Letak sebagian dari problematika umat dewasa ini adalah adanya sebagian pengklaim muslim yang tidak sungguh-sunguh dalam beriman, atau hanya setengah-setengah saja.
Wartapilihan.com, Depok– Orang-orang macam jenis ini tidak mau bertotalitas dalam berislam tapi mengklaim paling benar. Padahal mereka ini setengah kafir dan setengah beriman, alias tidak mau sepenuhnya diatur oleh sistem Islam. Lalu yang terjadi adalah mereka mengakal-akali agama ( Islam ) sehingga mengikuti keinginan hawa nafsu mereka.
Nah, ketika mereka melihat ada orang-orang yang betul-betul beriman dan ingin senantiasa berjalan di atas iman maka mereka katakan bahwa orang-orang tersebut sebagai kaum radikal dan ekstrem karena berbeda dengan mereka yang nano-nano.
Lalu mereka mengatakan problematika yang muncul pada hari ini adalah datangnya dari si fulan dan si fulan ( orang-orang yang sungguh-sungguh beriman ), padahal problematika yang sebenarnya adalah muncul dari hawa nafsu mereka yang tidak mau tunduk kepada iman.
Agama Islam bagi mereka bukan untuk mengatur hidup mereka, tapi mereka ingin Islam berorientasi menurut hawa nafsu mereka.
Orang-orang macam inilah yang di dalam sejarah sebagai kelompok penjilat penguasa, pembenar selera penguasa, sekte Parisi di masa nabi Isa ‘alaihi salam dan sekte murji’ah di masa sekarang yang mana mereka menempatkan diri sebagai pelegitimasi selera penguasa walaupun kemudian iman mereka dikurangi.
Jenis manusia macam ini dahulu adalah penghasut penguasa dan menjadi dalang pembunuhan para nabi dan provokator yang menumpahkan darah para muwahhid.
Dewasa ini mereka mengklaim manusia paling mengerti agama dan paling toleran dalam agama, paling Pancasila dan paling Enka-Er-i dan paling Islami, padahal sesungguhnya mereka adalah tipe manusia nano-nano alias gado-gado.
Juga adalah muslim kulit yang bila dikorek sedikit maka kelihatan tahayul dan kurafat tradisi yang bercampur dengan tahayul dan kurafat Barat seperti sekularism dan liberalism.
Iman mereka telah tereduksi oleh status yang nyaman.
Meskipun nyaman yang mereka rasakan akan memelarat dan memenderitakan orang lain bukanlah persoalan, yang penting nafsu mereka terpuaskan, padahal nafsu tanpa kendali iman tidak akan pernah mencapai titik kepuasan.
Oleh karena itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda ; ” Kamu belum dapat dikatakan beriman sampai nafsumu tunduk kepada risalah yang kubawa ”
Sabda Rasulullah itu kemudian menjadi perhatian dan sikap hidup para sahabat sehingga mereka menjadi Khairul Ummah.
Ummat Terbaik.
Sebenarnya, para sahabat itu sama saja dengan manusia pada hari ini, sama-sama makan nasi dan roti.
Hanya saja bedanya adalah terletak pada satu hal, yaitu hawa nafsu.
Hawa nafsu mereka tunduk kepada iman, yang mana titik sentral dari iman mereka adalah tauhid.
Beda dengan si nano-nano, titik sentral aqidah mereka adalah pengabdian kepada hawa nafsu yang tak terkendali.
( Iwan Hasanul Akmal )