Peneliti Kanada menemukan senyawa sage merah bisa digunakan mengatasi keropos tulang. Tanaman itu kerap dipakai sebagai pengobatan tradisional Cina. Diklaim tidak menimbulkan efek samping.
Wartapilihan.com, Jakarta –Penderita osteoporosis sudah lama menderita. Keropos tulang yang dialami tidak dapat diperbaiki. Berbagai obat, seperti golongan bifosfonat kurang banyak membantu. Di samping itu juga tidak sedikit efek sampingnya.
Namun, tidak lama lagi kegelisahan mereka terobati. Pasalnya, mereka bakal punyai pilihan baru lagi. Peneliti Universitas British Columbia (UBC), Vancouver, Kanada, menemukan khasiat ramuan yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional Cina, yaitu sage merah(Silvia officinalis). Senyawa yang terkandung dalam tanaman tersebut terbukti ampuh mengatasi osteoporosis.
Profesor Dieter , ketua tim peneliti mengatakan bahwa senyawa tadi bisa memblokir secara selektif capthepsin K (CatK). CatK sudah lama dikenal sebagai protein yang berperan utama dalam pemecahan kolagen pada tulang selama osteoporosis. Kolagen berasal dari bahasa Yunani. Kola artinya gula, sedangkan gen berarti produksi. Dengan demikian kolagen berarti zat yang bertugas melakukan pembuatan dan perlengketan sel-sel tulang.
Seperti dilansir situs medicalnewstoday.com (9/1/2017), CatK menghambat produksi osteoblast (bertanggung jawab pada produksi sel tulang) dan perlengketan tulang, pada penderita osteoporosis. “Kami telah menemukan cara untuk memblokir CatK hanya di jaringan tulang yang menurut kami akan mencegah efek negatif lainnya,” ujar Prof. Dieter Bromme, dosen Fakultas Kedokteran Gigi UBC. Temuan tersebut dimuat dalam Journal of Bone and Mineral Research terbaru.
Ia dan koleganya sudah membuktikannya dengan melakukan percobaan pada sel tulang manusia dan tulang tikus. Mereka menemukan bahwa senyawa itu mencegah keropos tulang dan meningkatkan densitas mineral tulang pada tikus yang diobati dengan senyawa sebesar 35 persen, bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Penelitian ini didasarkan pada studi sebelumnya oleh Brömme dan timnya yang melihat keefektifan sage merah, yang dikenal sebagai Danshen dalam bahasa Cina dan dimanfaatkan untuk mengobati penyakit tulang. Senyawa tadi dapat menghentikan aktivitas CatK dengan cara yang terbatas.
Penghambat CatK bekerja seperti kunci, yaitu mengunci keseluruhan enzim, menghalangi fungsi yang berhubungan dengan penyakit seperti degradasi kolagen dan fungsi normalnya lainnya.
Preety Panwar, rekan Bromme, menyebut CatK adalah enzim multifungsi yang memiliki peran penting di dalam tubuh, tetapi dapat menghalangi terapi osteoporosis, sehingga bisa menjadi penyebab efek samping yang tidak diharapkan pada obat-obat osteoporosis umumnya.
“Senyawa kami hanya mengunci aktivitas CatK yang merendahkan kolagen, mencegah kerusakan kolagen yang tidak diatur dalam tulang tanpa dampak negatif lainnya.,” katanya.
Pengobatan ini juga berpotensi digunakan untuk mengobati berbagai penyakit tulang dan tulang rawan lainnya seperti radang sendi dan kanker tulang tertentu.
Temuan tersebut merupakan jawaban dari riset-riset sebelumnya. Selama ini, sejumlah ilmuwan dan periset industri sudah membuat obat yang mengarah pada CatK. Namun, seperti dikatakan Bromme, obat tersebut menimbulkan efek samping yang tidak ringan, antara lain berupa stroke, fibrosis kulit dan masalah kardiovaskular. Sehingga bisa dibilang penelitian sebelumnya telah gagal.
Penemuan ini penting lantaran osteoporosis merupakan penyakit tulang yang menimbulkan masalah kesehatan global. Sebanyak satu dari tiga wanita (terutama yang sudah mengalami menopause) dan satu dari lima pria di seluruh dunia, terkena penyakit itu.
Penyakit yang sebelumnya hanya mengenai orang lanjut usia, kini mulai menyasar kaum muda. Ini bisa terjadi karena mereka – terutama pada wanita – mengalami menopause dini. Menopause adalah masa dimana produksi estrogen tidak dapat berproduksi atau mencukupi untuk melindungi wanita dari risiko, salah satunya keropos tulang.
Yang membahayakan, osteoporosis meningkatkan risiko patah tulang panggul. Jika itu terjadi, maka si penderita akan tergantung pada kursi roda, atau bahkan sebagian besar hidupnya hanya berada di tempat tidur.
Jumlah penderitanya juga meningkat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah penderitanya mencapai 200 juta jiwa. Di Amerika Serikat misalnya, osteoporosis mengenai 20 juta-25 juta orang. Sedangkan di Indonesia, berdasarkan data Perhimpunan Osteoporosis Indonesia, 2007, 32,3% wanita berumur 50 tahun ke atas menderita keropos tulang, sedangkan prianya 28,8%.
Helmy K