Stephen Covey mengibaratkan kehidupan ini sebagai sebuah obor bukan sepotong lilin yang terbakar habis. Kehidupan ini bagikan sebatang obor yang sedang menyala terang dan harus kita jaga agar tetap menyala terang agar nanti kita serahkan kepada generasi selanjutnya.
Wartapilihan.com, Bogor– Obor berguna sebagai penunjuk jalan disaat kegelapan. Sebagai petunjuk jalan dari kegelapan menuju terang benderang (minazhzhulumati ilan nuur). Seperti kumpulan tulisan RA Kartini, Habislah Gelap Terbitlah Terang. Obor menerangi jalan kita disaat kegelapan, dan kita adalah orang-orang yang sedang memegang obor-obor tersebut, yang tidak boleh padam, agar ketika kita serahkan ke anak-cucu kita masih tetap menyala terang. Kitalah yang memutuskan seperti apa kehidupan yang kita pilih. Menjadi lilin adau pemegang obor.
Keputusan kita terhadap pilihan-pilihan yang ada telah menjadikan diri kita seperti sekarang ini. Pada saat menulis tulisan ini, saya membuat keputusan untuk mulai menulis setelah sekian lama tertunda. Ketika tulisan ini terbit dan dibaca oleh anda, semuanya adalah akibat dari sebuah keputusan kecil saya, yakni, untuk mulai menulis.
Begitu juga dengan anda, ketika anda memutuskan untuk menjadi seorang orang tua, seorang atasan, seorang manajer, seorang dosen, seorang pendidik profesional, walaupun pada saat itu anda dipaksa atau terpaksa untuk membuat pilihan, namun itu adalah pilihan anda. Bahkan, sekalipun anda tidak membuat pilihan, itu juga adalah sebuah pilihan.
Saya mengatakan pilihan menjadi siapapun kita adalah seorang penjaga obor tadi. Kita adalah seseorang yang harus menjaga terangnya sebuah peradaban. Kita sudah memahami bahwa orang-orang yang signifikan dalam hidup adalah orang-orang yang mewariskan nilai-nilai yang selalu diamalkan dan dilaksanakan oleh orang lain. Orang-orang yang membuat hidup lebih hidup ini adalah mereka yang keseluruhannya adalah para pendidik. Nabi dan Rasul adalah pendidik bagi para ummatnya. Negarawan adalah pendidik bagi bangsanya. Orang-orang yang bermakna ini mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada orang lain dan secara konsisten mengamalkannya. Orang tua yang bermakna, akan membuat hidup anak-anaknya menjadi lebih hidup apabila mereka mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada mereka. Karena kita semua adalah pendidik, yang sekaligus pada saat yang sama menjadi manusia pembelajar, maka menjadi pendidik yang mencerahkan dan membuat hidup menjadi bermakna adalah satu-satunya pilihan hidup kita.
Sebagai seorang pendidik (murabbi) kita mesti mendidik dengan cara yang baik, pendidik yang profesional. Menjadi seorang pendidik yang profesional, maksudnya adalah untuk membedakan dari para pendidik lainnya yang tidak menjadikannya sebagai sebuah kesenangan tetapi hanya sekedar profesi. Pekerjaan mendidik adalah pekerjaan yang mulia dan dilakukan oleh semua orang. Bahkan Allah, Sang Pencipta, adalah Pendidik Yang Agung.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar manusia dengan perantaraan Qalam (QS. Al ‘Alaq : 3 – 4)
Setiap kita adalah pendidik. Orang tua berkewajiban mendidik anak-anaknya. Seorang atasan berkewajiban untuk mendidik dan membina bawahannya. Seorang kakak, memiliki tanggung jawab untuk mendidik adik-adiknya. Seorang Nabi dan Rasul berkewajiban mendidik ummatnya. Jadi, menjadi pendidik adalah kewajiban dan fitrah kita sebagai manusia. Dengan kita melakukan pendidikan, maka generasi berikutnya akan memiliki pegangan untuk melanjutkan peradaban (tercerahkan).
Kita memahami bahwa salah satu orang yang paling penting dalam hidup kita adalah guru. Guru sungguh mempengaruhi hidup kita. Kita mungkin masih ingat nama-nama guru SD yang sangat berkesan dalam ingatan kita. Kita masih ingat novel Laskar Pelangi yang menceritakan tentang seorang guru yang mengabdi sepenuh hatinya kepada pendidikan, dan menjadi sumber inspirasi bagi siswa-siswanya.
Mereka itulah orang yang membuat hidup menjadi lebih bermakna dengan menikmati profesi sebagai seorang pengajar. Profesi sebagai pendidik (guru) juga membuat orang lain menjadi lebih bermakna.
Kami berkesempatan berkenalan dengan seorang guru yang luar biasa. Pak Yamin, begitu para siswa menyapanya. Beliau menjadi seorang guru pembimbing asrama di sekolah tersebut. Beliau sangat suka tersenyum, dan senyuman selalu menghiasi bibir beliau ketika sedang berbincang dengan kami. “Senyuman itu ibadah”, ujar beliau ketika kami tanyakan.
Pak Yamin, merupakan profil yang disenangi oleh para siswa-siswa SMU tersebut. Beliau bukan berasal dari Propinsi Sumatera Barat tetapi dari Propinsi tetangganya, Jambi.
Para siswa-siswi dan beberapa alumni yang kami temui semuanya bersepakat bahwa Pak Yamin memang orang yang menyenangkan. Beliau suka tersenyum dan bicara apa adanya dari lubuk hati yang dalam. Beliau suka bercerita pengalamannya yang sarat dalam mengajar. Beliau memberikan 4 tips kepada kami dalam menghadapi siswa-siswa yang bermasalah, yakni :
- Dekatkan mereka kepada spiritual
- Perlakukan mereka seperti anak sendiri
- Lemah lembutlah dalam menghadapi mereka.
- Berilah mereka keteladanan.
Dengan menggunakan prinsip-prinsip tadi Pak Yamin, seorang guru yang mengajar mata pelajaran Agama Islam, dihormati oleh siswa-siswanya. Beliau menjadi guru yang mencerahkan dan menjadi “pemimpin” bagi siswa-siswi di SMU unggulan tersebut.
Pak Yamin adalah salah seorang yang memiliki hati yang bercahaya. Beliau bagikan cahaya tadi kepada orang-orang sekitarnya, yang tidak pernah dikenalnya, bahkan jauh dari kampung halamannya. Beliau tidak pernah memikirkan materi, beliau berbagi kepada sesama. Beliau angkat harkat kehidupan orang lain tanpa pernah memikirkan diri sendiri. Beliau membagi cahayanya, membagi pelitanya.
Ribuan guru-guru dan orang tua luar biasa lainnya ada di sekitar kita. Mereka tidak sempat ditulis dan menuliskan cerita hidupnya. Mereka memberikan nilai-nilai kehidupan dan prinsip-prinsip kehidupan kepada orang lain, bahkan kadang-kadang orang lain tidak sempat untuk memikirkannya. Mereka bisa berwujud sebagai seorang ayah, seorang ibu, seorang guru, seorang ulama, seorang pendeta, biksu bahkan sebagai seorang anak kecil sekalipun. Orang-orang yang mencerahkan akan membuat hidup orang lain menjadi lebih hidup dan berarti. Guru yang mencerahkan membagi cahayanya bagi kehidupan muridnya.
Menjadi seorang pendidik tentu bukan hanya sekedar bisa mengajar, namun harus bisa juga memberikan motivasi kepada peserta ajar untuk mampu menjadi manusia ”pembelajar” dan mampu juga memberikan keterampilan untuk bisa melanjutkan kehidupan di muka bumi (life skill).
Dr. Zulfiandri, MSi
Dosen Universitas Esa Unggul, Pemerhati Pendidikan