palestina diberikan hak untuk kembali ke tanah leluhur mereka.
Sekitar 70 persen populasi Gaza, diperkirakan dua juta warga, adalah pengungsi atau keturunan para pengungsi.
Berikut ini beberapa protes penting yang terjadi.
Libanon
Warga Palestina di Lebanon – yang menampung populasi pengungsi yang cukup besar – berkumpul di Benteng Shkeef di selatan negara itu untuk menandai peringatan ke-70 dari peristiwa ketika ratusan ribu leluhur mereka diusir keluar dari tanah air asli mereka.
Menurut media lokal, seeorang pemuda menaiki tebing setinggi beberapa ratus meter dalam upaya untuk mencapai garis demarkasi biru PBB yang memisahkan Israel dan Libanon.
Dilansir dari tempat protes, Zeina Khodr dari Al Jazeera mengatakan pesan dari unjuk rasa tersebut merupakan salah satu pembangkangan.
“Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas, berbicara kepada orang banyak melalui telepon dari Gaza dan sangat menentang, mengatakan bahwa perlawanan adalah satu-satunya jalan ke depan – bahwa rakyat Palestina tidak akan menyerah dan tidak akan berlutut,” katanya.
“Dia juga memiliki pesan untuk Otoritas Palestina, mengatakan kepada mereka bahwa mereka harus membatalkan persetujuan Oslo dan tidak terlibat dalam negosiasi dengan pihak Israel.”
Afrika Selatan
Ratusan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di Cape Town dan Johannesburg pada hari Selasa (15/5) untuk mengecam penggunaan kekerasan Israel terhadap para pengunjuk rasa yang tidak bersenjata di Gaza.
Malcom Webb dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Johannesburg, mengatakan bahwa penderitaan rakyat Palestina bergema dengan banyak orang Afrika Selatan yang mengalami rasisme di bawah apartheid.
“Sejarah dukungan untuk Palestina di sini di Afrika Selatan berlangsung beberapa dekade dan asal-usulnya selama perjuangan melawan apartheid dan pemerintahan minoritas kulit putih,” kata Webb.
“Orang-orang di sini mengatakan ada banyak kesamaan. Proyek permukim kolonial menyebabkan marginalisasi penduduk setempat, tanah mereka diambil, mereka dirampas haknya.”
Orang-orang memegang poster sambil berkata, “Apartheid dikalahkan di sini, itu bisa dikalahkan di Israel dan di wilayah Palestina.”
India
Mahasiswa dan aktivis berkumpul di kampus universitas pada hari Selasa (15/5) di ibu kota India New Delhi untuk memperingati Nakba.
Suasananya suram ketika beberapa pria dan wanita muda berbicara di sebuah halaman terbuka di Universitas Jawaharlal Nehru, dengan poster-poster Bebaskan Palestina dan bendera Palestina sebagai latar belakang.
“PBB adalah boneka sekarang, tidak bergigi. Orang-orang ini berjuang selama 70 tahun tanpa hasil. AS dan Israel bermain dengan tubuh seperti PBB. Ini memalukan,” kata Rizwan Ahmed, 21 tahun, kepada Al Jazeera.
Maphaz Ahmed Yousef, seorang warga Palestina yang tinggal di Delhi bersama suami dan putranya, mengatakan dia “memiliki harapan” terhadap Palestina merdeka.
“Palestina tidak akan pernah kehilangan harapan di India karena sejarah kita bersama tidak dapat dirusak oleh pemerintah. Solidaritas orang India untuk Palestina sangat berarti. Pemerintah akan datang dan pergi, tetapi sejarah kita tidak dapat dihapus,” kata Yousef.
Aksi solidaritas di seluruh dunia akan menekan pemerintah untuk membatasi hubungan dengan Israel.
“Selain itu, unjuk rasa ini juga akan mengirim pesan kekuatan kepada warga Palestina di rumah pada saat Gaza sedang berduka bagi para martir kami,” tambahnya. Demikian dilaporkan Al Jazeera.
Moedja Adzim