Puing-Puing Ghouta Timur

by
foto:http://www.iphone.afp.com

Ketika pasukan udara rezim Suriah memborbardir Ghouta Timur, Warga sipil berlindung di bawah tanah. Namun, mereka tetap tidak selamat sebab mereka tertimpa reruntuhan.

Wartapilihan.com, Ghouta Timur – Wilayah Ghouta yang dikuasai oposisi Suriah, bom telah berhenti jatuh dari langit, namun orang-orang tewas masih dievakuasi dari puing-puing.

Di kota Hazeh, relawan dari Pertahanan Sipil Suriah yang dikenal sebagai “Helm Putih” mengevakuasi satu mayat dari ruang bawah tanah rumah yang roboh. Dan beberapa menit kemudian, mengevakuasi yang kedua.

“Terjadi pembantaian di bawah sana,” kata Ali Bakr, seorang pemuda yang sedang menyaksikan dengan penduduk lain. “Orang-orang bersembunyi di bawah tanah untuk berlindung dari penyerangan, tetapi itu tidak menjamin Anda selamat.”

 

Pasukan rezim Suriah, yang didukung oleh militer Rusia, mengintensifkan pengeboman mereka terhadap Ghouta Timur pada tanggal 18 Februari, melakukan salah satu serangan paling berdarah atas perang tujuh tahun di negara itu.

Lebih dari 600 warga sipil terbunuh dalam 10 hari serangan udara, bom barel turun dari helikopter dan tembakan roket di daerah tersebut yang dikendalikan oleh kelompok pejuang oposisi.

Kini jumlah korban tewas terus meningkat saat tim penyelamat memanfaatkan jeda untuk mengevakuasi mayat yang masih terjebak dalam reruntuhan, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah monitor perang yang berbasis di Inggris.

Sebagian besar penduduk memindahkan barang-barang mereka yang paling mendasar ke ruang bawah tanah dan tinggal di sana seharian karena serangan besar membuat kota-kota itu hancur berantakan.

Pada hari Senin (26/2), Rusia mengumumkan “jeda kemanusiaan” setiap hari karena seruan internasional untuk gencatan senjata telah meningkat.

Langkah tersebut gagal mencapai kesepakatan multilateral yang memungkinkan dilakukannya solusi terhadap kondisi kemanusiaan yang mengerikan di Ghouta Timur yang di huni sekitar 400.000 jiwa.

Namun, jeda tersebut menawarkan beberapa kesempatan kepada penduduk yang telah meringkuk di bawah tanah selama berhari-hari dan juga kepada petugas penyelamat yang tidak dapat mencari korban dan mayat di reruntuhan.

Di dekat gedung yang sama di Hazeh, Abu Mohamed yang berusia 60 tahun sedang menunggu regu penyelamat untuk menemukan putrinya yang telah hilang sejak 20 Februari.

Seluruh Keluarga

Penduduk mengatakan bahwa sebanyak 21 orang bersembunyi di ruang bawah tanah yang sama dan penyelamat menggunakan alat yang sangat sederhana untuk mencari korban setiap hari, namun mengalami kemajuan yang lambat.

“Saya meninggalkan anak perempuan saya di ruang bawah tanah bersama suami dan keluarganya,” kata pria berjanggut putih lebat, itu.

“Saya kembali keesokan paginya, saya menemukan bangunan itu roboh dan sampai sekarang saya belum menemukan anak perempuan saya atau keluarga suaminya,” katanya.

Dia memandang dengan cemas seperti Mohammed, salah satu anggota Helm Putih, yang masuk ke dalam reruntuhan melalui celah kecil di antara dua lempengan beton.

Relawan dengan susah payah membersihkan jalan untuk mencari lebih dalam ke ruang bawah tanah dengan mengangkat ember berisi debu dan batu kembali ke permukaan.

“Selama beberapa hari terakhir, kami berhasil mengumpulkan enam orang, namun sisanya masih terkubur,” kata pria berusia 27 tahun, yang mengenakan penutup untuk menghalangi bau busuk mayat.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, perumahan di daerah kantong yang terkepung telah mengalami kerusakan 76 persen.

Bangunan telah diratakan oleh serangan, keluarga dan tetangga pindah bersama, kadang-kadang memasukkan tenda di ruang bawah tanah untuk melawan udara dingin.

“Di Haza, beberapa bangunan roboh dan seluruh keluarga terjebak di bawah reruntuhan, dengan tim Pertahanan Sipil tidak dapat menjangkau semua orang karena pengeboman tersebut,” kata Siraj Mahmud, juru bicara Helm Putih setempat.

Sebuah ruangan di sebuah bangunan di dekatnya yang masih berdiri telah berubah menjadi kamar mayat, sementara tempat para penyelamat meletakkan kedua mayat yang baru saja mereka keluarkan terbungkus selimut cokelat.

Mayat tersebut kemudian diletakkan di lembaran plastik hitam dan dikebumikan. Salat gaib dilakukan dengan tergesa-gesa karena pesawat tempur kembali ke langit. Demikian dilaporkan AFP.

Moedja Adzim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *