Debat Capres 2019, diramaikan dengan bermunculannya ‘polling’ di dunia maya. Siapa yang menang menurut warganet. Apakah polling ini menjadi ‘deja vu’ hasil Pilpres?
Wartapilihan.com, Depok– Pasangan Capres 02 merajai di semua polling. Itulah yang terjadi pada 2-3 jam polling dilakukan. Lihatlah misalnya di akun twitter Viva.co.id, Tempo.co. Inews, Elshinta, Media Indonesia. Paslon 02 rata-rata memimpin jauh diatas 60%.
Berikut Tabel awal polling:
Keunggulan telak yang menempatkan Paslon 02 sebagai yang paling unggul atau yang akan dipilih warganet. Tentu saja hasil ini memancing suka cita pendukung paslon 02 dan seakan ini adalah tanda-tanda kemenangan Pilpres 2019.
Benarkah demikian? Tunggu dulu, polling ini berjalan sekitar 24 jam. Apa yang terjadi setelah 24 jam sungguh menarik. Terjadi pergeseran signifikan pada hasil final. Bahkan bisa dianggap menjungkirbalikkan hasil awal. Lihatlah grafik berikut:
Hanya di akun Media Indonesia Paslon 02 masih unggul tipis. Inipun data pada posisi 6 jam sebelum waktu polling seharusnya berjalan. Panulis belum menemukan hasil final dari polling akun media Indonesia.
Akun-akun lain menunjukkan Paslon 01 berbalik unggul. Memang keunggulannya tidak besar, tapi tetaplah sebutannya pemenang. Berubah juga siapa yang tertawa lebar dan yang ‘mingkem’.
Seperti biasa, berbagai teori kemudian bermunculan. Ada yang menyatakan keheranannya (tidak terima maksudnya), perubahan ini terjadi saat dini hari, mulai jam 01 pagi. Siapa yang ‘vote’ jam segitu? Jangan-jangan akun ‘robot’..
Mungkin iya, ada keterlibatan akun-akun robot. Tapi, tetap tidak mengubah kenyataan siapa pemenang pertarungan di dunia maya ini. Teknik-teknik begini tentulah sudah diketahui dan dipahami oleh tim digital kedua paslon. Tinggal siapa yang lebih ‘bertenaga’.
Curang? Hanya bisa dikatakan demikian bila memang terbukti. Bila berhasil lolos dari jeratan bukti, orang bisa saja menyebutnya kreatif.
Di penutup tulisan ini, menarik apa yang ditulis Rocky Gerung: “Debat bukan sabung ayam. Tapi kita telanjur menikmatinya begitu. Menunggu ada yang keok. Lalu bersorak, lalu mengejek. Hasrat ejek-mengejek inilah yang kini menguasai psikologi politik kita: mencari kepuasan dalam kedunguan lawan”.
Semoga semangat debat adalah untuk menggali pikiran, menghasilkan ‘proposal’ terbaik untuk kemajuan dan kebaikan. Wallau A’lam
Abu Faris
Praktisi Media Sosial, tinggal di Depok