Rohingya Merana, Kaum Liberal Hilang Empatinya

by
https://img.okezone.com

Kaum liberal di tanah air sinis terhadap reaksi demo umat Islam yang empati terhadap penderitaan Muslim Rohingya.

Wartapilihan.com, Jakarta –Di tengah-tengah kaum Muslimin dunia empati terhadap penderitaan Muslim Rohingya, kaum liberal di Indonesia malah khawatir konflik di sana dibawa ke Indonesia.

Tokoh Islam Liberal yang saat ini berada di Amerika, Akhmad Sahal dalam twitternya menulis :”Muslim Rohingya adlh korban nyata penerapan slogan “Minoritas harus tahu diri. Slogan ini ga hanya laku di Myanmar, tp jg di RI. Waspada!!”

Saidiman Ahmad mentweet : “Kejahatan kemanusiaan itu terjadi di Rakhine State, tapi kok sepertinya yang salah adalah pemerintah Indonesia?”

Sedangkan Ketua Umum GP Anshor Yaqut Cholil Qoumas menulis : “GP Anshor mengingatkan, tdk ada yg coba2 mengimpor konflik geopolitik di myanmar tsb dimari. Banser sdh bersedia jd tameng negeri!”

Luthfi Assyaukanie menulis tweet : “Apakah kalau Muslim Rohingya penganut Syiah atau Ahmadiyah mereka masih mau bela?”

Prof Nadirsyah Hosen menyatakan : “Knp kasus Rohingya dipakai utk serang Jokowi & tebar hoax provokasi SARA? Krn yg tereak2 bela Islam, tukang hoax & anti Jokowi satu barisan?”

Sedangkan  liberalis Guntur Romli menulis : “ Saya dukung agar Lieus Sungkharisme dr Gema Buddhis dikirim ke Myanmar temui & protes Bikhu Ashin Wirathu, yg setuju RT!”

Terhadap pernyataan-pernyataan aktivis liberal itu, banyak komentar yang menyayangkannya. Misalnya, aktivis Muhammadiyah Mustofa Nahrawardaya menyindir keras ke Akhmad Sahal dengan tweetnya : “Kehabisan kata saya, untuk ini orang. Adakah kalimat yg lebih buruk dari tweet ini? #SaveRohingya”

Pengacara muslim terkenal Mahendradatta mengeluarkan komennya : “Sdhlah,pembantaian prempuan&anak2 Rohingya sdh fakta dunia. Tdk usah bilanglah terorislah, bela dirilah, kebencianlah. Jgn bikin kalap.”

Mahendradatta menjelaskan bahwa sebenarnya sejak tahun 2012 Tim Pengacara Muslim telah mengajukan masalah Rohingya ke Mahkamah Internasional (ICC). Tapi sampai sekarang tidak ditindaklanjuti alias mengendap di sana.

Fadli Zon yang rajin tiap hari menulis tweet, menyayangkan sikap Jokowi yang lamban dalam menangani kasus Rohingya. Sebagai negara terbesar di Asean, harusnya Indonesia lebih pro aktif dalam usaha memulihkan perdamaian di Myanmar.

Kasus Rohingya mendapatkan perhatian yang luas baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Presiden Jokowi Senin ini (4/9) mengutus Menlu Retno Marsudi untuk menemui tokoh Myanmar Aung San Suu Kyi di Myanmar.

Media-media luar negeri seperti BBC, Al Jazeera, Time dan lain-lain terus menerus memberitakan penderitaan Muslim Myanmar. Bahkan Time pernah menjuluki Wirathu tokoh Budha Myanmar sebagai teroris.

Demonstrasi juga terus berlangsung di tanah air. Baik di Jakarta maupun di daerah. Di Jakarta 6 September ini akan berlangsung demo besar-besaran untuk mengusir Dubes Myanmar. Di Jawa Tengah 8 September nanti akan berlangsung demo besar yang akan mengepung Candi Borobudur. Lokasi ini dipakai karena candi ini adalah simbol kemegahan bangunan agama Budha.

Di tengah-tengah empati masyarakat dunia terhadap Muslim Rohingya, kaum liberal di tanah air melontarkan pernyataan-pernyataan yang tidak etis. Kemanakah nuraninya? I

Izzadina

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *