Dalam dua dekade era reformasi, proses dan upaya-upaya pembenahan menuju bangsa yang bermartabat memberi beragam dampak yang kompleks bagi kehidupan bangsa dan negara.
Wartapilihan.com, Jakarta – Reformasi yang dicanangkan Mei 1998 memiliki banyak makna, salah satunya adalah membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang semakin bermartabat.
Untuk mengulas sejauh mana dampak reformasi tersebut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Politik menyelenggarakan Seminar Nasional 20 Tahun Reformasi dengan tema Dua Dekade Reformasi, Quo Vadis Politik yang Bermartabat? pada 15 Mei 2018 di LIPI Pusat Jakarta.
Dalam 20 tahun era reformasi, proses dan upaya-upaya pembenahan menuju bangsa yang bermartabat telah memberi beragam dampak yang kompleks bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Berbagai kemajuan sudah demikian terasa, seperti kebebasan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik, supremasi sipil atas militer, serta desentralisasi yang telah memberikan kesempatan luas bagi daerah dalam membangun politik di aras lokal,” ujar Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI Firman Noor di Jakarta, Selasa (15/5).
Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa pelaksanaan demokrasi saat ini justru dibajak oleh segelintir orang yang mengukuhkan sendi-sendi oligarki, sebagaimana yang terjadi di masa-masa lampau.
“Penegakan hukum masih terasa tebang pilih dan tidak tuntas yang kerap menimbulkan tanda tanya besar. Korupsi pun masih menggejala cukup masif seolah tiada henti. Begitu pula dengan pengangguran dan pelemahan daya beli masyarakat yang kini masih terus terasa, terutama di pedesaan,” kata dia.
Masalah keamanan dan potensi konflik serta pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) masih juga terjadi. Sementara pengaruh Indonesia di tingkat regional maupun global nampak berbanding terbalik dengan potensi besar yang dimiliki, sehingga tertinggal dengan negara Asia berpengaruh seperti Cina maupun India.
“Kondisi demikian ini menggambarkan masih adanya gap antara cita-cita atau agenda dari upaya-upaya reformatif yang bertujuan menegakkan martabat kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan beragam praktek dan kenyataan yang justru bertolak belakang dengan cita-cita dan agenda tersebut,” tuturnya.
Oleh karena itu, seminar nasional ini bertujuan sebagai media merenungkan kembali perjalanan kehidupan bangsa selama dua dekade terakhir dan sebagai pengingat akan hal-hal yang sepatutnya menjadi penjuru bagi bangsa agar perjuangan menegakkan martabat bangsa ini tetap berada dalam jalurnya (on track).
“Selain itu, seminar ini menjadi ajang academic exercise tentang perkembangan empiris yang juga mengidentifikasi hal-hal apa sajakah yang menjadi peluang, tantangan, dan penghambat dari upaya mewujudkan cita-cita reformasi berikut solusi di dalamnya,” ungkapnya.
Firman berharap seminar ini dapat menjadi pengingat bangsa atas hakekat reformasi beserta hal-hal prinsipil di dalamnya yang menjadi acuan pokok dan arah tujuan reformasi. Selain itu juga sebagai media evaluasi atas hal-hal apa saja yang harus terap dipertahankan, ditingkatkan dan diperbaiki dalam menjalankan amanat reformasi.
“Serta menjadi bagian dari pembelajaran dan pencarian solusi atas beragam persoalan yang telah menjauhkan bangsa dari esensi reformasi yang dicita-citakan bersama,” tutupnya.
Ahmad Zuhdi