Polusi udara ternyata tidak hanya menyebabkan kanker, stroke, penyakit jantung, asma, dan gangguan paru. Peneliti Amerika Serikat melaporkan bahwa polusi udara bisa mengakibatkan penyakit gagal ginjal.
Wartapilihan.com, Washington –Polusi udara luar telah lama dikaitkan dengan gangguan kesehatan, seperti penyakit jantung, stroke, kanker, asma dan penyakit paru obstruktif kronik. Tetapi kini bahaya polusi udara bertambah satu lagi. Para periset di Washington University School of Medicine di St. Louis dan Departemen Kesehatan Veteran (VA) St. Louis Health Care System, Amerika Serikat (AS), memasukkan gagal ginjal sebagai salah satu penyakit yang diakibatkan polusi.
Seperti dilansir situs sciencedaily.com (22/9/2017), kesimpulan itu dibuat setelah para periset memilah-milah basis data VA nasional untuk mengevaluasi dampak polusi udara dan penyakit ginjal pada hampir 2,5 juta orang selama periode 8,5 tahun, sejak 2004.
Para ilmuwan lalu membandingkan data VA mengenai fungsi ginjal dengan tingkat kualitas udara. Untuk data kualitas udara, peneliti mendapatkan datanya dari Badan Perlindungan Lingkungan Hidup (EPA) serta Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA). EPA memperoleh datanya dari stasiun pemantauan udara berbasis darat di seluruh AS.
Dari hasil pengumpulan dan analisa data, periset menemukan 44.793 kasus baru penyakit ginjal dan 2.438 kasus baru gagal ginjal yang dapat dikorelasikan dengan tingkat polusi udara yang melebihi ambang batas EPA sebesar 12 mikrogram per meter kubik udara. Kadar tersebut merupakan tingkat polusi udara tertinggi yang dianggap aman bagi manusia, sebagaimana ditetapkan oleh Clean Air Act tahun 1990 yang diperbarui pada 2012. Hasil studi tersebut dimuat dalam Journal of the American Society of Nephrology, edisi 21 September 2017.
Kaitan antara polusi udara dan penyakit ginjal boleh dibilang baru. Menurut Profesor Ziyad Al-Aly, ketua tim peneliti dari Washington University, mengatakan bahwa data tentang hubungan antara polusi udara dan penyakit ginjal pada manusia masih langka. “Namun, begitu kami menganalisis data, hubungan antara polusi udara dan perkembangan penyakit ginjal sudah jelas,” ujarnya.
Partikel halus dapat merusak ginjal dengan cara yang sama seperti merusak organ lain seperti jantung dan paru-paru. Polusi udara seperti potongan mikroskopis debu, kotoran, asap, jelaga dan tetesan cairan sering tidak terlihat. Namun, jika sudah dihirup atau masuk ke mulut manusia, bisa merusak ginjal. Caranya, mereka masuk melalui aliran darah. Ketika sampai di ginjal, darah diproses dan disaring. Partikel menjadi merusak saat mereka menyerang aliran darah. Ginjal menyaring darah, dan partikel berbahaya ini bisa mengganggu fungsi ginjal normal.
Studi tersebut menemukan bahwa kadar partikulat tingkat rendah dapat mempengaruhi ginjal. Dan dampak buruk tadi akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya polutan yang masuk ke dalam tubuh. “Semakin tinggi tingkat polusi udara, semakin buruk ginjalnya,” kata Al-Aly, yang juga merupakan direktur epidemiologi klinis VA di St. Louis, dan terlibat dalam riset tadi.
Al-Aly menegaskan bahwa tidak ada tingkat yang benar-benar aman. “Bahkan pada tingkat yang relatif rendah, ada hubungan antara konsentrasi partikulat di bawah ambang batas EPA dan penyakit ginjal,” imbuhnya.
Untuk memperkuat kesimpulannya, para peneliti menggunakan data VA dan mengeceknya dengan sensor yang dibawa ke ruang angkasa melalui satelit yang diluncurkan roket NASA. Menurut Al-Aly, data NASA dan data EPA juga menghasilkan hasil yang konsisten dan sama.
Berdasarkan hasil studi itu, para peneliti menempatkan wilayah Southern California dan sebagian besar di South, Midwest dan Northeast beresiko tinggi untuk penurunan fungsi ginjal akibat polusi udara. Selain daerah-daerah tersebut, daerah perkotaan yang deket pertambangan batubara juga menyumbang polusi udara terbesar di negeri Paman Sam.
Tidak hanya di Amerika Serikat. Hampir di seluruh dunia, termasuk China dan India, polusi udara lebih buruk lagi. “Dalam analisis kami, risiko penyakit ginjal kronis dan perkembangannya paling terasa pada tingkat konsentrasi partikulat alam yang paling tinggi,” kata Al-Aly. Ia menyarankan agar studi ini diperluas dengan melibatkan riset di banyak negara yang memiliki polusi udara yang besar. Tujuannya, untuk memperkuat studi mengenai beban global penyakit ginjal yang disebabkan oleh polusi udara.
Helmy K