SIHIR LEMBAGA SURVEI POLITIK DALAM PILKADA, PILEG DAN PEMILU

by
Bendera-bendera pargai politik peserta Pemilu. News Okezon.com

Lembaga survei politik seperti sudah menjadi keharusan bagi pasangan calon yang akan bertanding dalam pilkada, pileg dan pilpres. Lembaga survei juga mendapat keuntungan besar dengan terselenggaranya pilkada politik setiap tahunnya. Tidak bisa dinafikan, sebagai konsultan politik bagi pasangan calon tertentu. Hasil kerjaan lembaga survei kemudian disampaikan kepada masyarakat dalam rangka membentuk persepsi. Kesimpulan hasil survei tersebut tentu menguntungkan calon yang disampaikan sekaligus merugikan calon tertentu yang kalah dalam survei tersebut.

Wartapilihan.com, Jakarta —Baru baru ini, Indo Barometer telah melakukan hasil survei di 34 provinsi pada tanggal 15 – 23 November 2017. Indo Barometer menyimpulkan diantaranya mayoritas publik (61,8%) menginginkan Joko Widodo kembali jadi presiden untuk periode 2019 – 2024. Jika pemilihan legislatif (DPR RI) dilakukan saat ini, maka PDI P memperoleh suara tertinggi 30,2%, jauh meninggalkan partai partai yang lain seperti Golkar yang hanya 12,5%, Gerindra 10,8%, Demokrat 7,7%, PKB 6%, PKS 5%, dst.

Di antara dampak psikologi kepada masyarakat dari hasil survei Indo Barometer adalah timbulnya kesan jika mayoritas masyarakat masih menginginkan Joko Widodo sebagai Presiden untuk periode yang kedua. PDI P akan menjadi partai pemenang PEMILU 2019, dan lemahnya elektabilitas Prabowo Subianto jika kembali bertanding melawan Joko Widodo untuk pilpres 2019. Kesan ini bisa dianggap dan dipersepsikan masyarakat umum sebagai “kenyataan.” Inilah “sihir” lembaga lembaga survey. Sesungguhnya masih “ramalan” tapi seolah olah akan menjadi “realitas’. Lembaga survei “menyihir” yang sesungguhnya fatamorgana tapi dipersepsikan menjadi kenyataan yang sebenarnya.

Padahal sering lembaga lembaga survei tidak akurat dalam mempersepsikan realitas politik. Hasil survei Indo Barometer memprediksi kenyataan 17 bulan yang akan datang, saat pileg dan pilpres yang akan digelar pada Hari Rabu, 17 April 2019. Penting bagi masyarakat mengingat kembali prediksi atau ramalan semua lembaga survei putaran kedua pilkada DKI. Semua lembaga survei itu melakukan surveinya dalam rentang waktu sekitar seminggu hingga tiga minggu saja sebelum digelarnya pilkada DKI putaran kedua. Hasilnya, semua prediksi atau ramalan semua lembaga survei itu ternyata salah.

Berikut contoh kesalahan yang terjadi pada lembaga lembaga survei. Sebelum putaran kedua pilkada DKI Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengadakan survei pada tanggal 31 Maret hingga 5 April 2017. SMRC merilis hasil surveinya pada tanggal 12 April 2019, seminggu sebelum pilkada DKI tanggal 19 April 2017. Dalam kesimpulannya, SMRC menyebutkan Ahok-Djarot memperoleh 46,9 % dan Anies-Sandi memperoleh 47,9 % 5,2 % menjawab tidak tahu/rahasia.

Lembaga Survei Media Survei Nasional (MEDIAN) juga merilis hasil penelitian yang dilakukan pada 13-14 April 2017 (hanya 5 dan 6 hari sebelum pilkada DKI 2017 putaran kedua). MEDIAN merilis hasil surveinya pada Hari Sabtu (15/4/2017), 4 hari sebelum digelarnya pilkada DKI. Hasilnya, MEDIAN menyimpulkan pasangan Ahok-Djarot memperoleh 47,1 % dan Anies-Sandi memperoleh 49 % dan 3,9 % belum menjawab.

Charta Politika melakukan survei pada 7-12 April 2017 dan menyampaikan hasil surveinya pada Sabtu (15/4/2017). Hasilnya, Ahok-Djarot memperoleh 47,3 persen dan Anies-Sandi memperoleh 44,8 persen.

Indikator Politik mengadakan survei pada tanggal 12 – 14 April 2017. Hasilnya, Ahok-Djarot dipilih 47,4 persen dan Anies-Sandi dipilih oleh 48,2 persen.

LSI Denny JA mengadakan hasil survei pada 7-9 April 2017 dan merilis hasil survei pada Kamis (13/4/2017). Hasilnya, pasangan Ahok-Djarot memperoleh 42,7 persen dan Anies-Sandi memperoleh 51,4 persen.

Pilkada DKI yang digelar Hari Rabu, 19 April 2017 ternyata menunjukkan semua lembaga survei tersebut membuat kesalahan. Hasil akhir Real Count KPU putaran kedua pilkada DKI menunjukkan Anies-Sandi mendapat 57,95 % dan Ahok-Djarot memperoleh 42,05%.

Tidak ada satupun lembagai survei di atas yang memprediksi jika Anies-Sandi memperoleh 57.95 %. Namun, LSI Denny JA lebih mendekati setengah kebenaran karena prediksi LSI Denny JA bahwa Ahok-Djarot memperoleh 42,7 persen dan kenyataannya Ahok mendapat 42,05 persen.

Masyarakat perlu kritis dan tidak perlu dengan mudahnya mengikuti persepsi yang memang dengan sengaja ingin ditimbulkan lembaga lembaga survei. Hidup adalah sangat dinamis. Pengalaman putaran pilkada kedua DKI menunjukkan sepekan atau 2 pekan saja sebelum pilkada, hasil survei dari semua lembaga survei menunjukkan kekeliruan. Apa tah lagi masih 17 bulan yang akan datang seperti yang ingin dipersepsikan Indo Barometer.

Fenomena sosmedcracy akan bisa menjadi salah satu faktor yang membalikkan hasil hanya dalam hitungan hari sebelum pilkada, pileg atau pilpres dilakukan.

Adnin Armas
Peneliti INSISTS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *